JEMBER, RADARJEMBER.ID – Selain untuk mengasah skill seni, menggambar di dalam jelly ini juga dijadikan sebagai inovasi bisnis di bidang kuliner oleh Emsho. Dia pun terus melebarkan sayap bisnisnya tersebut dengan membuka kelas kursus di beberapa daerah, bahkan juga hingga mancanegara.
Seniman bernama lengkap Mochammad Sholihin atau yang akrab disapa Emsho ini mengaku mulai menggeluti seni menggambar di dalam jelly sejak 2018 silam. Awalnya, dia hanya mengamati tren jelly art yang dia jumpai di kota perantauannya, Semarang, Jawa Tengah.
Semakin sering ia mengamati, ia pun semakin tertarik untuk mempelajarinya dengan mengikuti kelas-kelas khusus dari tingkatan kelas terendah atau basic, hingga tingkat kelas ahli atau advance. Berkat hobi menggambar yang dimiliki sejak kecil, Emsho melewati tingkatan demi tingkatan kelas tersebut dalam kurun waktu yang cukup singkat, sekitar lima bulan lamanya.
Di kota yang juga dijuluki Venesia-nya pulau Jawa itu, dia melihat bisnis jelly art berkembang cukup pesat dan berpotensi banyak menghasilkan keuntungan dalam segala macam keadaan. Akhirnya, ia mulai mencoba mengembangkan bisnis dari bakat barunya tersebut di tanah kelahirannya, Kabupaten Jember.
Meski saat itu tak banyak orang Jember yang tahu akan seni baru untuk jelly ini, namun tak sedikit masyarakat sekitar yang tertarik untuk membeli, bahkan bergabung mengikuti kelas yang dibuka oleh Emsho. “Di Jember masih jarang ada yang tahu. Sebenarnya puding ini bisa menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan, terutama di tengah pandemi seperti saat ini,” tuturnya.
Bisnis yang juga dia pasarkan melalui media sosial itu tak hanya mendapatkan pesanan dari warga lokal, namun juga dari luar daerah, bahkan luar negeri. Begitu pun dengan peminatnya yang juga ingin belajar. Emsho mengaku sudah beberapa kali membuka kelas internasional di berbagai negara, seperti Irak, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Selain tingkatan kelas, tema yang dibawakan dalam kelas kursus milik Emsho juga bervariasi. Mulai dari tema bunga, hewan, karakter kartun, hingga gambar wajah manusia.
Menurut dia, memang jelly art ini menjadi tren penyajian puding di luar negeri. Bahkan, setiap tahunnya negara-negara tersebut kerap menggelar kompetisi jelly art. “Di Indonesia belum ada lombanya. Kalau luar negeri setiap tahun ada event. Dan kebetulan April kemarin dapat juara 1 di Taiwan. Di kategori bucket arrangement,” imbuhnya.
Akibat pandemi, usaha jelly cantik milik Emsho ini sempat terpuruk, beberapa waktu lalu. Namun, lagi-lagi berkat kreativitas dan keaktifannya di media sosial, makin lama justru makin banyak permintaan kursus dari masyarakat. Kursus tersebut juga tak terbatas. Sebab, kursus pembuatan jelly art ini bisa dilakukan secara daring. Dan itulah yang ia terapkan di beberapa kota dan negara selama pandemi ini.
“Banyak DM (direct messenger, Red) dan permintaan kursus selama pandemi, karena ini bisa dipelajari oleh pemula ataupun jelly artist yang sudah bisa membuat sendiri juga,” sebutnya.
Dia mengaku, biasanya pemesanan meningkat pada musim-musim tertentu atau hari besar. Seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal, tahun baru, Hari Raya Imlek, dan hari besar lainnya. Sedangkan untuk setiap harinya atau hari biasa, dirinya banyak menerima pesanan untuk seserahan pernikahan, hadiah wisuda, hingga hadiah atau kue untuk ulang tahun.
Istimewanya, pembeli bisa memilih desain, harga, dan ukurannya yang beragam. Pemesanan juga bisa dilakukan dalam waktu singkat, yakni satu hari. “Sejauh ini penjualan melalui Instagram, untuk ukuran loyang start dari Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu, kalau yang ukuran cup Rp 15 ribu,” pungkasnya.
Jurnalis: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti