Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Umar sengaja mampir ke Pasar Anyar Nogosari, Kecamatan Rambipuji, di sela-sela aktivitas kesehariannya. Bukan untuk berbelanja bahan masakan, melainkan hunting camilan legendaris. Mulai dari cenil, lupis, klepon, kulpan, latok, puro, dan berbagai penganan lainnya pernah dia cicipi.
Menurut dia, berbagai jenis jajan pasar ini mengingatkannya pada masa sekolah era 1980-an. “Salah satu favorit saya, karena zaman SD tahun 1980-an dulu jajanannya hanya ini adanya,” kenangnya.
Bukan hanya Umar yang berpikir demikian. Nurul Fitria pun merasakan hal yang sama, ketika membeli cenil di lapak milik Siti Ruqayah itu. Meski bukan makanan kekinian, namun tak ketinggalan dibanding camilan anak muda saat ini. “Sering beli, rasanya enak, pas di lidah dan di kantong,” imbuhnya.
Saat Jawa Pos Radar Jember menghampiri lapak tersebut, Siti Ruqayah tengah dikelilingi sejumlah pembeli yang tampak mengantre dengan sabar untuk membeli makanan ringan legendaris ini. Siti Ruqayah menuturkan, jajanan tradisional ini memang tidak asing bagi masyarakat. Di pasar, perempatan jalan, hingga sekolah masih bisa ditemui. Bentuknya yang unik dibalut rasa yang manis dan harganya merakyat membuat jajanan ini paling menempel di ingatan.
Biasanya yang paling sering ditemui adalah cenil dan lupis. Cara pengemasannya juga tradisional. Memanfaatkan daun pisang, sehingga ramah lingkungan. Soal harga, jangan ditanya. Cukup mengeluarkan Rp 5 ribu, sudah bisa dapat semua jenis jajanan tradisional itu sekaligus.
Tampilan warnanya yang mencolok membuat jajanan ini terbilang imut-imut dan manis. Soal rasa, tenang, tidak kalah dengan jajanan modern. “Bahan dasarnya dari tepung kanji, dan beberapa menggunakan sari pati singkong. Lalu, ditambahkan parutan kelapa dan gula aren kental,” ujarnya.
Jurnalis: Maulana
Fotografer: Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Umar sengaja mampir ke Pasar Anyar Nogosari, Kecamatan Rambipuji, di sela-sela aktivitas kesehariannya. Bukan untuk berbelanja bahan masakan, melainkan hunting camilan legendaris. Mulai dari cenil, lupis, klepon, kulpan, latok, puro, dan berbagai penganan lainnya pernah dia cicipi.
Menurut dia, berbagai jenis jajan pasar ini mengingatkannya pada masa sekolah era 1980-an. “Salah satu favorit saya, karena zaman SD tahun 1980-an dulu jajanannya hanya ini adanya,” kenangnya.
Bukan hanya Umar yang berpikir demikian. Nurul Fitria pun merasakan hal yang sama, ketika membeli cenil di lapak milik Siti Ruqayah itu. Meski bukan makanan kekinian, namun tak ketinggalan dibanding camilan anak muda saat ini. “Sering beli, rasanya enak, pas di lidah dan di kantong,” imbuhnya.
Saat Jawa Pos Radar Jember menghampiri lapak tersebut, Siti Ruqayah tengah dikelilingi sejumlah pembeli yang tampak mengantre dengan sabar untuk membeli makanan ringan legendaris ini. Siti Ruqayah menuturkan, jajanan tradisional ini memang tidak asing bagi masyarakat. Di pasar, perempatan jalan, hingga sekolah masih bisa ditemui. Bentuknya yang unik dibalut rasa yang manis dan harganya merakyat membuat jajanan ini paling menempel di ingatan.
Biasanya yang paling sering ditemui adalah cenil dan lupis. Cara pengemasannya juga tradisional. Memanfaatkan daun pisang, sehingga ramah lingkungan. Soal harga, jangan ditanya. Cukup mengeluarkan Rp 5 ribu, sudah bisa dapat semua jenis jajanan tradisional itu sekaligus.
Tampilan warnanya yang mencolok membuat jajanan ini terbilang imut-imut dan manis. Soal rasa, tenang, tidak kalah dengan jajanan modern. “Bahan dasarnya dari tepung kanji, dan beberapa menggunakan sari pati singkong. Lalu, ditambahkan parutan kelapa dan gula aren kental,” ujarnya.
Jurnalis: Maulana
Fotografer: Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Umar sengaja mampir ke Pasar Anyar Nogosari, Kecamatan Rambipuji, di sela-sela aktivitas kesehariannya. Bukan untuk berbelanja bahan masakan, melainkan hunting camilan legendaris. Mulai dari cenil, lupis, klepon, kulpan, latok, puro, dan berbagai penganan lainnya pernah dia cicipi.
Menurut dia, berbagai jenis jajan pasar ini mengingatkannya pada masa sekolah era 1980-an. “Salah satu favorit saya, karena zaman SD tahun 1980-an dulu jajanannya hanya ini adanya,” kenangnya.
Bukan hanya Umar yang berpikir demikian. Nurul Fitria pun merasakan hal yang sama, ketika membeli cenil di lapak milik Siti Ruqayah itu. Meski bukan makanan kekinian, namun tak ketinggalan dibanding camilan anak muda saat ini. “Sering beli, rasanya enak, pas di lidah dan di kantong,” imbuhnya.
Saat Jawa Pos Radar Jember menghampiri lapak tersebut, Siti Ruqayah tengah dikelilingi sejumlah pembeli yang tampak mengantre dengan sabar untuk membeli makanan ringan legendaris ini. Siti Ruqayah menuturkan, jajanan tradisional ini memang tidak asing bagi masyarakat. Di pasar, perempatan jalan, hingga sekolah masih bisa ditemui. Bentuknya yang unik dibalut rasa yang manis dan harganya merakyat membuat jajanan ini paling menempel di ingatan.
Biasanya yang paling sering ditemui adalah cenil dan lupis. Cara pengemasannya juga tradisional. Memanfaatkan daun pisang, sehingga ramah lingkungan. Soal harga, jangan ditanya. Cukup mengeluarkan Rp 5 ribu, sudah bisa dapat semua jenis jajanan tradisional itu sekaligus.
Tampilan warnanya yang mencolok membuat jajanan ini terbilang imut-imut dan manis. Soal rasa, tenang, tidak kalah dengan jajanan modern. “Bahan dasarnya dari tepung kanji, dan beberapa menggunakan sari pati singkong. Lalu, ditambahkan parutan kelapa dan gula aren kental,” ujarnya.
Jurnalis: Maulana
Fotografer: Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti