JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kepulan asap di pinggir Jalan Arowana menebarkan aroma yang cukup khas. Bisa jadi, orang yang menghirupnya akan merasa lapar. Apalagi, setelah mengetahui jika itu berasal dari beberapa jenis ikan asap yang diolah.
Ikan asap yang dijual di sekitar garasi bus Akas, Kelurahan Kebon Agung, Kecamatan Kaliwates, itu cukup spesial. Ada jenis ikan pe, ikan asap tongkol, motobelo, dan salem. “Paling enak menurut saya ikan asap barakuda, kebetulan habis,” kata Donni Suhendar, sang pemilik warung, sambil menata beberapa ikan.
Pria yang tinggal di Tegal Besar tetapi berjualan di sekitar garasi bus Akas itu mengungkap, proses pengasapan ikan sangat ditentukan oleh bahan bakunya. Yaitu bahan yang akan dijadikan arang atau sumber asap. “Paling baik pengasapan pakai kayu manis. Tetapi, tidak kami lakukan karena kalah di ongkos,” ulasnya.
Sumber asap yang menduduki posisi kedua, menurutnya, adalah batok kelapa. Bahan inilah yang dia pakai. Dengan menggunakan batok kelapa, maka hasil ikannya akan memancarkan warga kekuningan. “Beda dengan bonggol jagung, hasilnya akan lebih hitam,” jelasnya.
Donny, Yudi, Mulyadi, dan Rasidi saat itu pun melakukan pengasapan. Menurut Donny, selama proses itu, ikan yang diasap tidak boleh mengenai api. “Apinya tidak boleh terlalu besar, bisa jadi ikan bakar. Harus terkena asap saja,” imbuh Donny.
Lantaran ikan hanya mengenai asap, maka waktu yang dibutuhkan cukup lama, sampai ikan benar-benar matang. “Ikan pe hanya sekitar setengah jam sudah matang. Tetapi untuk ikan yang lain seperti tongkol, motobelo, salem, dan barakuda butuh waktu antara dua jam sampai tiga jam pengasapan,” terang Donny.
Dia dan sejumlah temannya pernah mendapat pesanan dalam jumlah banyak sehingga harus bekerja mulai pukul 20.00 hingga pukul 06.00. Kendati waktu pengasapan yang dibutuhkan cukup lama, namun aroma dan rasa ikan asap yang dihasilkan cukup memanjakan lidah. “Kalau disimpan bisa tahan dua hari. Kalau di kulkas bisa sampai empat hari,” pungkasnya.
Jurnalis: Nur Hariri, Jumai
Fotografer: Jumai
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti