JEMBER, RADARJEMBER.ID – Guna mendapatkan ikan asap dengan aroma khas dan rasa yang berbeda, ada sejumlah proses yang tidak mudah. Membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika salah proses, bisa jadi ikan asap berubah menjadi ikan bakar.
Proses pengasapan ini yang menjadi bagian penting sebelum dijual kepada konsumen. Hal itu pula yang membuatnya naik harga. “Aromanya beda dengan ikan bakar. Kalau ikan bakar, rata-rata mengandalkan bumbu. Tetapi tidak dengan ikan asap,” kata Donny.
Menyantap ikan asap, menurutnya, bisa langsung dilakukan setelah diasap. Akan tetapi, bisa juga diolah kembali. “Kalau orang membeli ikan asap yang pe, kebanyakan diolah lagi dengan santan. Ini sudah cukup terkenal. Tetapi, langsung dimakan pun bisa,” jelas pria yang menjual ikan asap bersama tiga orang temannya itu, yaitu Mulyadi, Yudi, dan Rasidi.
Setiap jenis ikan asap, menurutnya, memiliki aroma khas yang berbeda. Hal itu karena pengasapan ikan lain dengan digoreng ataupun dibakar. “Rasanya juga berbeda-beda. Ada khas tersendiri. Makan ikan asap bisa langsung, tetapi tidak dengan kulitnya,” tutur Donny.
Menurut dia, berjualan menu kuliner ikan asap ini merupakan imbas dari adanya wabah korona. Donny dan keempat temannya merupakan pegawai bus Akas yang belum bisa beroperasi lagi. Karenanya, mereka memutuskan banting setir dengan menjual ikan asap menggunakan nama Ikan Asap Acor. “Acor itu akibat corona,” selorohnya.
Kendati harus banting setir, ikan asap yang mereka jual sudah cukup terkenal. Setiap hari libur, sejumlah orang asal luar kota bahkan menyempatkan diri untuk mampir ke tempat itu. “Pesanan untuk selametan dan orang pindah rumah sudah cukup banyak. Ikan asap ini akan terus kami pertahankan,” ucap Donny.
Jurnalis: Nur Hariri, Jumai
Fotografer: Jumai
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti