Mobile_AP_Rectangle 1
Saat bergabung bersama Linkrafin, Kelik menyebut, hal paling sulit untuk dilakukan yaitu kombinasi antara musik tradisional dengan modern. Di mana sape merupakan alat musik khas yang dulunya hanya dipakai oleh etnis suku Dayak. “Dulu senarnya dua, sekarang empat,” cetusnya.
Nah, alunan sape ketika dibarengkan dengan gitar akustik atau sejenis alat musik petik lain akan tetap menghasilkan suara yang berbeda. Alunan sape bisa dibilang ada pada relung jiwa yang sangat dalam. Suara yang dihasilkan menyentuh hingga menembus tulang dan hati. “Kalau belajar ini tidak menjiwai, maka akan sulit. Karena andalan sape adalah suaranya yang menyentuh jiwa,” tuturnya.
Jurnalis: Nur Hariri
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti
- Advertisement -
Saat bergabung bersama Linkrafin, Kelik menyebut, hal paling sulit untuk dilakukan yaitu kombinasi antara musik tradisional dengan modern. Di mana sape merupakan alat musik khas yang dulunya hanya dipakai oleh etnis suku Dayak. “Dulu senarnya dua, sekarang empat,” cetusnya.
Nah, alunan sape ketika dibarengkan dengan gitar akustik atau sejenis alat musik petik lain akan tetap menghasilkan suara yang berbeda. Alunan sape bisa dibilang ada pada relung jiwa yang sangat dalam. Suara yang dihasilkan menyentuh hingga menembus tulang dan hati. “Kalau belajar ini tidak menjiwai, maka akan sulit. Karena andalan sape adalah suaranya yang menyentuh jiwa,” tuturnya.
Jurnalis: Nur Hariri
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti
Saat bergabung bersama Linkrafin, Kelik menyebut, hal paling sulit untuk dilakukan yaitu kombinasi antara musik tradisional dengan modern. Di mana sape merupakan alat musik khas yang dulunya hanya dipakai oleh etnis suku Dayak. “Dulu senarnya dua, sekarang empat,” cetusnya.
Nah, alunan sape ketika dibarengkan dengan gitar akustik atau sejenis alat musik petik lain akan tetap menghasilkan suara yang berbeda. Alunan sape bisa dibilang ada pada relung jiwa yang sangat dalam. Suara yang dihasilkan menyentuh hingga menembus tulang dan hati. “Kalau belajar ini tidak menjiwai, maka akan sulit. Karena andalan sape adalah suaranya yang menyentuh jiwa,” tuturnya.
Jurnalis: Nur Hariri
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti