23.2 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Rajutan Cantik Bisa Jadi Cuan Bukan Sekadar Hobi Lansia

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.IDMerajut menjadi salah satu teknik pembuatan kerajinan berbahan dasar benang yang dilakukan dengan cara menyimpul dan menganyam. Cara memulainya dengan beberapa macam tusuk dasar yang sederhana, sudah bisa membuat berbagai macam benda kerajinan yang cantik dan menawan.

 

Eits, tapi jangan samakan merajut dengan sebutan kegiatan untuk lansia atau nenek-nenek. Sebab, kini aktivitas merajut justru banyak diminati oleh kalangan muda.

Mobile_AP_Rectangle 2

Seperti halnya komunitas merajut Jember, mayoritas anggotanya relatif masih muda. Bukan kategori usia nenek-nenek. “Jadi, kurang benar kalau dibilang rajut kegiatannya nenek-nenek,” ungkap Andryani Winata.

Bagi Andryani, merajut adalah sebuah kegiatan untuk menghindari kejenuhan. Menyegarkan kembali suasana batin dan otak. Sebab, selama merajut berlangsung, otak dan hati diharuskan untuk fokus pada karya rajutnya.

Pola rajut beragam. Biasanya para perajin punya motif yang dikreasikan sendiri. Para perajin itu tak jarang mencari referensi dari internet. Kendati demikian, ada pula pola-pola rajut yang memiliki hak paten. Karena itu, untuk bisa mengaplikasikan pola tersebut, perlu adanya izin dari kreatornya. Biasanya, pola-pola rajut yang memiliki hak paten ini akan diajarkan dalam sesi-sesi khusus, seperti lokakarya yang berbayar.

Aturannya, para perajin rajut tidak diperkenankan untuk membagikan tips pola pada teman sesama perajut. Dia hanya dianjurkan untuk memproduksi rajut berdasarkan pola yang sudah diajarkan. Harga polanya variatif, mulai dari kisaran Rp 300 ribu hingga Rp 750 ribu. “Kita cuma berhak untuk memproduksi. Tapi, tidak berhak mengajari orang lain atau memperjualbelikan pola,” imbuh Andryani.

Sebanding dengan harga pola rajutan yang cukup fantastis, maka tak heran jika hasil seni rajut, baik sepatu maupun tas, juga dibanderol dengan harga yang cukup mahal. Misalnya, untuk sepatu rajut harganya bisa mencapai jutaan. “Karena kita menjual seni,” pungkasnya.

Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Tri Joko S
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.IDMerajut menjadi salah satu teknik pembuatan kerajinan berbahan dasar benang yang dilakukan dengan cara menyimpul dan menganyam. Cara memulainya dengan beberapa macam tusuk dasar yang sederhana, sudah bisa membuat berbagai macam benda kerajinan yang cantik dan menawan.

 

Eits, tapi jangan samakan merajut dengan sebutan kegiatan untuk lansia atau nenek-nenek. Sebab, kini aktivitas merajut justru banyak diminati oleh kalangan muda.

Seperti halnya komunitas merajut Jember, mayoritas anggotanya relatif masih muda. Bukan kategori usia nenek-nenek. “Jadi, kurang benar kalau dibilang rajut kegiatannya nenek-nenek,” ungkap Andryani Winata.

Bagi Andryani, merajut adalah sebuah kegiatan untuk menghindari kejenuhan. Menyegarkan kembali suasana batin dan otak. Sebab, selama merajut berlangsung, otak dan hati diharuskan untuk fokus pada karya rajutnya.

Pola rajut beragam. Biasanya para perajin punya motif yang dikreasikan sendiri. Para perajin itu tak jarang mencari referensi dari internet. Kendati demikian, ada pula pola-pola rajut yang memiliki hak paten. Karena itu, untuk bisa mengaplikasikan pola tersebut, perlu adanya izin dari kreatornya. Biasanya, pola-pola rajut yang memiliki hak paten ini akan diajarkan dalam sesi-sesi khusus, seperti lokakarya yang berbayar.

Aturannya, para perajin rajut tidak diperkenankan untuk membagikan tips pola pada teman sesama perajut. Dia hanya dianjurkan untuk memproduksi rajut berdasarkan pola yang sudah diajarkan. Harga polanya variatif, mulai dari kisaran Rp 300 ribu hingga Rp 750 ribu. “Kita cuma berhak untuk memproduksi. Tapi, tidak berhak mengajari orang lain atau memperjualbelikan pola,” imbuh Andryani.

Sebanding dengan harga pola rajutan yang cukup fantastis, maka tak heran jika hasil seni rajut, baik sepatu maupun tas, juga dibanderol dengan harga yang cukup mahal. Misalnya, untuk sepatu rajut harganya bisa mencapai jutaan. “Karena kita menjual seni,” pungkasnya.

Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Tri Joko S
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.IDMerajut menjadi salah satu teknik pembuatan kerajinan berbahan dasar benang yang dilakukan dengan cara menyimpul dan menganyam. Cara memulainya dengan beberapa macam tusuk dasar yang sederhana, sudah bisa membuat berbagai macam benda kerajinan yang cantik dan menawan.

 

Eits, tapi jangan samakan merajut dengan sebutan kegiatan untuk lansia atau nenek-nenek. Sebab, kini aktivitas merajut justru banyak diminati oleh kalangan muda.

Seperti halnya komunitas merajut Jember, mayoritas anggotanya relatif masih muda. Bukan kategori usia nenek-nenek. “Jadi, kurang benar kalau dibilang rajut kegiatannya nenek-nenek,” ungkap Andryani Winata.

Bagi Andryani, merajut adalah sebuah kegiatan untuk menghindari kejenuhan. Menyegarkan kembali suasana batin dan otak. Sebab, selama merajut berlangsung, otak dan hati diharuskan untuk fokus pada karya rajutnya.

Pola rajut beragam. Biasanya para perajin punya motif yang dikreasikan sendiri. Para perajin itu tak jarang mencari referensi dari internet. Kendati demikian, ada pula pola-pola rajut yang memiliki hak paten. Karena itu, untuk bisa mengaplikasikan pola tersebut, perlu adanya izin dari kreatornya. Biasanya, pola-pola rajut yang memiliki hak paten ini akan diajarkan dalam sesi-sesi khusus, seperti lokakarya yang berbayar.

Aturannya, para perajin rajut tidak diperkenankan untuk membagikan tips pola pada teman sesama perajut. Dia hanya dianjurkan untuk memproduksi rajut berdasarkan pola yang sudah diajarkan. Harga polanya variatif, mulai dari kisaran Rp 300 ribu hingga Rp 750 ribu. “Kita cuma berhak untuk memproduksi. Tapi, tidak berhak mengajari orang lain atau memperjualbelikan pola,” imbuh Andryani.

Sebanding dengan harga pola rajutan yang cukup fantastis, maka tak heran jika hasil seni rajut, baik sepatu maupun tas, juga dibanderol dengan harga yang cukup mahal. Misalnya, untuk sepatu rajut harganya bisa mencapai jutaan. “Karena kita menjual seni,” pungkasnya.

Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Tri Joko S
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca