BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kurang pas jika disebut tradisional. Jenis permainan bernama Congklak itu usianya sudah sulit dihitung sampai sekarang. Saking lamanya, permainan itu harusnya sudah masuk museum, atau punah ditelan zaman.
Beruntung, nenek moyang kita tidak berhenti menceritakan serta mempraktikkan permainan tersebut ke anak cucunya. Sehingga, sekarang masih marak dimainkan oleh anak anak kecil di pedesaan. Mungkin permainan ini sudah ada di android, namun beberapa anak seperti di Desa Karangmelok, Kecamatan Tamanan tetap bermain secara manual.
Tidak perlu pusing mikir strategi untuk menang, kunci utamanya adalah jujur dengan lawan, serta patuh terhadap aturan main. “Mainnya menarik karena gampang,” kata Wafil, salah satu anak yang kerap bermain Congklak di emperan rumahnya.
Selain mudah dimainkan, Congklak membawa kehidupan suasana kuno bagi pemainnya. Hal ini juga dirasakan oleh Wafil dan kawannya saat bermain. “Iya asyik seperti di film film kerajaan,” imbuhnya saat ditemui di rumahnya.
Keseruannya juga terletak pada penimbunan biji congklak. Biasanya, pemenangnya adalah yang paling banyak mengantongi biji tersebut. Sehingga, kedua pemain cukup serius saat bermain. “Kalau menang ya bangga, karena saya paling kaya, dengan mengumpulkan banyak biji,” ujar Wafil kepada Jawa Pos Radar Ijen.
Permainan itu juga tidak mempunyai resiko apapun. Para pemain tinggal duduk menikmati permainan. Bahkan, bisa bermain sambil bercanda dengan lawannya. Selama proses permainan, tidak ada ketegangan sedikitpun. “Enak bermain, karena juga santai,” jawabnya.
Kendati sederhana, antusias dari beberapa anak di desa tersebut cukup besar. Setiap kali permainan dimulai, pasti diikuti banyak penonton. Kadang kala, mereka juga secara bergantian mencoba bermain. “Nanti yang kalah diganti, sampai bijinya habis,” pungkasnya. (mun/nur)