JEMBER, RADARJEMBER.ID – Secara manajerial, destinasi wisata ini dikelola oleh masyarakat setempat yang juga merupakan pemilik modal atas destinasi wisatanya. Selanjutnya, masyarakat setempat membuat manajemen secara struktural dan secara resmi.
Dalam pengelolaan ini ruang intervensi pemerintah desa relatif kecil. “Dari awal sampai sekarang kami menggunakan dana swadaya masyarakat setempat,” tutur Hairus Sholeh.
Melalui inovasi program wisata, muncul pula kegiatan edukatif yang melibatkan seluruh masyarakat. Pihaknya berharap nantinya masyarakat Desa Kemiri dapat mencari penghasilan di dalam desa. Tidak sampai merantau, bahkan menjadi pekerja migran Indonesia (PMI). “Saat ini anak-anak mudanya lebih tertarik kerja di kota,” kata Sholeh.
Selain itu, Sholeh juga mengungkapkan bahwa pemuda desa juga berupaya untuk memunculkan pergelaran seni. Beberapa di antaranya seperti membuat pentas seni pantomim, pembacaan puisi, dan mendongeng.
Salah satu pemuda desa yang menjadi penggerak paguyuban Desa Wisata Kemiri adalah Dimas. Dirinya menuturkan, beberapa pergelaran seni itu umunya digelar dengan mengundang pihak dari luar. Misalnya, komunitas seni mahasiswa, komunitas pantomim atau komunitas seni lainnya. Selanjutnya, akan dikolaborasikan dengan anak-anak desa. “Jadi, secara tidak langsung, anak-anak desa sini ikut terlibat juga,” ungkap Dimas.
Tak hanya kegiatan seni, para pemuda setempat juga berupaya untuk membuat komunitas taman baca. Isinya adalah anak-anak desa serta penggagasnya juga merupakan muda-mudi Kecamatan Panti. Jika dihitung, hingga saat ini Kecamatan Panti telah memiliki lebih dari tiga komunitas taman baca yang didirikan oleh kalangan generasi muda. “Kami gencarkan untuk membuat taman baca. Yang penting ada kontribusinya,” tutur Dimas.
Jika geliat seni pariwisata dan pembangunan taman baca di Kecamatan Panti semakin masif, maka secara tidak langsung nantinya pemuda setempat akan fokus untuk mengembangkan desa. Tidak sampai merantau atau mencari penghidupan di luar. “Ini yang kami inginkan, desa mandiri,” pungkas Dimas.
Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: mg2
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti