26.6 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Manis Legit untuk Berbuka Puasa

Pilihan menu segar di bulan Ramadan Berasal dari makanan ringan yang dibuat di rumah-rumah warga, bungko kini menjadi salah satu ciri khas yang menandakan datangnya bulan Ramadan. Selain petulo dan serabi, bungko kerap dicari sebagai alternatif kuliner untuk berbuka puasa.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – “BUNGKO, bungko, bungko,” tutur salah seorang pedagang di Pasar Mayang, Heni Andini, sore itu. Sekilas, pelafalan tersebut mirip dengan kata bongko. Atau dalam bahasa Jawa artinya adalah mati. Namun, bagi orang Madura, tentu akan memahami apa itu bungko. Bungko merupakan jajanan atau takjil khas Ramadan.

Pada hari biasa, bungko dijual di dalam pasar. Lalu, apa itu bungko dan, bagaimana asal muasalnya? Darsono, salah seorang pedagang bungko, menuturkan bahwa bungko merupakan makanan yang berisi roti, bubur ketan, jeli, dan santan. “Yang menjadi khas adalah buburnya itu. Lalu, dibungkus dengan menggunakan daun pisang,” lanjut warga berusia 40 tahun tersebut.

Warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang, itu mengungkapkan bahwa kata bungko tersebut berasal bahasa Madura yang berarti rumah. “Dulu, jajanan ini dijual di rumah-rumah,” ujarnya. Karena itu, masyarakat menamainya jajan bungko.

Mobile_AP_Rectangle 2

Seiring berjalannya waktu, bungko tak hanya dijual di rumah-rumah warga. Namun, juga diedarkan di sejumlah pasar. Bahkan penamaan jajanan tersebut juga mulai berkembang. “Ada yang menyebutnya bungko. Ada juga yang menamakannya jajan bongko,” tandasnya.

Meski begitu, Darsono mengungkapkan bahwa cita rasanya sangat membuat para konsumen ketagihan. Terutama saat mencicipi buburnya. “Harganya juga sangat merakyat, yakni Rp 4 ribu,” pungkasnya.

Menurut dia, bungko banyak dijual di sepanjang Jalan Raya Mayang, Pasar Mayang, Kecamatan Mayang. Terutama saat Ramadan. Ya, bungko menjadi salah satu ciri khas penganan yang kerap dicari di bulan Ramadan, tak berbeda seperti petulo dan serabi. Rasanya yang manis dan legit menjadikan bungko sebagai alternatif menu berbuka yang diminati masyarakat.

Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – “BUNGKO, bungko, bungko,” tutur salah seorang pedagang di Pasar Mayang, Heni Andini, sore itu. Sekilas, pelafalan tersebut mirip dengan kata bongko. Atau dalam bahasa Jawa artinya adalah mati. Namun, bagi orang Madura, tentu akan memahami apa itu bungko. Bungko merupakan jajanan atau takjil khas Ramadan.

Pada hari biasa, bungko dijual di dalam pasar. Lalu, apa itu bungko dan, bagaimana asal muasalnya? Darsono, salah seorang pedagang bungko, menuturkan bahwa bungko merupakan makanan yang berisi roti, bubur ketan, jeli, dan santan. “Yang menjadi khas adalah buburnya itu. Lalu, dibungkus dengan menggunakan daun pisang,” lanjut warga berusia 40 tahun tersebut.

Warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang, itu mengungkapkan bahwa kata bungko tersebut berasal bahasa Madura yang berarti rumah. “Dulu, jajanan ini dijual di rumah-rumah,” ujarnya. Karena itu, masyarakat menamainya jajan bungko.

Seiring berjalannya waktu, bungko tak hanya dijual di rumah-rumah warga. Namun, juga diedarkan di sejumlah pasar. Bahkan penamaan jajanan tersebut juga mulai berkembang. “Ada yang menyebutnya bungko. Ada juga yang menamakannya jajan bongko,” tandasnya.

Meski begitu, Darsono mengungkapkan bahwa cita rasanya sangat membuat para konsumen ketagihan. Terutama saat mencicipi buburnya. “Harganya juga sangat merakyat, yakni Rp 4 ribu,” pungkasnya.

Menurut dia, bungko banyak dijual di sepanjang Jalan Raya Mayang, Pasar Mayang, Kecamatan Mayang. Terutama saat Ramadan. Ya, bungko menjadi salah satu ciri khas penganan yang kerap dicari di bulan Ramadan, tak berbeda seperti petulo dan serabi. Rasanya yang manis dan legit menjadikan bungko sebagai alternatif menu berbuka yang diminati masyarakat.

Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – “BUNGKO, bungko, bungko,” tutur salah seorang pedagang di Pasar Mayang, Heni Andini, sore itu. Sekilas, pelafalan tersebut mirip dengan kata bongko. Atau dalam bahasa Jawa artinya adalah mati. Namun, bagi orang Madura, tentu akan memahami apa itu bungko. Bungko merupakan jajanan atau takjil khas Ramadan.

Pada hari biasa, bungko dijual di dalam pasar. Lalu, apa itu bungko dan, bagaimana asal muasalnya? Darsono, salah seorang pedagang bungko, menuturkan bahwa bungko merupakan makanan yang berisi roti, bubur ketan, jeli, dan santan. “Yang menjadi khas adalah buburnya itu. Lalu, dibungkus dengan menggunakan daun pisang,” lanjut warga berusia 40 tahun tersebut.

Warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang, itu mengungkapkan bahwa kata bungko tersebut berasal bahasa Madura yang berarti rumah. “Dulu, jajanan ini dijual di rumah-rumah,” ujarnya. Karena itu, masyarakat menamainya jajan bungko.

Seiring berjalannya waktu, bungko tak hanya dijual di rumah-rumah warga. Namun, juga diedarkan di sejumlah pasar. Bahkan penamaan jajanan tersebut juga mulai berkembang. “Ada yang menyebutnya bungko. Ada juga yang menamakannya jajan bongko,” tandasnya.

Meski begitu, Darsono mengungkapkan bahwa cita rasanya sangat membuat para konsumen ketagihan. Terutama saat mencicipi buburnya. “Harganya juga sangat merakyat, yakni Rp 4 ribu,” pungkasnya.

Menurut dia, bungko banyak dijual di sepanjang Jalan Raya Mayang, Pasar Mayang, Kecamatan Mayang. Terutama saat Ramadan. Ya, bungko menjadi salah satu ciri khas penganan yang kerap dicari di bulan Ramadan, tak berbeda seperti petulo dan serabi. Rasanya yang manis dan legit menjadikan bungko sebagai alternatif menu berbuka yang diminati masyarakat.

Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca