24 C
Jember
Sunday, 2 April 2023

Klaim Akseptor KB Bisa Cegah Stunting

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Stunting menjadi masalah utama di Jember yang harus dituntaskan segera. Sebab, di tingkat Jawa Timur angkanya masih menduduki peringkat atas. Selain upaya pencegahan pernikahan dini, penambahan gizi bagi ibu hamil dan balita, pemerintah daerah juga melakukan langkah lain dengan memasifkan gerakan penggunaan akseptor KB. Sebab, akseptor KB juga diklaim bisa mencegah stunting.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jember Suprihandoko mengatakan, optimalisasi program KB untuk semua kalangan masyarakat secara nasional dilakukan melalui program Sejuta Akseptor. Program yang dilakukan serentak itu tak hanya melayani KB baru. Namun, juga KB ulang dan KB ganti. Di Jember, program tersebut diikuti oleh 11.668 orang dengan menggunakan semua metode.

Suprihandoko menyebut, program ini berimbas dalam pencegahan stunting, karena juga berdampak terhadap pencegahan perkawinan dini. Menurutnya, program Sejuta Akseptor ini telah menyasar lebih dari target yang telah ditetapkan. “Dalam merealisasikannya, kami sudah melakukan secara masif. Sehingga Jember mencapai terbesar ketiga di Jawa Timur,” katanya.

Mobile_AP_Rectangle 2

BACA JUGA : Singapura Anggap Covid 19 Flu Biasa Professor Zubairi: Jangan Latah

Dia menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas). Selain untuk meringankan biaya masyarakat dalam mengakses akseptor, aksi ini juga menyukseskan program KB. Serta menekan pertumbuhan penduduk. Gerakan ini disebutnya berdampak positif terhadap pengendalian penduduk. Sebab, selama pandemi tidak terjadi lonjakan angka kehamilan dan kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tetap terjaga.

Kendati demikian, untuk pencegahan stunting dan pernikahan dini, menurutnya, tidak bisa hanya dilakukan DP3AKB sendiri. Namun, perlu ada kerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) yang lain, termasuk tokoh masyarakat. “Seperti wabup sebelumnya, Kiai Muqit, memberikan statement kalau menikahnya kurang dari 19 tahun, tidak mau datang. Ini pengaruhnya luar biasa bagi tokoh masyarakat,” ungkap Suprihandoko.

Dia berharap, program akseptor ini dapat menurunkan angka stunting di Jember. Serta dapat meningkatkan kualitas keluarga. Selain itu, menjadi momentum bagi keluarga agar bersama-sama menjaga komitmen dalam mencegah pernikahan dini, serta memahami pengaturan kelahiran. “Misalnya, usia saat hamil tidak boleh terlalu tua dan terlalu muda. Karena ada risiko kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dok. Jawa Pos
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Stunting menjadi masalah utama di Jember yang harus dituntaskan segera. Sebab, di tingkat Jawa Timur angkanya masih menduduki peringkat atas. Selain upaya pencegahan pernikahan dini, penambahan gizi bagi ibu hamil dan balita, pemerintah daerah juga melakukan langkah lain dengan memasifkan gerakan penggunaan akseptor KB. Sebab, akseptor KB juga diklaim bisa mencegah stunting.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jember Suprihandoko mengatakan, optimalisasi program KB untuk semua kalangan masyarakat secara nasional dilakukan melalui program Sejuta Akseptor. Program yang dilakukan serentak itu tak hanya melayani KB baru. Namun, juga KB ulang dan KB ganti. Di Jember, program tersebut diikuti oleh 11.668 orang dengan menggunakan semua metode.

Suprihandoko menyebut, program ini berimbas dalam pencegahan stunting, karena juga berdampak terhadap pencegahan perkawinan dini. Menurutnya, program Sejuta Akseptor ini telah menyasar lebih dari target yang telah ditetapkan. “Dalam merealisasikannya, kami sudah melakukan secara masif. Sehingga Jember mencapai terbesar ketiga di Jawa Timur,” katanya.

BACA JUGA : Singapura Anggap Covid 19 Flu Biasa Professor Zubairi: Jangan Latah

Dia menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas). Selain untuk meringankan biaya masyarakat dalam mengakses akseptor, aksi ini juga menyukseskan program KB. Serta menekan pertumbuhan penduduk. Gerakan ini disebutnya berdampak positif terhadap pengendalian penduduk. Sebab, selama pandemi tidak terjadi lonjakan angka kehamilan dan kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tetap terjaga.

Kendati demikian, untuk pencegahan stunting dan pernikahan dini, menurutnya, tidak bisa hanya dilakukan DP3AKB sendiri. Namun, perlu ada kerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) yang lain, termasuk tokoh masyarakat. “Seperti wabup sebelumnya, Kiai Muqit, memberikan statement kalau menikahnya kurang dari 19 tahun, tidak mau datang. Ini pengaruhnya luar biasa bagi tokoh masyarakat,” ungkap Suprihandoko.

Dia berharap, program akseptor ini dapat menurunkan angka stunting di Jember. Serta dapat meningkatkan kualitas keluarga. Selain itu, menjadi momentum bagi keluarga agar bersama-sama menjaga komitmen dalam mencegah pernikahan dini, serta memahami pengaturan kelahiran. “Misalnya, usia saat hamil tidak boleh terlalu tua dan terlalu muda. Karena ada risiko kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dok. Jawa Pos
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Stunting menjadi masalah utama di Jember yang harus dituntaskan segera. Sebab, di tingkat Jawa Timur angkanya masih menduduki peringkat atas. Selain upaya pencegahan pernikahan dini, penambahan gizi bagi ibu hamil dan balita, pemerintah daerah juga melakukan langkah lain dengan memasifkan gerakan penggunaan akseptor KB. Sebab, akseptor KB juga diklaim bisa mencegah stunting.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jember Suprihandoko mengatakan, optimalisasi program KB untuk semua kalangan masyarakat secara nasional dilakukan melalui program Sejuta Akseptor. Program yang dilakukan serentak itu tak hanya melayani KB baru. Namun, juga KB ulang dan KB ganti. Di Jember, program tersebut diikuti oleh 11.668 orang dengan menggunakan semua metode.

Suprihandoko menyebut, program ini berimbas dalam pencegahan stunting, karena juga berdampak terhadap pencegahan perkawinan dini. Menurutnya, program Sejuta Akseptor ini telah menyasar lebih dari target yang telah ditetapkan. “Dalam merealisasikannya, kami sudah melakukan secara masif. Sehingga Jember mencapai terbesar ketiga di Jawa Timur,” katanya.

BACA JUGA : Singapura Anggap Covid 19 Flu Biasa Professor Zubairi: Jangan Latah

Dia menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas). Selain untuk meringankan biaya masyarakat dalam mengakses akseptor, aksi ini juga menyukseskan program KB. Serta menekan pertumbuhan penduduk. Gerakan ini disebutnya berdampak positif terhadap pengendalian penduduk. Sebab, selama pandemi tidak terjadi lonjakan angka kehamilan dan kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tetap terjaga.

Kendati demikian, untuk pencegahan stunting dan pernikahan dini, menurutnya, tidak bisa hanya dilakukan DP3AKB sendiri. Namun, perlu ada kerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) yang lain, termasuk tokoh masyarakat. “Seperti wabup sebelumnya, Kiai Muqit, memberikan statement kalau menikahnya kurang dari 19 tahun, tidak mau datang. Ini pengaruhnya luar biasa bagi tokoh masyarakat,” ungkap Suprihandoko.

Dia berharap, program akseptor ini dapat menurunkan angka stunting di Jember. Serta dapat meningkatkan kualitas keluarga. Selain itu, menjadi momentum bagi keluarga agar bersama-sama menjaga komitmen dalam mencegah pernikahan dini, serta memahami pengaturan kelahiran. “Misalnya, usia saat hamil tidak boleh terlalu tua dan terlalu muda. Karena ada risiko kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dok. Jawa Pos
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca