23.3 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Selain Sertifikat Pernikahan, kini Ada Uji Layak bagi Calon Pengantin

Siap 5.625 Tenaga Pendamping Calon Pengantin Cegah Stunting

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemkab Jember terus berupaya menekan angka stunting di Jember. Namun, hingga kini, problem kekurangan gizi pada bayi (stunting) itu masih tergolong tinggi. Dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera dituntaskan. Salah satu cara yang terbaru dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan stunting di sektor bulu. Dengan memberikan penyadaran pada pasangan baru menikah tentang pentingnya pemenuhan gizi pada bayi.

PEDULI ANAK: Ketua TP PKK Jember Kasih Fajarini ketika safari posyandu, akhir Juni lalu. Kasus stunting menjadi program prioritas yang dilakukan pemerintah digawangi DP3AKB, Dinkes, serta TP PKK Jember

Program penyadaran pencegahan stunting ini akan dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Pemkab Jember. Selain menyiapkan personel khusus yang berjumlah 5.625 orang untuk tim pendamping keluarga, dinas juga akan menggandeng pekerja media dalam menggelorakan aksi tersebut. Para pewarta ini yang nantinya menjadi corong penyadaran kepada masyarakat terkait stunting melalui kampanye publik.

“Jurnalis punya peran strategis untuk pembangunan Jember. Termasuk upaya memberantas stunting,” tutur Suprihandoko, Kepala DP3AKB Jember. Pernyataan itu ia sampaikan ketika sosialisasi Kegiatan Penyuluhan KB Program Bangga Kencana kepada jurnalis di aula Bina Kencana Gedung DP3AKB, kemarin (27/12).

Mobile_AP_Rectangle 2

Ia mengatakan, penanganan stunting menjadi program serius. Sebab, stunting menjadi salah satu penyebab adanya gradasi kualitas generasi di masa mendatang. “Kalau semua anak kita kerdil, pasti berpotensi adanya kebodohan,” tuturnya.

Saat ini, pihaknya melakukan penanganan stunting berbeda dengan cara yang sudah dilakukan sebelumnya. Yakni dengan melakukan pencegahan dari hulu. “Kenapa hulunya distop? Kalau perempuan semua ikut KB dua tahun tidak hamil, maka stunting tidak ada. Tapi kan, kita tidak bisa gitu,” tuturnya.

Langkah konkret yang akan dilakukan dalam pencegahan stunting, Suprihandoko menjelaskan, pihaknya akan menerjunkan tim pendamping keluarga. Tugasnya untuk mengedukasi pasangan yang akan menikah. Mereka akan bersinergi dengan Kementerian Agama (Kemenag), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Tim Penggerak PKK. Nantinya, calon pasangan pengantin diuji mengenai kesiapan mereka sebelum memutuskan menikah. “Harapan kami mereka benar-benar diuji persiapan kehidupan berkeluarga seperti apa. Rapornya seperti apa dan kami nyatakan lulus dan diberi sertifikat,” tuturnya.

Nantinya akan ada lembar keterangan yang menerangkan pasangan tersebut sudah lulus dalam persiapan ujian kehidupan berkeluarga. Melalui sertifikat tersebut, pihaknya bisa melacak jika ke depan terjadi masalah. “Dengan seperti itu, kita bisa klaim. Berdasarkan register sekian yang diedukasi persiapan keluarga. Ke depan bisa diteliti. Kalau hari ini tidak bisa,” tambahnya.

Hingga saat ini, pihaknya telah melatih 5.625 orang untuk tim pendamping keluarga. Nantinya, satu tim terdiri atas tiga orang yang berasal dari unsur tenaga kesehatan (nakes), PKK, dan anggota Bangga Kencana. Merekalah yang bakal melakukan edukasi pada setiap keluarga. “Tugasnya menyasar 6.000 keluarga,” ungkapnya. Suprihandoko optimistis, jika program ini terealisasi, maka angka stunting dapat menurun secara drastis.

Pada agenda Rembuk Stunting yang digelar Bupati Jember Hendy Siswanto di Pendapa Wahyawibawagraha, September lalu, kasus stunting di Jember kala itu menempati peringkat dua tertinggi di Jawa Timur dengan angka 37,58 persen. Penanganan yang bakal dilakukan dimulai sejak proses kehamilan ibu sampai bayi usia 24 bulan. Termasuk juga bagi anak usia lima tahun ke atas yang mengalami stunting. Targetnya, akhir 2022 mendatang stunting di Jember benar-benar teratasi.

Sementara itu, berdasarkan data yang dipaparkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jember dalam diskusi bersama organisasi masyarakat sipil (OMS) di aula bawah Pemkab Jember, Kamis (23/12) pekan kemarin, ada 10 puskesmas dengan kasus stunting tertinggi. Kesepuluh puskesmas tersebut tersebar tak hanya di kawasan pinggiran, tapi juga dalam kota. Secara berurutan adalah Puskesmas Bangsalsari, Jelbuk, Rowotengah, Ledokombo, Mangli, Sumbersari, Silo II, Kaliwates, Curahnongko, dan Kalisat.

Reporter : Dian Cahyani/Radar Jember

Fotografer : Dokumen Radar Jember/ Diskominfo

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

 

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemkab Jember terus berupaya menekan angka stunting di Jember. Namun, hingga kini, problem kekurangan gizi pada bayi (stunting) itu masih tergolong tinggi. Dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera dituntaskan. Salah satu cara yang terbaru dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan stunting di sektor bulu. Dengan memberikan penyadaran pada pasangan baru menikah tentang pentingnya pemenuhan gizi pada bayi.

PEDULI ANAK: Ketua TP PKK Jember Kasih Fajarini ketika safari posyandu, akhir Juni lalu. Kasus stunting menjadi program prioritas yang dilakukan pemerintah digawangi DP3AKB, Dinkes, serta TP PKK Jember

Program penyadaran pencegahan stunting ini akan dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Pemkab Jember. Selain menyiapkan personel khusus yang berjumlah 5.625 orang untuk tim pendamping keluarga, dinas juga akan menggandeng pekerja media dalam menggelorakan aksi tersebut. Para pewarta ini yang nantinya menjadi corong penyadaran kepada masyarakat terkait stunting melalui kampanye publik.

“Jurnalis punya peran strategis untuk pembangunan Jember. Termasuk upaya memberantas stunting,” tutur Suprihandoko, Kepala DP3AKB Jember. Pernyataan itu ia sampaikan ketika sosialisasi Kegiatan Penyuluhan KB Program Bangga Kencana kepada jurnalis di aula Bina Kencana Gedung DP3AKB, kemarin (27/12).

Ia mengatakan, penanganan stunting menjadi program serius. Sebab, stunting menjadi salah satu penyebab adanya gradasi kualitas generasi di masa mendatang. “Kalau semua anak kita kerdil, pasti berpotensi adanya kebodohan,” tuturnya.

Saat ini, pihaknya melakukan penanganan stunting berbeda dengan cara yang sudah dilakukan sebelumnya. Yakni dengan melakukan pencegahan dari hulu. “Kenapa hulunya distop? Kalau perempuan semua ikut KB dua tahun tidak hamil, maka stunting tidak ada. Tapi kan, kita tidak bisa gitu,” tuturnya.

Langkah konkret yang akan dilakukan dalam pencegahan stunting, Suprihandoko menjelaskan, pihaknya akan menerjunkan tim pendamping keluarga. Tugasnya untuk mengedukasi pasangan yang akan menikah. Mereka akan bersinergi dengan Kementerian Agama (Kemenag), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Tim Penggerak PKK. Nantinya, calon pasangan pengantin diuji mengenai kesiapan mereka sebelum memutuskan menikah. “Harapan kami mereka benar-benar diuji persiapan kehidupan berkeluarga seperti apa. Rapornya seperti apa dan kami nyatakan lulus dan diberi sertifikat,” tuturnya.

Nantinya akan ada lembar keterangan yang menerangkan pasangan tersebut sudah lulus dalam persiapan ujian kehidupan berkeluarga. Melalui sertifikat tersebut, pihaknya bisa melacak jika ke depan terjadi masalah. “Dengan seperti itu, kita bisa klaim. Berdasarkan register sekian yang diedukasi persiapan keluarga. Ke depan bisa diteliti. Kalau hari ini tidak bisa,” tambahnya.

Hingga saat ini, pihaknya telah melatih 5.625 orang untuk tim pendamping keluarga. Nantinya, satu tim terdiri atas tiga orang yang berasal dari unsur tenaga kesehatan (nakes), PKK, dan anggota Bangga Kencana. Merekalah yang bakal melakukan edukasi pada setiap keluarga. “Tugasnya menyasar 6.000 keluarga,” ungkapnya. Suprihandoko optimistis, jika program ini terealisasi, maka angka stunting dapat menurun secara drastis.

Pada agenda Rembuk Stunting yang digelar Bupati Jember Hendy Siswanto di Pendapa Wahyawibawagraha, September lalu, kasus stunting di Jember kala itu menempati peringkat dua tertinggi di Jawa Timur dengan angka 37,58 persen. Penanganan yang bakal dilakukan dimulai sejak proses kehamilan ibu sampai bayi usia 24 bulan. Termasuk juga bagi anak usia lima tahun ke atas yang mengalami stunting. Targetnya, akhir 2022 mendatang stunting di Jember benar-benar teratasi.

Sementara itu, berdasarkan data yang dipaparkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jember dalam diskusi bersama organisasi masyarakat sipil (OMS) di aula bawah Pemkab Jember, Kamis (23/12) pekan kemarin, ada 10 puskesmas dengan kasus stunting tertinggi. Kesepuluh puskesmas tersebut tersebar tak hanya di kawasan pinggiran, tapi juga dalam kota. Secara berurutan adalah Puskesmas Bangsalsari, Jelbuk, Rowotengah, Ledokombo, Mangli, Sumbersari, Silo II, Kaliwates, Curahnongko, dan Kalisat.

Reporter : Dian Cahyani/Radar Jember

Fotografer : Dokumen Radar Jember/ Diskominfo

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

 

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemkab Jember terus berupaya menekan angka stunting di Jember. Namun, hingga kini, problem kekurangan gizi pada bayi (stunting) itu masih tergolong tinggi. Dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera dituntaskan. Salah satu cara yang terbaru dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan stunting di sektor bulu. Dengan memberikan penyadaran pada pasangan baru menikah tentang pentingnya pemenuhan gizi pada bayi.

PEDULI ANAK: Ketua TP PKK Jember Kasih Fajarini ketika safari posyandu, akhir Juni lalu. Kasus stunting menjadi program prioritas yang dilakukan pemerintah digawangi DP3AKB, Dinkes, serta TP PKK Jember

Program penyadaran pencegahan stunting ini akan dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Pemkab Jember. Selain menyiapkan personel khusus yang berjumlah 5.625 orang untuk tim pendamping keluarga, dinas juga akan menggandeng pekerja media dalam menggelorakan aksi tersebut. Para pewarta ini yang nantinya menjadi corong penyadaran kepada masyarakat terkait stunting melalui kampanye publik.

“Jurnalis punya peran strategis untuk pembangunan Jember. Termasuk upaya memberantas stunting,” tutur Suprihandoko, Kepala DP3AKB Jember. Pernyataan itu ia sampaikan ketika sosialisasi Kegiatan Penyuluhan KB Program Bangga Kencana kepada jurnalis di aula Bina Kencana Gedung DP3AKB, kemarin (27/12).

Ia mengatakan, penanganan stunting menjadi program serius. Sebab, stunting menjadi salah satu penyebab adanya gradasi kualitas generasi di masa mendatang. “Kalau semua anak kita kerdil, pasti berpotensi adanya kebodohan,” tuturnya.

Saat ini, pihaknya melakukan penanganan stunting berbeda dengan cara yang sudah dilakukan sebelumnya. Yakni dengan melakukan pencegahan dari hulu. “Kenapa hulunya distop? Kalau perempuan semua ikut KB dua tahun tidak hamil, maka stunting tidak ada. Tapi kan, kita tidak bisa gitu,” tuturnya.

Langkah konkret yang akan dilakukan dalam pencegahan stunting, Suprihandoko menjelaskan, pihaknya akan menerjunkan tim pendamping keluarga. Tugasnya untuk mengedukasi pasangan yang akan menikah. Mereka akan bersinergi dengan Kementerian Agama (Kemenag), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Tim Penggerak PKK. Nantinya, calon pasangan pengantin diuji mengenai kesiapan mereka sebelum memutuskan menikah. “Harapan kami mereka benar-benar diuji persiapan kehidupan berkeluarga seperti apa. Rapornya seperti apa dan kami nyatakan lulus dan diberi sertifikat,” tuturnya.

Nantinya akan ada lembar keterangan yang menerangkan pasangan tersebut sudah lulus dalam persiapan ujian kehidupan berkeluarga. Melalui sertifikat tersebut, pihaknya bisa melacak jika ke depan terjadi masalah. “Dengan seperti itu, kita bisa klaim. Berdasarkan register sekian yang diedukasi persiapan keluarga. Ke depan bisa diteliti. Kalau hari ini tidak bisa,” tambahnya.

Hingga saat ini, pihaknya telah melatih 5.625 orang untuk tim pendamping keluarga. Nantinya, satu tim terdiri atas tiga orang yang berasal dari unsur tenaga kesehatan (nakes), PKK, dan anggota Bangga Kencana. Merekalah yang bakal melakukan edukasi pada setiap keluarga. “Tugasnya menyasar 6.000 keluarga,” ungkapnya. Suprihandoko optimistis, jika program ini terealisasi, maka angka stunting dapat menurun secara drastis.

Pada agenda Rembuk Stunting yang digelar Bupati Jember Hendy Siswanto di Pendapa Wahyawibawagraha, September lalu, kasus stunting di Jember kala itu menempati peringkat dua tertinggi di Jawa Timur dengan angka 37,58 persen. Penanganan yang bakal dilakukan dimulai sejak proses kehamilan ibu sampai bayi usia 24 bulan. Termasuk juga bagi anak usia lima tahun ke atas yang mengalami stunting. Targetnya, akhir 2022 mendatang stunting di Jember benar-benar teratasi.

Sementara itu, berdasarkan data yang dipaparkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jember dalam diskusi bersama organisasi masyarakat sipil (OMS) di aula bawah Pemkab Jember, Kamis (23/12) pekan kemarin, ada 10 puskesmas dengan kasus stunting tertinggi. Kesepuluh puskesmas tersebut tersebar tak hanya di kawasan pinggiran, tapi juga dalam kota. Secara berurutan adalah Puskesmas Bangsalsari, Jelbuk, Rowotengah, Ledokombo, Mangli, Sumbersari, Silo II, Kaliwates, Curahnongko, dan Kalisat.

Reporter : Dian Cahyani/Radar Jember

Fotografer : Dokumen Radar Jember/ Diskominfo

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca