30.2 C
Jember
Sunday, 4 June 2023

Komsumsi Minyak Jelantah Bisa Picu Kanker Serta Obesitas

Mobile_AP_Rectangle 1

BOGOR, RADARJEMBER.ID – Inilah efek bila orang mengkomsumsi minyak jelantah,  mulai dari meningkatkan risiko kanker hingga menjadi sumber berbagai penyakit lainnya seperti obesitas.

”Selain meningkatkan risiko kanker, minyak jelantah juga bisa menjadi sumber munculnya berbagai penyakit seperti infeksi bakteri, obesitas, hingga penyakit degeneratif,”tutur Sedarnawati seperti dilansir dari Antara, Rabu (22/3).

Dia menjelaskan, minyak jelantah dapat menjadi media penyerapan radikal bebas yang akan ikut terserap ke dalam makanan digoreng. Zat tersebut kemudian akan menjadi karsinogen penyebab kanker  akan menyerang sel tubuh seseorang mengonsumsi makanan tersebut.

Mobile_AP_Rectangle 2

Penelitian para ahli dari University of the Basque Country di Spanyol menunjukkan minyak jelantah mengandung senyawa organik aldehid yang dapat berubah menjadi zat karsinogen yang memicu penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan parkinson.

Minyak goreng sudah dipakai berkali-kali juga menjadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri. ”Bakteri tersebut hidup dan berkembang dengan memakan remah-remah sisa gorengan mengendap di minyak jelantah atau menempel pada wajan,” ujar dia.

Selain itu, minyak jelantah juga mengandung kadar kalori dan lemak trans akan terus meningkat. Itu  akan memicu obesitas,  berujung pada berbagai komplikasi serius seperti diabetes atau penyakit jantung.

Di samping aspek kesehatan, Sedarnawati juga auditor senior Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) itu mengatakan, minyak jelantah juga perlu dicermati aspek kehalalannya.

Menurut dia, risiko mengonsumsi minyak jelantah tidak halal menjadi lebih tinggi ketika masyarakat membeli gorengan dari para penjaja makanan belum bersertifikat halal. ”Pedagang jenis ini membeli minyak jelantah dibeli dari restoran.”imbuh perempuan tersebut.

Kemudian dimurnikan kembali. Memang lebih hemat, namun sangat diragukan kehalalannya, karena tidak diketahui minyak goreng tersebut sebelumnya digunakan untuk menggoreng makanan halal atau tidak.

”Jika minyak goreng di restoran tadi digunakan untuk memasak makanan tidak halal, jelantahnya juga menjadi tidak halal,” lanjut dia. Untuk itu, dia pun mengingatkan masyarakat untuk selalu membeli minyak goreng bersertifikat halal.

Kemudian hindari gunakan minyak goreng secara berulang-ulang.”Maksimal penggunaan cukup dua sampai tiga kali penggorengan sambil dicermati perubahan warna,” terang Sedarnawati. Dia menambahkan, hindari membeli minyak goreng jelantah tidak jelas sumbernya.(*)

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto:Pexela/Antara

Sumber Berita:jawapos.com

 

- Advertisement -

BOGOR, RADARJEMBER.ID – Inilah efek bila orang mengkomsumsi minyak jelantah,  mulai dari meningkatkan risiko kanker hingga menjadi sumber berbagai penyakit lainnya seperti obesitas.

”Selain meningkatkan risiko kanker, minyak jelantah juga bisa menjadi sumber munculnya berbagai penyakit seperti infeksi bakteri, obesitas, hingga penyakit degeneratif,”tutur Sedarnawati seperti dilansir dari Antara, Rabu (22/3).

Dia menjelaskan, minyak jelantah dapat menjadi media penyerapan radikal bebas yang akan ikut terserap ke dalam makanan digoreng. Zat tersebut kemudian akan menjadi karsinogen penyebab kanker  akan menyerang sel tubuh seseorang mengonsumsi makanan tersebut.

Penelitian para ahli dari University of the Basque Country di Spanyol menunjukkan minyak jelantah mengandung senyawa organik aldehid yang dapat berubah menjadi zat karsinogen yang memicu penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan parkinson.

Minyak goreng sudah dipakai berkali-kali juga menjadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri. ”Bakteri tersebut hidup dan berkembang dengan memakan remah-remah sisa gorengan mengendap di minyak jelantah atau menempel pada wajan,” ujar dia.

Selain itu, minyak jelantah juga mengandung kadar kalori dan lemak trans akan terus meningkat. Itu  akan memicu obesitas,  berujung pada berbagai komplikasi serius seperti diabetes atau penyakit jantung.

Di samping aspek kesehatan, Sedarnawati juga auditor senior Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) itu mengatakan, minyak jelantah juga perlu dicermati aspek kehalalannya.

Menurut dia, risiko mengonsumsi minyak jelantah tidak halal menjadi lebih tinggi ketika masyarakat membeli gorengan dari para penjaja makanan belum bersertifikat halal. ”Pedagang jenis ini membeli minyak jelantah dibeli dari restoran.”imbuh perempuan tersebut.

Kemudian dimurnikan kembali. Memang lebih hemat, namun sangat diragukan kehalalannya, karena tidak diketahui minyak goreng tersebut sebelumnya digunakan untuk menggoreng makanan halal atau tidak.

”Jika minyak goreng di restoran tadi digunakan untuk memasak makanan tidak halal, jelantahnya juga menjadi tidak halal,” lanjut dia. Untuk itu, dia pun mengingatkan masyarakat untuk selalu membeli minyak goreng bersertifikat halal.

Kemudian hindari gunakan minyak goreng secara berulang-ulang.”Maksimal penggunaan cukup dua sampai tiga kali penggorengan sambil dicermati perubahan warna,” terang Sedarnawati. Dia menambahkan, hindari membeli minyak goreng jelantah tidak jelas sumbernya.(*)

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto:Pexela/Antara

Sumber Berita:jawapos.com

 

BOGOR, RADARJEMBER.ID – Inilah efek bila orang mengkomsumsi minyak jelantah,  mulai dari meningkatkan risiko kanker hingga menjadi sumber berbagai penyakit lainnya seperti obesitas.

”Selain meningkatkan risiko kanker, minyak jelantah juga bisa menjadi sumber munculnya berbagai penyakit seperti infeksi bakteri, obesitas, hingga penyakit degeneratif,”tutur Sedarnawati seperti dilansir dari Antara, Rabu (22/3).

Dia menjelaskan, minyak jelantah dapat menjadi media penyerapan radikal bebas yang akan ikut terserap ke dalam makanan digoreng. Zat tersebut kemudian akan menjadi karsinogen penyebab kanker  akan menyerang sel tubuh seseorang mengonsumsi makanan tersebut.

Penelitian para ahli dari University of the Basque Country di Spanyol menunjukkan minyak jelantah mengandung senyawa organik aldehid yang dapat berubah menjadi zat karsinogen yang memicu penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan parkinson.

Minyak goreng sudah dipakai berkali-kali juga menjadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri. ”Bakteri tersebut hidup dan berkembang dengan memakan remah-remah sisa gorengan mengendap di minyak jelantah atau menempel pada wajan,” ujar dia.

Selain itu, minyak jelantah juga mengandung kadar kalori dan lemak trans akan terus meningkat. Itu  akan memicu obesitas,  berujung pada berbagai komplikasi serius seperti diabetes atau penyakit jantung.

Di samping aspek kesehatan, Sedarnawati juga auditor senior Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) itu mengatakan, minyak jelantah juga perlu dicermati aspek kehalalannya.

Menurut dia, risiko mengonsumsi minyak jelantah tidak halal menjadi lebih tinggi ketika masyarakat membeli gorengan dari para penjaja makanan belum bersertifikat halal. ”Pedagang jenis ini membeli minyak jelantah dibeli dari restoran.”imbuh perempuan tersebut.

Kemudian dimurnikan kembali. Memang lebih hemat, namun sangat diragukan kehalalannya, karena tidak diketahui minyak goreng tersebut sebelumnya digunakan untuk menggoreng makanan halal atau tidak.

”Jika minyak goreng di restoran tadi digunakan untuk memasak makanan tidak halal, jelantahnya juga menjadi tidak halal,” lanjut dia. Untuk itu, dia pun mengingatkan masyarakat untuk selalu membeli minyak goreng bersertifikat halal.

Kemudian hindari gunakan minyak goreng secara berulang-ulang.”Maksimal penggunaan cukup dua sampai tiga kali penggorengan sambil dicermati perubahan warna,” terang Sedarnawati. Dia menambahkan, hindari membeli minyak goreng jelantah tidak jelas sumbernya.(*)

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto:Pexela/Antara

Sumber Berita:jawapos.com

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca