Mobile_AP_Rectangle 1
PONOROGO,RADARJEMBER.ID- Obat sapi terkena penyakit mulut dan kuku (PMK), kini kian langka di pasaran. Permintaan vaksin tersebut cukup tinggi tak sebanding jumlah produksi. Penyedia dibuat kalang kabut memenuhi permintaan konsumen.
BACA JUGA :Â Berangkat Bertahap, Semoga Jadi Haji Mabrur
Problem ini turut dirasakan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo. Pesanan obat sejak beberapa waktu lalu baru dikirimkan Jumat (17/6). Itu pun, jumlah terbatas kurang dari pesanan.
Mobile_AP_Rectangle 2
Hal tersebut seperti diungkapkan Masun, Kepala Dispertahankan Ponorogo, pihak dinas memesan empat jenis antibiotik ke pihak penyedia. Masing-masing jenis 600 botol. Namun, penyedia baru sanggup memenuhi satu jenis. Pun, jumlahnya hanya 400 botol.
.
Masun menegaskan, obat tersebut tidak sebanding dengan laporan kasus PMK. Per 14 Juni lalu, tercatat laporan kasus mencapai 4.000. Pihaknya tak mampu berbuat apa-apa kendati pabrik kewalahan memenuhi permintaan.
- Advertisement -
PONOROGO,RADARJEMBER.ID- Obat sapi terkena penyakit mulut dan kuku (PMK), kini kian langka di pasaran. Permintaan vaksin tersebut cukup tinggi tak sebanding jumlah produksi. Penyedia dibuat kalang kabut memenuhi permintaan konsumen.
BACA JUGA :Â Berangkat Bertahap, Semoga Jadi Haji Mabrur
Problem ini turut dirasakan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo. Pesanan obat sejak beberapa waktu lalu baru dikirimkan Jumat (17/6). Itu pun, jumlah terbatas kurang dari pesanan.
Hal tersebut seperti diungkapkan Masun, Kepala Dispertahankan Ponorogo, pihak dinas memesan empat jenis antibiotik ke pihak penyedia. Masing-masing jenis 600 botol. Namun, penyedia baru sanggup memenuhi satu jenis. Pun, jumlahnya hanya 400 botol.
.
Masun menegaskan, obat tersebut tidak sebanding dengan laporan kasus PMK. Per 14 Juni lalu, tercatat laporan kasus mencapai 4.000. Pihaknya tak mampu berbuat apa-apa kendati pabrik kewalahan memenuhi permintaan.
PONOROGO,RADARJEMBER.ID- Obat sapi terkena penyakit mulut dan kuku (PMK), kini kian langka di pasaran. Permintaan vaksin tersebut cukup tinggi tak sebanding jumlah produksi. Penyedia dibuat kalang kabut memenuhi permintaan konsumen.
BACA JUGA :Â Berangkat Bertahap, Semoga Jadi Haji Mabrur
Problem ini turut dirasakan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo. Pesanan obat sejak beberapa waktu lalu baru dikirimkan Jumat (17/6). Itu pun, jumlah terbatas kurang dari pesanan.
Hal tersebut seperti diungkapkan Masun, Kepala Dispertahankan Ponorogo, pihak dinas memesan empat jenis antibiotik ke pihak penyedia. Masing-masing jenis 600 botol. Namun, penyedia baru sanggup memenuhi satu jenis. Pun, jumlahnya hanya 400 botol.
.
Masun menegaskan, obat tersebut tidak sebanding dengan laporan kasus PMK. Per 14 Juni lalu, tercatat laporan kasus mencapai 4.000. Pihaknya tak mampu berbuat apa-apa kendati pabrik kewalahan memenuhi permintaan.