Mobile_AP_Rectangle 1
SUMBERSARI, Radar Jember – Anak, remaja, perempuan, dan remaja perempuan ialah kelompok yang paling rentan dalam berbagai kasus kekerasan dan kesehatan reproduksi. Praktik-praktik berbahaya, kekerasan berbasis gender, dan kehamilan yang tidak diinginkan harus menjadi kepedulian semua pihak.
BACA JUGA : Jalan Tol Solo-Ngawi Telan Tiga Orang Tewas Usai Tabrak Bak Truk
Direktur SuaR Indonesia Sanusi menuturkan, tiga permasalahan tersebut masih banyak terjadi di Jember. Terutama di tingkat-tingkat sekolah. Intervensi kepada remaja dirasa perlu untuk mengasah kepekaannya dan ikut terlibat dalam penurunan kasus. “Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS, Red) inilah yang harus diberikan kepada remaja,” katanya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Kekuatan anak muda menjadi pilar utama, baik remaja perempuan maupun anak perempuan, dapat sama-sama dilibatkan. Menurunkan tiga isu tersebut, maka kelompok remaja perempuan dan anak perempuan dianggap yang paling rentan. Sanusi berharap mereka bisa terdorong melakukan kepemimpinan dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. “Persoalan terkait ini menjadi persoalan bersama,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Jember di sela Workshop Advokasi CSO di salah satu hotel di Jalan Karimata, Kamis (11/5).
Pihaknya mendorong adanya kebijakan dari pemerintah daerah agar bisa melakukan akselerasi program yang tengah dijalankannya saat ini. Agar intervensi yang sudah dimulai pada enam SMP di Kecamatan Silo dan Ledokombo bisa direplikasi di seluruh SMP di Jember.
- Advertisement -
SUMBERSARI, Radar Jember – Anak, remaja, perempuan, dan remaja perempuan ialah kelompok yang paling rentan dalam berbagai kasus kekerasan dan kesehatan reproduksi. Praktik-praktik berbahaya, kekerasan berbasis gender, dan kehamilan yang tidak diinginkan harus menjadi kepedulian semua pihak.
BACA JUGA : Jalan Tol Solo-Ngawi Telan Tiga Orang Tewas Usai Tabrak Bak Truk
Direktur SuaR Indonesia Sanusi menuturkan, tiga permasalahan tersebut masih banyak terjadi di Jember. Terutama di tingkat-tingkat sekolah. Intervensi kepada remaja dirasa perlu untuk mengasah kepekaannya dan ikut terlibat dalam penurunan kasus. “Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS, Red) inilah yang harus diberikan kepada remaja,” katanya.
Kekuatan anak muda menjadi pilar utama, baik remaja perempuan maupun anak perempuan, dapat sama-sama dilibatkan. Menurunkan tiga isu tersebut, maka kelompok remaja perempuan dan anak perempuan dianggap yang paling rentan. Sanusi berharap mereka bisa terdorong melakukan kepemimpinan dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. “Persoalan terkait ini menjadi persoalan bersama,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Jember di sela Workshop Advokasi CSO di salah satu hotel di Jalan Karimata, Kamis (11/5).
Pihaknya mendorong adanya kebijakan dari pemerintah daerah agar bisa melakukan akselerasi program yang tengah dijalankannya saat ini. Agar intervensi yang sudah dimulai pada enam SMP di Kecamatan Silo dan Ledokombo bisa direplikasi di seluruh SMP di Jember.
SUMBERSARI, Radar Jember – Anak, remaja, perempuan, dan remaja perempuan ialah kelompok yang paling rentan dalam berbagai kasus kekerasan dan kesehatan reproduksi. Praktik-praktik berbahaya, kekerasan berbasis gender, dan kehamilan yang tidak diinginkan harus menjadi kepedulian semua pihak.
BACA JUGA : Jalan Tol Solo-Ngawi Telan Tiga Orang Tewas Usai Tabrak Bak Truk
Direktur SuaR Indonesia Sanusi menuturkan, tiga permasalahan tersebut masih banyak terjadi di Jember. Terutama di tingkat-tingkat sekolah. Intervensi kepada remaja dirasa perlu untuk mengasah kepekaannya dan ikut terlibat dalam penurunan kasus. “Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS, Red) inilah yang harus diberikan kepada remaja,” katanya.
Kekuatan anak muda menjadi pilar utama, baik remaja perempuan maupun anak perempuan, dapat sama-sama dilibatkan. Menurunkan tiga isu tersebut, maka kelompok remaja perempuan dan anak perempuan dianggap yang paling rentan. Sanusi berharap mereka bisa terdorong melakukan kepemimpinan dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. “Persoalan terkait ini menjadi persoalan bersama,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Jember di sela Workshop Advokasi CSO di salah satu hotel di Jalan Karimata, Kamis (11/5).
Pihaknya mendorong adanya kebijakan dari pemerintah daerah agar bisa melakukan akselerasi program yang tengah dijalankannya saat ini. Agar intervensi yang sudah dimulai pada enam SMP di Kecamatan Silo dan Ledokombo bisa direplikasi di seluruh SMP di Jember.