Mobile_AP_Rectangle 1
SUMBERSARI, Radar Jember – Tingginya kasus angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) tampaknya mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal itu terpantau dalam pembahasan perubahan APBD, beberapa waktu lalu.
Beberapa stakeholder terkait seperti Dinas Kesehatan dan sejumlah rumah sakit daerah milik Pemkab Jember diketahui mendapat suntikan anggaran segar untuk penanganan AKI/AKB tersebut. Direktur RSD dr Soebandi dr Hendro Soelistijono mengatakan, dalam perubahan APBD kemarin itu, RSD dr Soebandi mendapatkan dukungan anggaran yang cukup lumayan.
Salah satu peruntukannya yakni masalah-masalah penanganan penyakit jantung, yang selama ini menjadi penyebab kasus kematian ibu dan bayi. “Kami alhamdulillah didukung penuh dengan mendapat tambahan hampir Rp 9 miliar, untuk menambah peralatan-peralatan medis tersebut,” terang dr Hendro.
Mobile_AP_Rectangle 2
Nominal itu diakui lebih dari cukup, bahkan lebih besar dari keseluruhan anggaran total awal RSD dr Soebandi setelah perubahan. Nominal itu juga ditambahkan dari Silpa tahun lalu. “Pengurangan tidak ada. Penambahannya cuma itu saja, untuk penanganan jantung terpadu dan penurunan AKI/AKB,” tambahnya.
Penambahan juga sama diberikan ke RSD Kalisat. Direktur RSD Kalisat dr Nur Cahyohadi mengatakan, penambahan dihasilkan dari beberapa sumber anggaran. Seperti DAU sekitar Rp 990 juta, dan DAK sekitar Rp 6,5 miliar. “Dari sumber anggaran itu, digunakan untuk pengadaan alat kesehatan yang fokusnya untuk penurunan stunting dan AKI/AKB,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Jember Dwi Handarisasi menambahkan, kasus stunting selama ini memerlukan penanganan serius. “Jember menjadi salah kabupaten yang cukup tinggi kasusnya. Karena itu, perlu sinergi bersama, melibatkan berbagai pihak dalam penanganannya,” harapnya. (mau/c2/lin)
- Advertisement -
SUMBERSARI, Radar Jember – Tingginya kasus angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) tampaknya mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal itu terpantau dalam pembahasan perubahan APBD, beberapa waktu lalu.
Beberapa stakeholder terkait seperti Dinas Kesehatan dan sejumlah rumah sakit daerah milik Pemkab Jember diketahui mendapat suntikan anggaran segar untuk penanganan AKI/AKB tersebut. Direktur RSD dr Soebandi dr Hendro Soelistijono mengatakan, dalam perubahan APBD kemarin itu, RSD dr Soebandi mendapatkan dukungan anggaran yang cukup lumayan.
Salah satu peruntukannya yakni masalah-masalah penanganan penyakit jantung, yang selama ini menjadi penyebab kasus kematian ibu dan bayi. “Kami alhamdulillah didukung penuh dengan mendapat tambahan hampir Rp 9 miliar, untuk menambah peralatan-peralatan medis tersebut,” terang dr Hendro.
Nominal itu diakui lebih dari cukup, bahkan lebih besar dari keseluruhan anggaran total awal RSD dr Soebandi setelah perubahan. Nominal itu juga ditambahkan dari Silpa tahun lalu. “Pengurangan tidak ada. Penambahannya cuma itu saja, untuk penanganan jantung terpadu dan penurunan AKI/AKB,” tambahnya.
Penambahan juga sama diberikan ke RSD Kalisat. Direktur RSD Kalisat dr Nur Cahyohadi mengatakan, penambahan dihasilkan dari beberapa sumber anggaran. Seperti DAU sekitar Rp 990 juta, dan DAK sekitar Rp 6,5 miliar. “Dari sumber anggaran itu, digunakan untuk pengadaan alat kesehatan yang fokusnya untuk penurunan stunting dan AKI/AKB,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Jember Dwi Handarisasi menambahkan, kasus stunting selama ini memerlukan penanganan serius. “Jember menjadi salah kabupaten yang cukup tinggi kasusnya. Karena itu, perlu sinergi bersama, melibatkan berbagai pihak dalam penanganannya,” harapnya. (mau/c2/lin)
SUMBERSARI, Radar Jember – Tingginya kasus angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) tampaknya mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal itu terpantau dalam pembahasan perubahan APBD, beberapa waktu lalu.
Beberapa stakeholder terkait seperti Dinas Kesehatan dan sejumlah rumah sakit daerah milik Pemkab Jember diketahui mendapat suntikan anggaran segar untuk penanganan AKI/AKB tersebut. Direktur RSD dr Soebandi dr Hendro Soelistijono mengatakan, dalam perubahan APBD kemarin itu, RSD dr Soebandi mendapatkan dukungan anggaran yang cukup lumayan.
Salah satu peruntukannya yakni masalah-masalah penanganan penyakit jantung, yang selama ini menjadi penyebab kasus kematian ibu dan bayi. “Kami alhamdulillah didukung penuh dengan mendapat tambahan hampir Rp 9 miliar, untuk menambah peralatan-peralatan medis tersebut,” terang dr Hendro.
Nominal itu diakui lebih dari cukup, bahkan lebih besar dari keseluruhan anggaran total awal RSD dr Soebandi setelah perubahan. Nominal itu juga ditambahkan dari Silpa tahun lalu. “Pengurangan tidak ada. Penambahannya cuma itu saja, untuk penanganan jantung terpadu dan penurunan AKI/AKB,” tambahnya.
Penambahan juga sama diberikan ke RSD Kalisat. Direktur RSD Kalisat dr Nur Cahyohadi mengatakan, penambahan dihasilkan dari beberapa sumber anggaran. Seperti DAU sekitar Rp 990 juta, dan DAK sekitar Rp 6,5 miliar. “Dari sumber anggaran itu, digunakan untuk pengadaan alat kesehatan yang fokusnya untuk penurunan stunting dan AKI/AKB,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Jember Dwi Handarisasi menambahkan, kasus stunting selama ini memerlukan penanganan serius. “Jember menjadi salah kabupaten yang cukup tinggi kasusnya. Karena itu, perlu sinergi bersama, melibatkan berbagai pihak dalam penanganannya,” harapnya. (mau/c2/lin)