JEMBER, RADARJEMBER.ID – Masa pergantian musim dari hujan ke kemarau patut diwaspadai. Pasalnya, sisa-sisa genangan air hingga selokan bisa menjadi sarang pertumbuhan jentik. Hal itu dapat memicu persebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Untuk itu, melakukan langkah-langkah pencegahan menjadi bagian penting yang dapat dilakukan.
BACA JUGA :Â Tiga Orang Meninggal Dunia Akibat DBD
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember Dwi Handasari mengatakan, saat ini pihaknya melalui tenaga promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, serta pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) terus berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah-sekolah dalam mencegah terjadinya DBD. Dengan menguras, menutup, dan mengubur atau yang dikenal dengan 3M.
“Jadi, seperti bak kamar mandi itu harus rutin dibersihkan untuk mematikan jentiknya, sehingga dengan begitu, nyamuk itu tidak tumbuh sampai dewasa,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Jember, saat ditemui di kantornya, Jalan Srikoyo 1 nomor 3, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, beberapa waktu lalu.
Dikatakannya, untuk tempat yang sulit dijangkau, pihaknya melalui posyandu sudah melakukan penyuluhan dan keliling di masyarakat untuk memantau tempat yang berpotensi jadi sarang nyamuk. Jika ditemukan tempat yang sulit untuk dijangkau, maka mereka akan memberikan abate. Biasanya itu dibagikan oleh kader posyandu yang keliling. “Sedangkan untuk dari kesehatan lingkungan, juga menyampaikan untuk lebih memedulikan kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya,” tegasnya.
Menurut dia, pihaknya terus melakukan sinergi program. Sejauh ini, pihaknya tidak hanya memaksimalkan kader posyandu, melainkan juga melakukan sinergi sekolah-sekolah. “Jadi, kemarin kami mengukuhkan beberapa siswa untuk menjadi siswa pemantau jentik di daerahnya masing-masing. Minimalnya di sekolahnya dan di rumahnya sendiri,” ungkapnya.
Selain itu, untuk melakukan pemantauan jangka panjang, pihaknya juga membagi kader posyandu ke beberapa rumah. Dari situ akan dilakukan pemantauan berjangka. Jika ditemukan beberapa kasus munculnya jentik, maka akan segera dilakukan tindakan pemusnahan. “Selain ada kader jumantik atau kader pemantau jentik, kami juga punya kader khusus yang akan rutin keliling ke rumah-rumah warga, dan melaporkan apabila ditemukan jentik,” paparnya
Dia juga mengatakan, apabila ditemukan kasus DBD, pihaknya akan terlebih dulu memantau di daerah sekitarnya. Jika ditemukan jentik, maka akan dilakukan fogging atau pengasapan dengan racun pembunuh nyamuk. “Karena juga sekarang jentik itu lebih cepat menetasnya. Kalau dulu bisa 1 minggu, sekarang bisa 5 hari sudah menetas,” pungkasnya.
Dia menambahkan, penyebaran kasus DBD tergantung wilayahnya. Jika daerahnya bersih dan masyarakatnya rajin melakukan 3M, juga tidak akan terjadi penyebaran. “Kembali ke kesadaran masyarakatnya sendiri, kita cuma bisa mengimbau dan mengedukasi,” terangnya.
Jurnalis : mg6
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Nur Hariri