JEMBER, RADARJEMBER.ID – Umumnya HIV dan Aids dianggap sama. Tetapi, sebenarnya keduanya merupakan dua penyakit yang berbeda, namun satu kesatuan. HIV atau kepanjangan dari human immunodeficiency virus adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat parah.
BACA JUGA : Himbau Warga Patuhi Prokes Saat Lebaran Ketupat
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jember (Dinkes) Jember Dwi Handasari menjelaskan bahwa sebenarnya kondisi AIDS merupakan gejala stadium akhir yang disebabkan oleh HIV. Keduanya bisa dikatakan berbeda tapi saling berhubungan. “Sederhananya, infeksi HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. Jika infeksi virus ini dalam jangka panjang tidak diobati dengan tepat, maka akan berisiko lebih tinggi mengalami AIDS,” tutur Dwi kepada Jawa Pos Radar Jember.
Sementara itu, kebanyakan pengidap penyakit HIV ini tidak menunjukkan tanda atau gejala yang khas dalam beberapa tahun pertama saat terinfeksi. Jika mengalami gejala, kemungkinan gangguan yang dirasakan tidak begitu berat. Gejala yang muncul kerap disalahpahami sebagai penyakit lain yang lebih umum. Di antaranya, demam, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, kehilangan berat badan secara perlahan, pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. “Untuk mengetahui jelasnya, dia harus diperiksa dan dites,” jelasnya.
Sedangkan penyebarannya sendiri, bisa dari darah dan seks bebas atau ganti-ganti pasangan. Jika pasangan positif HIV/AIDS dan melakukan hubungan badan, maka dia beresiko tinggi terkena juga. “Ada kejadian terkena HIV/AIDS tapi bukan dari ganti-ganti pasangan. Ada yang dari bekas jarum suntik, yang sempat viral dari tusuk gigi juga,” tegasnya.
Dia melanjutkan, HIV/AIDS tidak mungkin menginfeksi secara alami. Kebanyakan dari proses penularan. Misal seperti ibu hamil, ketika dia positif terinfeksi, maka sejak saat itu dia harus mendapatkan penanganan dari dokter dan rutin meminum obat yang diberikan oleh dokter agar tidak menularkan ke janinnya. “Tetapi persalinannya harus di rumah sakit. Nanti setelah melahirkan anaknya harus dites. Pada saat menyusui juga beresiko menular,” tuturnya. Kemudian, lanjutnya, di Jember kasus HIV/AIDS paling banyak adalah menginfeksi ibu rumah tangga. (mg6/c2/dwi)