24.4 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Perilaku Menyimpang Seksual di Jember Alami Peningkatan

"Itu memang yang berat bagi kami untuk menembus batas. Karena sinergi dan kolaborasi yang ada di Kabupaten Jember terkait penanganan anak dan remaja masih jauh dari yang kami harapkan." Suprihandoko - Plt Kepala DP3AKB Jember

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Selama pandemi ini, perilaku menyimpang pada anak cenderung meningkat. Tak hanya seks bebas hingga menyebabkan hamil di luar nikah, tapi juga penyimpangan seksual lain seperti laki-laki yang suka laki-laki (LSL) oleh pelajar maupun mahasiswa. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya penggunaan kondom di kalangan mereka.

Sekretaris Komunitas Organisasi Gaya Warna (Ogawa) Widi Punuwun Harini mengungkapkan, hingga saat ini kebutuhan kondom memang meningkat. Sampai-sampai stoknya terbatas. Ia menuturkan, peningkatan kebutuhan kondom itu sejalan dengan peningkatan jumlah anggota komunitas yang meningkat hampir 30 persen dari total anggota yang ada.

Menurutnya, peningkatan 30 persen ini berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Para pelajar itu biasanya berasal dari desa atau kawasan pinggiran kota. Sedangkan untuk mahasiswa banyak yang berasal dari kota lain, misalnya Banyuwangi dan Surabaya. “Peningkatan kebutuhan hampir sama dengan peningkatan jumlah komunitas, yaitu hampir 30 persen,” tutur Ririn, sapaan dia, kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.

Mobile_AP_Rectangle 2

Ririn mengungkapkan, tingginya kebutuhan kondom tidak pernah dialami pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya dalam satu semester pihaknya hanya menyediakan 10 kotak kondom, namun kini kebutuhannya meningkat. “Sekarang 15 kotak saja kurang,” ungkapnya.

Ogawa merupakan organisasi komunitas yang fokus pada pencegahan HIV/AIDS pada komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Karena itu, ketersediaan kondom sangat penting sebagai alat pencegahan penyakit kelamin menular tersebut.

Ririn menuturkan, ketersediaan kondom saat ini menipis dan yang tersisa hanya sedikit. Itu pun dalam empat bulan ke depan, kondom tersebut bakal kedaluwarsa. “Kami tidak tahu lagi apakah ada kondom baru yang akan di-support. Kami sudah buru-buru. Karena kebutuhan ini meningkat,” ungkapnya.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suprihandoko mengungkapkan, meningkatnya penyimpangan seksual pada anak ditengarai karena fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Kata dia, ada beberapa hal yang belum bisa dijamah. Salah satunya adalah tentang bagaimana setiap remaja mengalami orientasi kesehatan reproduksi.

“Itu memang yang berat bagi kami untuk menembus batas. Karena sinergi dan kolaborasi yang ada di Kabupaten Jember terkait penanganan anak dan remaja masih jauh dari yang kami harapkan,” ungkapnya.

Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah mengupayakan adanya peraturan daerah (perda) tentang ketahanan keluarga. Dengan adanya perda ini, semua keluarga diharapkan dapat melakukan fungsi-fungsinya sebagaimana mestinya. Dan setiap keluarga wajib memahami dan melakukan fungsi-fungsi keluarga. Misalnya tentang fungsi cinta dan kasih sayang. “Itu sudah kami ajukan. Ini masih proses pengusulan perda ketahanan keluarga. Jadi, anak-anak yang sudah menyimpang ini dapat diselamatkan,” pungkas Suprihandoko.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Selama pandemi ini, perilaku menyimpang pada anak cenderung meningkat. Tak hanya seks bebas hingga menyebabkan hamil di luar nikah, tapi juga penyimpangan seksual lain seperti laki-laki yang suka laki-laki (LSL) oleh pelajar maupun mahasiswa. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya penggunaan kondom di kalangan mereka.

Sekretaris Komunitas Organisasi Gaya Warna (Ogawa) Widi Punuwun Harini mengungkapkan, hingga saat ini kebutuhan kondom memang meningkat. Sampai-sampai stoknya terbatas. Ia menuturkan, peningkatan kebutuhan kondom itu sejalan dengan peningkatan jumlah anggota komunitas yang meningkat hampir 30 persen dari total anggota yang ada.

Menurutnya, peningkatan 30 persen ini berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Para pelajar itu biasanya berasal dari desa atau kawasan pinggiran kota. Sedangkan untuk mahasiswa banyak yang berasal dari kota lain, misalnya Banyuwangi dan Surabaya. “Peningkatan kebutuhan hampir sama dengan peningkatan jumlah komunitas, yaitu hampir 30 persen,” tutur Ririn, sapaan dia, kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.

Ririn mengungkapkan, tingginya kebutuhan kondom tidak pernah dialami pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya dalam satu semester pihaknya hanya menyediakan 10 kotak kondom, namun kini kebutuhannya meningkat. “Sekarang 15 kotak saja kurang,” ungkapnya.

Ogawa merupakan organisasi komunitas yang fokus pada pencegahan HIV/AIDS pada komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Karena itu, ketersediaan kondom sangat penting sebagai alat pencegahan penyakit kelamin menular tersebut.

Ririn menuturkan, ketersediaan kondom saat ini menipis dan yang tersisa hanya sedikit. Itu pun dalam empat bulan ke depan, kondom tersebut bakal kedaluwarsa. “Kami tidak tahu lagi apakah ada kondom baru yang akan di-support. Kami sudah buru-buru. Karena kebutuhan ini meningkat,” ungkapnya.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suprihandoko mengungkapkan, meningkatnya penyimpangan seksual pada anak ditengarai karena fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Kata dia, ada beberapa hal yang belum bisa dijamah. Salah satunya adalah tentang bagaimana setiap remaja mengalami orientasi kesehatan reproduksi.

“Itu memang yang berat bagi kami untuk menembus batas. Karena sinergi dan kolaborasi yang ada di Kabupaten Jember terkait penanganan anak dan remaja masih jauh dari yang kami harapkan,” ungkapnya.

Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah mengupayakan adanya peraturan daerah (perda) tentang ketahanan keluarga. Dengan adanya perda ini, semua keluarga diharapkan dapat melakukan fungsi-fungsinya sebagaimana mestinya. Dan setiap keluarga wajib memahami dan melakukan fungsi-fungsi keluarga. Misalnya tentang fungsi cinta dan kasih sayang. “Itu sudah kami ajukan. Ini masih proses pengusulan perda ketahanan keluarga. Jadi, anak-anak yang sudah menyimpang ini dapat diselamatkan,” pungkas Suprihandoko.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Mahrus Sholih

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Selama pandemi ini, perilaku menyimpang pada anak cenderung meningkat. Tak hanya seks bebas hingga menyebabkan hamil di luar nikah, tapi juga penyimpangan seksual lain seperti laki-laki yang suka laki-laki (LSL) oleh pelajar maupun mahasiswa. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya penggunaan kondom di kalangan mereka.

Sekretaris Komunitas Organisasi Gaya Warna (Ogawa) Widi Punuwun Harini mengungkapkan, hingga saat ini kebutuhan kondom memang meningkat. Sampai-sampai stoknya terbatas. Ia menuturkan, peningkatan kebutuhan kondom itu sejalan dengan peningkatan jumlah anggota komunitas yang meningkat hampir 30 persen dari total anggota yang ada.

Menurutnya, peningkatan 30 persen ini berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Para pelajar itu biasanya berasal dari desa atau kawasan pinggiran kota. Sedangkan untuk mahasiswa banyak yang berasal dari kota lain, misalnya Banyuwangi dan Surabaya. “Peningkatan kebutuhan hampir sama dengan peningkatan jumlah komunitas, yaitu hampir 30 persen,” tutur Ririn, sapaan dia, kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.

Ririn mengungkapkan, tingginya kebutuhan kondom tidak pernah dialami pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya dalam satu semester pihaknya hanya menyediakan 10 kotak kondom, namun kini kebutuhannya meningkat. “Sekarang 15 kotak saja kurang,” ungkapnya.

Ogawa merupakan organisasi komunitas yang fokus pada pencegahan HIV/AIDS pada komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Karena itu, ketersediaan kondom sangat penting sebagai alat pencegahan penyakit kelamin menular tersebut.

Ririn menuturkan, ketersediaan kondom saat ini menipis dan yang tersisa hanya sedikit. Itu pun dalam empat bulan ke depan, kondom tersebut bakal kedaluwarsa. “Kami tidak tahu lagi apakah ada kondom baru yang akan di-support. Kami sudah buru-buru. Karena kebutuhan ini meningkat,” ungkapnya.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suprihandoko mengungkapkan, meningkatnya penyimpangan seksual pada anak ditengarai karena fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Kata dia, ada beberapa hal yang belum bisa dijamah. Salah satunya adalah tentang bagaimana setiap remaja mengalami orientasi kesehatan reproduksi.

“Itu memang yang berat bagi kami untuk menembus batas. Karena sinergi dan kolaborasi yang ada di Kabupaten Jember terkait penanganan anak dan remaja masih jauh dari yang kami harapkan,” ungkapnya.

Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah mengupayakan adanya peraturan daerah (perda) tentang ketahanan keluarga. Dengan adanya perda ini, semua keluarga diharapkan dapat melakukan fungsi-fungsinya sebagaimana mestinya. Dan setiap keluarga wajib memahami dan melakukan fungsi-fungsi keluarga. Misalnya tentang fungsi cinta dan kasih sayang. “Itu sudah kami ajukan. Ini masih proses pengusulan perda ketahanan keluarga. Jadi, anak-anak yang sudah menyimpang ini dapat diselamatkan,” pungkas Suprihandoko.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca