Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kabupaten Jember mendapat predikat capaian terbanyak kedua di Jawa Timur dalam realisasi Program Sejuta Akseptor. Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Suprihandoko.
Namun, sejatinya capaian Program Sejuta Akseptor belum mencapai target karena pandemi. Untuk merealisasikan Program Sejuta Akseptor, kata dia, akan memakan biaya tambahan. Sebab, yang bersangkutan harus melalui pemeriksaan detail terjangkit tidaknya virus korona. “Targetnya 19 ribu. Tapi, tidak dicapai semua karena pandemi. Walaupun tidak seratus persen, tapi capaian kita peringkat dua di Jawa Timur,” kata Suprihandoko, ketika ditemui di ruangannya, Jumat (2/7).
Berdasarkan daftar capaian pelayanan peserta KB dalam rangka Program Sejuta Akseptor, tercatat bahwa pengguna alat kontrasepsi pada wanita mencapai 21 pengguna. Jumlah ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Suprihandoko mengungkapkan bahwa umumnya pada tahun sebelum pandemi pencapaiannya bisa sampai 1.000 pengguna.
Mobile_AP_Rectangle 2
BACA JUGA : Cegah Pungli, Pasang Pagar Berduri
Suprihandoko mengungkapkan bahwa penurunan yang sangat signifikan ini disebabkan oleh pandemi. Sebab, sebelum melakukan pemasangan, yang bersangkutan harus melalui banyak tahap. Di antaranya foto toraks, cek darah lengkap, rontgen, dan lainnya. “Sementara, anggaran kita tidak memfasilitasi,” imbuhnya.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kabupaten Jember mendapat predikat capaian terbanyak kedua di Jawa Timur dalam realisasi Program Sejuta Akseptor. Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Suprihandoko.
Namun, sejatinya capaian Program Sejuta Akseptor belum mencapai target karena pandemi. Untuk merealisasikan Program Sejuta Akseptor, kata dia, akan memakan biaya tambahan. Sebab, yang bersangkutan harus melalui pemeriksaan detail terjangkit tidaknya virus korona. “Targetnya 19 ribu. Tapi, tidak dicapai semua karena pandemi. Walaupun tidak seratus persen, tapi capaian kita peringkat dua di Jawa Timur,” kata Suprihandoko, ketika ditemui di ruangannya, Jumat (2/7).
Berdasarkan daftar capaian pelayanan peserta KB dalam rangka Program Sejuta Akseptor, tercatat bahwa pengguna alat kontrasepsi pada wanita mencapai 21 pengguna. Jumlah ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Suprihandoko mengungkapkan bahwa umumnya pada tahun sebelum pandemi pencapaiannya bisa sampai 1.000 pengguna.
BACA JUGA : Cegah Pungli, Pasang Pagar Berduri
Suprihandoko mengungkapkan bahwa penurunan yang sangat signifikan ini disebabkan oleh pandemi. Sebab, sebelum melakukan pemasangan, yang bersangkutan harus melalui banyak tahap. Di antaranya foto toraks, cek darah lengkap, rontgen, dan lainnya. “Sementara, anggaran kita tidak memfasilitasi,” imbuhnya.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kabupaten Jember mendapat predikat capaian terbanyak kedua di Jawa Timur dalam realisasi Program Sejuta Akseptor. Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Suprihandoko.
Namun, sejatinya capaian Program Sejuta Akseptor belum mencapai target karena pandemi. Untuk merealisasikan Program Sejuta Akseptor, kata dia, akan memakan biaya tambahan. Sebab, yang bersangkutan harus melalui pemeriksaan detail terjangkit tidaknya virus korona. “Targetnya 19 ribu. Tapi, tidak dicapai semua karena pandemi. Walaupun tidak seratus persen, tapi capaian kita peringkat dua di Jawa Timur,” kata Suprihandoko, ketika ditemui di ruangannya, Jumat (2/7).
Berdasarkan daftar capaian pelayanan peserta KB dalam rangka Program Sejuta Akseptor, tercatat bahwa pengguna alat kontrasepsi pada wanita mencapai 21 pengguna. Jumlah ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Suprihandoko mengungkapkan bahwa umumnya pada tahun sebelum pandemi pencapaiannya bisa sampai 1.000 pengguna.
BACA JUGA : Cegah Pungli, Pasang Pagar Berduri
Suprihandoko mengungkapkan bahwa penurunan yang sangat signifikan ini disebabkan oleh pandemi. Sebab, sebelum melakukan pemasangan, yang bersangkutan harus melalui banyak tahap. Di antaranya foto toraks, cek darah lengkap, rontgen, dan lainnya. “Sementara, anggaran kita tidak memfasilitasi,” imbuhnya.