JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ada yang gemar dengan aktivitas relaksasi seperti pijat? Pasti sebagian orang sangat menikmati rangkaian gerakan jari-jari yang biasanya mengendurkan otot-otot itu. Tak jarang, banyak orang yang bahkan ketagihan untuk kembali memijatkan dirinya saat dirasa tubuhnya kurang nyaman atau saat mengalami sakit tertentu.
Dian Anggraini Yuliawati misalnya. Warga Desa/Kecamatan Ambulu tersebut paling hobi memanggil juru pijat jika sedang tidak enak badan. “Apalagi kalau kondisi perut sedang tidak nyaman,” ungkapnya.
Dia menuturkan bahwa biasanya tukang pijat membenarkan posisi perutnya. Apalagi, kebiasaan itu sudah ditularkan oleh si nenek, Mustolifah. Setiap kali sakit perut, obat menjadi pilihan belakangan. “Karena sudah kebiasaan, saya lebih memilih tukang pijat dulu,” ucapnya.
Ada sensasi yang kerap membuatnya berpikir bahwa pijatan itu benar-benar menyembuhkan. Namun, siapa sangka, masyarakat harus selektif dalam memijatkan dirinya masing-masing. Sebab, tak semua penyakit itu boleh dan bisa dipijat.
Dokter Spesialis Kandungan dr Zaki Afif SpOG membenarkan adanya hal itu. Dia menegaskan bahwa tak semua penyakit itu bisa tuntas dengan dipijat. Salah satunya adalah penyakit kista. Dia menegaskan bahwa benjolan berisi air yang bisa membesar tersebut tidak boleh dipijat. “Jangankan dipijat, kalau terpelintir saja, sakitnya minta ampun,” paparnya.
Sebab, lanjut dia, apabila tangkai kista terpuntir, kista akan mengalami nekrosis atau kematian jaringan. Selanjutnya akan menyebabkan nyeri hebat dan radang perut. Salah seorang tenaga kesehatan di RSD dr Soebandi itu memaparkan bahwa apabila tidak diatasi segera, hal tersebut dapat mengakibatkan kematian. “Satu-satunya cara untuk mengatasi keluhan ini adalah dengan cara operasi darurat,” ujarnya.
Terlebih lagi, dia menegaskan bahwa kista itu bisa pecah. “Karena itu, jika benjolan kista di perut itu dipijat, justru berbahaya,” ungkapnya. Dia menambahkan bahwa kista tersebut bisa pecah dan harus dioperasi karena pendarahan. Bahkan, jika tidak segera mendapatkan penanganan, otomatis bisa meninggal sewaktu-waktu dan cepat. “Darahnya tahu-tahu habis,” pungkasnya.
Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti