Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Panggilan hatinya untuk terjun ke dunia sosial adalah sesuatu yang paling berharga bagi masyarakat, termasuk keluarga yang anaknya stunting. Terutama di Desa Sukorambi Jember. Dia melihat, persoalan stunting di desanya masih banyak. Baginya, tidak cukup sekadar disuplai dengan vitamin atau obat-obatan. Namun, perlu membuat masyarakat sadar agar menjaga pola hidup yang sehat.
BACA JUGA :Â Tim Dance Cover Yogyakarta Wakili Kompetisi K-Pop Cover Dance Festival
Perempuan kelahiran tahun 1978 itu mengabdikan dirinya di komunitas relawan Pejuang Dhuafa untuk Desa Sukorambi. Segala urusan ketimpangan sosial kerap dia urusi dengan sepenuh hati. Tidak terkecuali urusan stunting. Dia menjadi supplier tidak tertulis kepada penderita stunting yang berada di Desa Sukorambi. Mulai dari ibu hamil usia dalam kandungan hingga anak usia dua tahun. Saat di lapangan, banyak masalah stunting yang tidak mudah diselesaikan hanya dengan menyuplai vitamin.
Mobile_AP_Rectangle 2
Kasus yang terjadi pada ibu hamil dan anak usia balita ini paling sering datang dari pola hidup keluarga yang kurang baik. Hal itu dia dapatkan dari puluhan tahun mendampingi penderita stunting. Berdasarkan analisisnya, banyak orang terkena stunting karena kurangnya menjaga kebersihan di lingkungan tempat dia tinggal. “Sepanjang pengalaman saya mendampingi stunting, mereka yang terkena itu rata-rata pola hidupnya kurang sehat,” katanya.
Dengan pengalaman tersebut, Estin biasanya mendeteksi penderita stunting pada ibu hamil saat usia 1.000 hari kehidupan anak di dalam kandungan hingga usia dua tahun anak di luar kandungan. Estimasi waktu tersebut, lanjut Estin, lebih berpotensi untuk dicegah. Sebab, ketika lewat dari itu, hal yang bisa dilakukan hanya mengobati dengan suplai vitamin. “Karena anak yang sudah terkena stunting, mereka jarang makan, bahkan tidak mau makan,” imbuhnya.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Panggilan hatinya untuk terjun ke dunia sosial adalah sesuatu yang paling berharga bagi masyarakat, termasuk keluarga yang anaknya stunting. Terutama di Desa Sukorambi Jember. Dia melihat, persoalan stunting di desanya masih banyak. Baginya, tidak cukup sekadar disuplai dengan vitamin atau obat-obatan. Namun, perlu membuat masyarakat sadar agar menjaga pola hidup yang sehat.
BACA JUGA :Â Tim Dance Cover Yogyakarta Wakili Kompetisi K-Pop Cover Dance Festival
Perempuan kelahiran tahun 1978 itu mengabdikan dirinya di komunitas relawan Pejuang Dhuafa untuk Desa Sukorambi. Segala urusan ketimpangan sosial kerap dia urusi dengan sepenuh hati. Tidak terkecuali urusan stunting. Dia menjadi supplier tidak tertulis kepada penderita stunting yang berada di Desa Sukorambi. Mulai dari ibu hamil usia dalam kandungan hingga anak usia dua tahun. Saat di lapangan, banyak masalah stunting yang tidak mudah diselesaikan hanya dengan menyuplai vitamin.
Kasus yang terjadi pada ibu hamil dan anak usia balita ini paling sering datang dari pola hidup keluarga yang kurang baik. Hal itu dia dapatkan dari puluhan tahun mendampingi penderita stunting. Berdasarkan analisisnya, banyak orang terkena stunting karena kurangnya menjaga kebersihan di lingkungan tempat dia tinggal. “Sepanjang pengalaman saya mendampingi stunting, mereka yang terkena itu rata-rata pola hidupnya kurang sehat,” katanya.
Dengan pengalaman tersebut, Estin biasanya mendeteksi penderita stunting pada ibu hamil saat usia 1.000 hari kehidupan anak di dalam kandungan hingga usia dua tahun anak di luar kandungan. Estimasi waktu tersebut, lanjut Estin, lebih berpotensi untuk dicegah. Sebab, ketika lewat dari itu, hal yang bisa dilakukan hanya mengobati dengan suplai vitamin. “Karena anak yang sudah terkena stunting, mereka jarang makan, bahkan tidak mau makan,” imbuhnya.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Panggilan hatinya untuk terjun ke dunia sosial adalah sesuatu yang paling berharga bagi masyarakat, termasuk keluarga yang anaknya stunting. Terutama di Desa Sukorambi Jember. Dia melihat, persoalan stunting di desanya masih banyak. Baginya, tidak cukup sekadar disuplai dengan vitamin atau obat-obatan. Namun, perlu membuat masyarakat sadar agar menjaga pola hidup yang sehat.
BACA JUGA :Â Tim Dance Cover Yogyakarta Wakili Kompetisi K-Pop Cover Dance Festival
Perempuan kelahiran tahun 1978 itu mengabdikan dirinya di komunitas relawan Pejuang Dhuafa untuk Desa Sukorambi. Segala urusan ketimpangan sosial kerap dia urusi dengan sepenuh hati. Tidak terkecuali urusan stunting. Dia menjadi supplier tidak tertulis kepada penderita stunting yang berada di Desa Sukorambi. Mulai dari ibu hamil usia dalam kandungan hingga anak usia dua tahun. Saat di lapangan, banyak masalah stunting yang tidak mudah diselesaikan hanya dengan menyuplai vitamin.
Kasus yang terjadi pada ibu hamil dan anak usia balita ini paling sering datang dari pola hidup keluarga yang kurang baik. Hal itu dia dapatkan dari puluhan tahun mendampingi penderita stunting. Berdasarkan analisisnya, banyak orang terkena stunting karena kurangnya menjaga kebersihan di lingkungan tempat dia tinggal. “Sepanjang pengalaman saya mendampingi stunting, mereka yang terkena itu rata-rata pola hidupnya kurang sehat,” katanya.
Dengan pengalaman tersebut, Estin biasanya mendeteksi penderita stunting pada ibu hamil saat usia 1.000 hari kehidupan anak di dalam kandungan hingga usia dua tahun anak di luar kandungan. Estimasi waktu tersebut, lanjut Estin, lebih berpotensi untuk dicegah. Sebab, ketika lewat dari itu, hal yang bisa dilakukan hanya mengobati dengan suplai vitamin. “Karena anak yang sudah terkena stunting, mereka jarang makan, bahkan tidak mau makan,” imbuhnya.