26.6 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Tayang di BIFAN 2021 Film Nussa diserang Isu Taliban

Mobile_AP_Rectangle 1

JAKARTA,RADARJEMBER.ID- Film animasi Nussa karya sutradara Bonny Wirasmono sempat menjadi perbincangan setelah dikritik penggiat media sosial Eko Kuntadhi karena dianggap mempromosikan nilai kearab-araban dan mengandung unsur Taliban ajararan radikalisme. Hal ini karena pakaian yang dikenakan oleh tokoh Nussa dan Rara yang tidak mencerminkan wajah anak Indonesia.

Isu Taliban ini berawal dari sebuah tweet yang membahas tentang pakaian yang dikenakan oleh tokoh Nussa dan Rara. “apakah ini foto anak indonesia? bukan. pakaian lelaki sangat khas Taliban. anak afghanistan. tapi film nussa rara mau dipromosikan ke seluruh dunia agar dunia mengira, indonesia adalah cabang khilafah. atau bagian dari kekuasaan taliban. promosi yang merusak!” tulis Eko Kuntadhi diakun twitternya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Menanggapi hal terrsebut Angga Dwimas Sasongko CEO dan Founder Visinema memberikan jawaban atas kritikan Eko. Ia mengundang Eko untuk menonton dan mendiskusikan bersama film Nussa. Angga mengaku terbuka dengan kritikan terhadap hasil karyanya.

“Gak perlu kekerasan, film itu ide, kalo gak sependapat karena belom nonton ya diajak nonton. Abis nonton mau dikomentar di kritik ya monggo itu sifat dari karya yang dipublikasi, tapi kalo ruangnya ogah dimanfaatkan dan beraninya sembunyi dibalik jempol yaa ayam sayur,” cuitnya melalui akun twitter miliknya.

 

Isu Taliban ini sebelumnya juga pernah dikaitkan dengan KPK untuk menggoyahkkan tubuh komisi pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Hal ini membuat mantan Juru Bicara KPK Febri Diansyah menuliskan beberapa kalimat diakun twitternya yang dipin oleh akun @Vcampus.id.

“Bahkan isu taliban dipake nyerang film anak Nussa dan Rara.. ckck.. hanya karena pakaian yang dikenakan..” tulisnya.

Ia juga mengaku menonton film Nussa bersama anak-anaknya dan menemukan banyak pesan positif dari film tersebut. Ia juga mengatakan bahwa isu Taliban ini merupakan isu murahan dan pernah digunakan menyerang KPK.

“Saya nonton sejumlah film2 tersebut bersama anak2, dan saya menemukan banyak sekali pesan dan saya menemukan banyak sekali pesan dan nilai2 positif. Isu murahan Taliban ini juga yang dulu digunakan menyerang KPK,” terangnya.

Taliban berasal dari bahasa arab yang berarti murid dan santri. Taliban merupakan kelompok fundamentalis islam yang menguasai Afghanistan pada 1996- 2001. Gerakan ini bertujuan untuk melawan penduduk Soviet di Afghanistan. Sejarah taliban dibentuk pada 1990 oleh mujahidin Afghanistan atau para gerilyawan islam.

Film Nussa bercerita tentang seorang anak laki-laki difabel bernama Nussa dan adiknya Rara. Nussa merupakan seorang anak yang pandai dan ceria. Ia berencana untuk memberi kejutan kepada ayahnya yang sudah lama tidak pulang dengan mengikuti lomba sains. Akan tetapi kemudian nussa mendengar kabar bahwa ayahnya tidak bisa pulang dan menghadiri kompetisi sains tersebut. Selain itu seroang murid yang cerdas bernama Jhonny juga menjadi lawan Nussa dalam kompetisi sains tersebut. Nussa belajar arti dari sebuah kesabaran dan rasa syukur.

Film Nussa juga dikabarkan akan tayang perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival BIFAN 2021 dalam kategori keluarga bersama dengan film Paranoia karya Riri Riza. Hal ini disampaikan diakun twitter Angga Sasongko.
“Bersama 2 film Indonesia lain; Paranoia karya Riri Riza dan Death Knot karya Conelio Sunny, #FilmNussa akan mewakili cerita dari Indonesia di BIFAN 2021 Korea Selatan,” tulisnya

 

 

Reporter: Viona Alvioniza
Fotografer: Twitter/ @Vcampus.id
Editor: Mahrus Sholih

 

- Advertisement -

JAKARTA,RADARJEMBER.ID- Film animasi Nussa karya sutradara Bonny Wirasmono sempat menjadi perbincangan setelah dikritik penggiat media sosial Eko Kuntadhi karena dianggap mempromosikan nilai kearab-araban dan mengandung unsur Taliban ajararan radikalisme. Hal ini karena pakaian yang dikenakan oleh tokoh Nussa dan Rara yang tidak mencerminkan wajah anak Indonesia.

Isu Taliban ini berawal dari sebuah tweet yang membahas tentang pakaian yang dikenakan oleh tokoh Nussa dan Rara. “apakah ini foto anak indonesia? bukan. pakaian lelaki sangat khas Taliban. anak afghanistan. tapi film nussa rara mau dipromosikan ke seluruh dunia agar dunia mengira, indonesia adalah cabang khilafah. atau bagian dari kekuasaan taliban. promosi yang merusak!” tulis Eko Kuntadhi diakun twitternya.

Menanggapi hal terrsebut Angga Dwimas Sasongko CEO dan Founder Visinema memberikan jawaban atas kritikan Eko. Ia mengundang Eko untuk menonton dan mendiskusikan bersama film Nussa. Angga mengaku terbuka dengan kritikan terhadap hasil karyanya.

“Gak perlu kekerasan, film itu ide, kalo gak sependapat karena belom nonton ya diajak nonton. Abis nonton mau dikomentar di kritik ya monggo itu sifat dari karya yang dipublikasi, tapi kalo ruangnya ogah dimanfaatkan dan beraninya sembunyi dibalik jempol yaa ayam sayur,” cuitnya melalui akun twitter miliknya.

 

Isu Taliban ini sebelumnya juga pernah dikaitkan dengan KPK untuk menggoyahkkan tubuh komisi pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Hal ini membuat mantan Juru Bicara KPK Febri Diansyah menuliskan beberapa kalimat diakun twitternya yang dipin oleh akun @Vcampus.id.

“Bahkan isu taliban dipake nyerang film anak Nussa dan Rara.. ckck.. hanya karena pakaian yang dikenakan..” tulisnya.

Ia juga mengaku menonton film Nussa bersama anak-anaknya dan menemukan banyak pesan positif dari film tersebut. Ia juga mengatakan bahwa isu Taliban ini merupakan isu murahan dan pernah digunakan menyerang KPK.

“Saya nonton sejumlah film2 tersebut bersama anak2, dan saya menemukan banyak sekali pesan dan saya menemukan banyak sekali pesan dan nilai2 positif. Isu murahan Taliban ini juga yang dulu digunakan menyerang KPK,” terangnya.

Taliban berasal dari bahasa arab yang berarti murid dan santri. Taliban merupakan kelompok fundamentalis islam yang menguasai Afghanistan pada 1996- 2001. Gerakan ini bertujuan untuk melawan penduduk Soviet di Afghanistan. Sejarah taliban dibentuk pada 1990 oleh mujahidin Afghanistan atau para gerilyawan islam.

Film Nussa bercerita tentang seorang anak laki-laki difabel bernama Nussa dan adiknya Rara. Nussa merupakan seorang anak yang pandai dan ceria. Ia berencana untuk memberi kejutan kepada ayahnya yang sudah lama tidak pulang dengan mengikuti lomba sains. Akan tetapi kemudian nussa mendengar kabar bahwa ayahnya tidak bisa pulang dan menghadiri kompetisi sains tersebut. Selain itu seroang murid yang cerdas bernama Jhonny juga menjadi lawan Nussa dalam kompetisi sains tersebut. Nussa belajar arti dari sebuah kesabaran dan rasa syukur.

Film Nussa juga dikabarkan akan tayang perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival BIFAN 2021 dalam kategori keluarga bersama dengan film Paranoia karya Riri Riza. Hal ini disampaikan diakun twitter Angga Sasongko.
“Bersama 2 film Indonesia lain; Paranoia karya Riri Riza dan Death Knot karya Conelio Sunny, #FilmNussa akan mewakili cerita dari Indonesia di BIFAN 2021 Korea Selatan,” tulisnya

 

 

Reporter: Viona Alvioniza
Fotografer: Twitter/ @Vcampus.id
Editor: Mahrus Sholih

 

JAKARTA,RADARJEMBER.ID- Film animasi Nussa karya sutradara Bonny Wirasmono sempat menjadi perbincangan setelah dikritik penggiat media sosial Eko Kuntadhi karena dianggap mempromosikan nilai kearab-araban dan mengandung unsur Taliban ajararan radikalisme. Hal ini karena pakaian yang dikenakan oleh tokoh Nussa dan Rara yang tidak mencerminkan wajah anak Indonesia.

Isu Taliban ini berawal dari sebuah tweet yang membahas tentang pakaian yang dikenakan oleh tokoh Nussa dan Rara. “apakah ini foto anak indonesia? bukan. pakaian lelaki sangat khas Taliban. anak afghanistan. tapi film nussa rara mau dipromosikan ke seluruh dunia agar dunia mengira, indonesia adalah cabang khilafah. atau bagian dari kekuasaan taliban. promosi yang merusak!” tulis Eko Kuntadhi diakun twitternya.

Menanggapi hal terrsebut Angga Dwimas Sasongko CEO dan Founder Visinema memberikan jawaban atas kritikan Eko. Ia mengundang Eko untuk menonton dan mendiskusikan bersama film Nussa. Angga mengaku terbuka dengan kritikan terhadap hasil karyanya.

“Gak perlu kekerasan, film itu ide, kalo gak sependapat karena belom nonton ya diajak nonton. Abis nonton mau dikomentar di kritik ya monggo itu sifat dari karya yang dipublikasi, tapi kalo ruangnya ogah dimanfaatkan dan beraninya sembunyi dibalik jempol yaa ayam sayur,” cuitnya melalui akun twitter miliknya.

 

Isu Taliban ini sebelumnya juga pernah dikaitkan dengan KPK untuk menggoyahkkan tubuh komisi pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Hal ini membuat mantan Juru Bicara KPK Febri Diansyah menuliskan beberapa kalimat diakun twitternya yang dipin oleh akun @Vcampus.id.

“Bahkan isu taliban dipake nyerang film anak Nussa dan Rara.. ckck.. hanya karena pakaian yang dikenakan..” tulisnya.

Ia juga mengaku menonton film Nussa bersama anak-anaknya dan menemukan banyak pesan positif dari film tersebut. Ia juga mengatakan bahwa isu Taliban ini merupakan isu murahan dan pernah digunakan menyerang KPK.

“Saya nonton sejumlah film2 tersebut bersama anak2, dan saya menemukan banyak sekali pesan dan saya menemukan banyak sekali pesan dan nilai2 positif. Isu murahan Taliban ini juga yang dulu digunakan menyerang KPK,” terangnya.

Taliban berasal dari bahasa arab yang berarti murid dan santri. Taliban merupakan kelompok fundamentalis islam yang menguasai Afghanistan pada 1996- 2001. Gerakan ini bertujuan untuk melawan penduduk Soviet di Afghanistan. Sejarah taliban dibentuk pada 1990 oleh mujahidin Afghanistan atau para gerilyawan islam.

Film Nussa bercerita tentang seorang anak laki-laki difabel bernama Nussa dan adiknya Rara. Nussa merupakan seorang anak yang pandai dan ceria. Ia berencana untuk memberi kejutan kepada ayahnya yang sudah lama tidak pulang dengan mengikuti lomba sains. Akan tetapi kemudian nussa mendengar kabar bahwa ayahnya tidak bisa pulang dan menghadiri kompetisi sains tersebut. Selain itu seroang murid yang cerdas bernama Jhonny juga menjadi lawan Nussa dalam kompetisi sains tersebut. Nussa belajar arti dari sebuah kesabaran dan rasa syukur.

Film Nussa juga dikabarkan akan tayang perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival BIFAN 2021 dalam kategori keluarga bersama dengan film Paranoia karya Riri Riza. Hal ini disampaikan diakun twitter Angga Sasongko.
“Bersama 2 film Indonesia lain; Paranoia karya Riri Riza dan Death Knot karya Conelio Sunny, #FilmNussa akan mewakili cerita dari Indonesia di BIFAN 2021 Korea Selatan,” tulisnya

 

 

Reporter: Viona Alvioniza
Fotografer: Twitter/ @Vcampus.id
Editor: Mahrus Sholih

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca