SEMARANG, RADARJEMBER.ID – Pemuka agama Gus Miftah menjalani sidang skripsi merupakan tugas akhir untuk meraih gelar kesarjanaan program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam dari Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Senin (6/2) .
Menariknya, sidang skripsi digelar terbuka untuk umum berpusat di Auditorium Unissula itu diganjar penghargaan LEPRID mencatatkan rekor baru sebagai Sidang Skripsi Terbuka Dihadiri Pengunjung Terbanyak. Penghargaan ini diberikan setelah ia selesai melakukan sidang skripsi
Pemilik nama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu berhasil mempertahankan skripsinya di hadapan dosen penguji yang dipimpin oleh Prof Dr Gunarto SH MH. Skripsinya berjudul ‘Pendidikan Islam Berwawasan Kebangsaan Berbasis Al Mizah dan Al Miftahiyyah.’
Gus Miftah mengatakan bahwa judul skripsi ini dibuat didasarkan pada realitas sosial dimana masih banyak orang Islam di Indonesia memiliki pemahaman keagamaan tidak utuh. Menganggap bahwa cinta Indonesia berarti kafir, Pancasila merupakan bid’ah.
Selain itu, hormat bendera merah putih adalah haram, hingga imajinasi mengubah negara Indonesia menganut sistem khilafah. “Ada ustaz mengatakan bahwa Pancasila itu bid’ah, mencintai negara itu kafir, kami lebih mencintai kota Madinah,” ucap Gus Miftah .
Hal itu erdasarkan video diterima JawaPos.com, Jumat (10/2). Salah satu pimpinan pesantren di Jogjakarta itu merasa aneh ada orang tidak mencintai negara sendiri padahal hidup di Indonesia. “Banyak pihak bilang mencintai tanah air itu tidak ada dasarnya.’jelas Gus Miftah.
Tapi lucunya ketika Palestina diserang sama Israel, dia akan teriak pertama kali membela Palestina. Untuk mencintai negara sendiri membutuhkan dalil, tapi untuk mencintai negara lain tidak membutuhkan dalil.
Oleh sebab itu, Gus Miftah merasa perlu hadirnya pendidikan Islam berwawasan kebangsaan untuk melakukan kontra narasi terhadap pemahaman dangkal dari sebagian orang melihat agama dan negara demokrasi seperti Indonesia sebagai saling bertentangan.
“Pendidikan Islam berwawasan kebangsaan adalah suatu proses dalam rangkaian pandangan mencerminkan sikap dan kepribadian memiliki rasa cinta terhadap tanah air dan itu sangatlah dibutuhkan,” jelas Gus Miftah .
Untuk membuktikan bahwa cinta tanah air selaras dengan ajaran agama Islam, Gus Miftah kemudian mengutip sebuah hadist Rasulullah dalam momentum hijrah dari kota Mekkah ke kota Madinah.
“Nabi ketika terusir dari Mekkah harus melakukan hijrah. Saat Nabi akan meningalkan kota Mekkah, beliau menatap kota Mekkah. ‘Wahai kota Mekkah, demi Allah engkau bumi paling aku cintai. Kalau saja aku tidak dizalimi, aku tidak akan meninggalkanmu’,” terang Gus Miftah.
“Begitu sampai di kota Madinah, beliau mengangkat kedua tangan dan berdoa. ‘Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku mencintai kota Madinah sebagaimana aku mencintai kota Mekkah bahkan lebih dahsyat dari pada itu’” lanjut Gus Miftah membacakan arti dari hadist.
Menurut pria tersebut, dua hadist dikutipnya tersebut seharusnya cukup untuk menggambarkan akan pentingnya cinta tanah air sebagaimana Rasulullah berusaha mecintai Madinah, kota yang ditempatinya dalam peristiwa hijrah.
“Dalil ini menjadi kontra narasi terhadap orang mengatakan mencintai Indonesia tidak ada dalilnya. Menjunjung tinggi rasa kesatuan dan persatuan, memiliki rasa kebersamaan sebagai bangsa untuk menuju masa depan yang lebih baik.”kata Gus Miftah.
“Dalam konteks pendidikan tersebut, diarahkan menjadi hamba Allah dan semakin dekat dengan-Nya. Sebab, semakin mengetahui akan tanah airnya, semakin bertambah pula takwanya,”pungkas Gus Miftah.
Editor : Winardyasto HariKirono
Foto:Istimewa
Sumber Berita:jawapos.com