Kolaborasi Dosen, Mahasiswa Dan Dunia Usaha Melalui Matching Fund 2021

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Bentuk kolaborasi dan sinergi antara Perguruan Tinggi dengan pihak Industri Ditjen Dikti meluncurkan program Matching Fund. Program yang dikelola oleh Kedaireka ini merupakan salah satu implementasi dari 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi.

Dari ribuan proposal yang diajukan oleh Perguruan Tinggi baik PTN dan PTS, ada 5 proposal Matching Fund Institut Teknologi dan Bisnis Widya Gama Lumajang yang lolos pendanaan.

Salah satunya merupakan proposal Matching Fund 2021 yang diajukan oleh Dr. Tri Palupi Robustin, S.E, M.M dan kawan-kawan ini, desa tutul kecamatan balung, jember ini merupakan tempat pelaksanaan program matching fund, yang tepatnya di Aren Handicraft yang merupakan mitra produktif penghasil kerajinan dari bahan kayu dan limbah.

“Desa Tutul ini merupakan sentra penghasil handicraft, disamping memiliki potensi industry kreatif handicraft, usaha aren handicraft belum optimal dalam menjalankan usahanya, disamping permasalahan pemasaran, aren handicraft juga memiliki permasalahan SDM, inovasi produk, tutur Palupi ketua pelaksana program matching fund, senin (01/11/2021).

Melihat berbagai permasalahan diatas maka penting sekali kegiatan Matching Fund ini dilakukan sebagai wujud penyelesaian beberapa permasalahan dunia industri yaitu dengan mengembangkan pemasaran online melalui marketplace, peningkatan kualitas manajemen sumber daya manusia, pengadaan peralatan untuk menunjang usaha, peningkatan kualitas produk baik design, inovasi maupun varians produk melalui berbagai pelatihan-pelatihan.

Sebanyak 4 pelatihan sejak bulan agustus lalu dilaksanakan, mulai dari pelatihan inovasi produk, Pelatihan digital marketing, Pelatihan aplikasi laporan keuangan, Hingga Pelatihan kewirausahaan. Dari hasil pelatihan inovasi produk Ada 10 inovasi produk dari limbah kayu, yaitu : tatakan makanan, hiasan dinding, asbak, sendok, tempat sambal,mangkok,gelas kecil, vas bunga, piring,tempat pensil. Ada 4 produk inovasi berbahan baku rotan: placemate, keranjang, hiasan tempat bunga, property foto. Ada 3 produk inovasi berbahan baku eceng gondok : placemate, tempat tisu, keranjang, sedangkan pelatihan digital marketing menghasilkan produk market place seperti (shoope, blibli.com,lazada,tokopedia). Adapun pelatihan aplikasi laporan keuangan menghasilkan Laporan keuangan yang menggunakan aplikasi keuangan. Untuk pelatihan kewirausahaan melibatkan Peserta pelatihan pengrajin kayu, masyarakat, mahasiswa dan dosen yang melatih.

7 dosen dan 10 mahasiswa prodi Akuntansi dan Manajemen terlibat aktif dalam pelaksanaan berbagai program tersebut.

“Kegiatan ini sebagai wadah bagi mahasiswa untuk belajar diluar kampus guna mendukung penciptaan ekosistem merdeka belajar yang tertuang dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan industri kreatif handicraft. Sedangkan manfaat untuk insan dikti yaitu sebagai wadah bagi dosen untuk belajar bermitra dengan dunia industri sebagai wujud dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi DUDI (Aren handicraft) tutur ifa anggota pelaksana program matching fund, senin (01/11/2021).

Hal ini, menurutnya, memberikan proses pembelajaran yang cukup efektif untuk dosen, mahasiswa, masyarakat dan dunia usaha.“Sejak pelatihan pertama, kami melihat semakin meningkat antusiasme mahasiswa, masyarakat dan mitra  dengan makin banyak partisipan. Ini menjadi inovasi metode pembelajaran yang efektif,” imbuh ifa.

Lebih lanjut ifa berharap tujuan program Matching Fund 2021 ITB Widya Gama Lumajang bisa tercapai dengan baik dan mampu meneruskan program hingga Aren Handicraft dapat meningkatkan skala usahanya, dan mampu menerapkan digital marketing lebih baik lagi.

Jurnalis : Ade
Redaktur : Hafid Asnan
Fotografer :
Design : Boby Pramudya