Mobile_AP_Rectangle 1
SOKOWIRYO, Radar Jember – Batu alam berukuran jumbo yang banyak berada di aliran sungai ternyata bernilai ekonomis. Batu sungai itu bisa menjadi cuan bila dimanfaatkan dengan benar. Salah satunya usaha kerajinan batu alam yang dimiliki oleh Sugiono, warga Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk.
BACA JUGA :Â Wajib Booster untuk Penumpang KAI Jarak Jauh Usia 18 Tahun ke Atas
Dirinya mampu melihat potensi dan berinovasi dengan bahan dasar batu alam. Dari bahan dasar batu berukuran besar itu, dirinya mengolah menjadi kerajinan bervariasi. Mulai dari meja, kursi, cobek, wastafel, hingga lampu taman.
Mobile_AP_Rectangle 2
Motif alaminya menjadi keunikan tersendiri pada batu alam buatan Sugiono. Dengan mesin pemotong batu dan motif inovasi dari Sugiono, batu jumbo itu disulap menjadi kerajinan bernilai ekonomis. “Kebanyakan peminat batu alam yang menjadi pelanggan produk beberapa kota-kota di Nusantara, seperti Bali, Jogjakarta, Surabaya, bahkan sampai Kalimantan,” ungkapnya.
Ia baru memulai usahanya dua tahun belakangan ini, namun perkembangannya bisa dibilang cukup pesat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pesanan yang datang dari berbagai distributornya. Namun, karena keterbatasan alat dan biaya, dia hanya bisa mengambil pesanan dalam partai kecil.
Ke depannya, ia berharap banyak warga yang terinspirasi dan mengikuti jejaknya untuk berani membangun usaha kerajinan batu itu. “Banyak perajin di desa ini yang bergabung menjadi satu asosiasi, yang kemudian menghasilkan daerah sentra produksi kerajinan batu alam,” tutupnya. (mg4/c2/bud)
- Advertisement -
SOKOWIRYO, Radar Jember – Batu alam berukuran jumbo yang banyak berada di aliran sungai ternyata bernilai ekonomis. Batu sungai itu bisa menjadi cuan bila dimanfaatkan dengan benar. Salah satunya usaha kerajinan batu alam yang dimiliki oleh Sugiono, warga Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk.
BACA JUGA :Â Wajib Booster untuk Penumpang KAI Jarak Jauh Usia 18 Tahun ke Atas
Dirinya mampu melihat potensi dan berinovasi dengan bahan dasar batu alam. Dari bahan dasar batu berukuran besar itu, dirinya mengolah menjadi kerajinan bervariasi. Mulai dari meja, kursi, cobek, wastafel, hingga lampu taman.
Motif alaminya menjadi keunikan tersendiri pada batu alam buatan Sugiono. Dengan mesin pemotong batu dan motif inovasi dari Sugiono, batu jumbo itu disulap menjadi kerajinan bernilai ekonomis. “Kebanyakan peminat batu alam yang menjadi pelanggan produk beberapa kota-kota di Nusantara, seperti Bali, Jogjakarta, Surabaya, bahkan sampai Kalimantan,” ungkapnya.
Ia baru memulai usahanya dua tahun belakangan ini, namun perkembangannya bisa dibilang cukup pesat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pesanan yang datang dari berbagai distributornya. Namun, karena keterbatasan alat dan biaya, dia hanya bisa mengambil pesanan dalam partai kecil.
Ke depannya, ia berharap banyak warga yang terinspirasi dan mengikuti jejaknya untuk berani membangun usaha kerajinan batu itu. “Banyak perajin di desa ini yang bergabung menjadi satu asosiasi, yang kemudian menghasilkan daerah sentra produksi kerajinan batu alam,” tutupnya. (mg4/c2/bud)
SOKOWIRYO, Radar Jember – Batu alam berukuran jumbo yang banyak berada di aliran sungai ternyata bernilai ekonomis. Batu sungai itu bisa menjadi cuan bila dimanfaatkan dengan benar. Salah satunya usaha kerajinan batu alam yang dimiliki oleh Sugiono, warga Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk.
BACA JUGA :Â Wajib Booster untuk Penumpang KAI Jarak Jauh Usia 18 Tahun ke Atas
Dirinya mampu melihat potensi dan berinovasi dengan bahan dasar batu alam. Dari bahan dasar batu berukuran besar itu, dirinya mengolah menjadi kerajinan bervariasi. Mulai dari meja, kursi, cobek, wastafel, hingga lampu taman.
Motif alaminya menjadi keunikan tersendiri pada batu alam buatan Sugiono. Dengan mesin pemotong batu dan motif inovasi dari Sugiono, batu jumbo itu disulap menjadi kerajinan bernilai ekonomis. “Kebanyakan peminat batu alam yang menjadi pelanggan produk beberapa kota-kota di Nusantara, seperti Bali, Jogjakarta, Surabaya, bahkan sampai Kalimantan,” ungkapnya.
Ia baru memulai usahanya dua tahun belakangan ini, namun perkembangannya bisa dibilang cukup pesat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pesanan yang datang dari berbagai distributornya. Namun, karena keterbatasan alat dan biaya, dia hanya bisa mengambil pesanan dalam partai kecil.
Ke depannya, ia berharap banyak warga yang terinspirasi dan mengikuti jejaknya untuk berani membangun usaha kerajinan batu itu. “Banyak perajin di desa ini yang bergabung menjadi satu asosiasi, yang kemudian menghasilkan daerah sentra produksi kerajinan batu alam,” tutupnya. (mg4/c2/bud)