23.3 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Masih Muda Perempuan ini Mengabdi di Dunia Musik

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – SALSABILA Kanza Ilma merupakan salah satu penyanyi berbakat asal Jember yang baru saja menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Anak pasangan Aris Munandar dan Naimah yang akrab disapa Salsa ini mengaku ingin mengabdikan hidupnya untuk dunia musik.

Sejak kecil, kecintaannya akan dunia musik sudah mulai ditunjukkan. Saat di bangku TK dan SD, di tengah kesibukannya dalam mengenyam pendidikan, ia juga aktif mengikuti grup vokal atau choir yang berada di sekitarnya. Memasuki SMP, Salsa lebih menekuni hobinya dalam dunia tarik suara. Ia memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan hobinya, yakni bergabung dengan band sekolah dan ia terpilih menjadi vokalis dalam band utama di sekolahnya.

“Waktu TK dan SD, dulu fokusnya ke olimpiade matematika, IPA, Bahasa Inggris. SMP mulai jenuh, akhirnya nyoba gabung di band. Ya, sudah masuk band. Kok ternyata jadi band utama,” kenangnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Namun, saat menjadi vokalis di SMP, yang membuatnya semakin menyukai dunia musik adalah kebersamaan dengan sesama anggota band. Dari sinilah, Salsa merasa nyaman menjadi penyanyi dan mulai berniat fokus pada sekolah jurusan tarik suara. Tamat dari bangku SMP, pada medio 2018 lalu, ia mencoba mendaftarkan diri pada sekolah impiannya, yakni SMM Yogyakarta.

Berbekal optimisme dan keberanian, Salsa menyiapkan diri mengikuti tes seleksi di sekolah tersebut. Di samping keinginan kuatnya, keluarga Salsa yang tak memiliki background musisi atau penyanyi sempat meragukan niatan putri tunggalnya itu. Sebab, bersekolah di jurusan musik tak begitu populer seperti sekolah pada umumnya.

Keraguan keluarganya itu ia tepis dengan semangat dan kesiapannya dalam mengikuti seleksi. Momen seleksi itu menjadi awal mula dan pertama kalinya bagi Salsa menginjakkan kaki di tanah daerah istimewa itu. “Jadi, pertama kali ke sana itu langsung tes. Tapi, aku optimistis, waktu itu sudah bawa empat koper. Alhamdulillah ternyata ranking satu, jadi keterima. Di instrumennya vokal. Jadi, aku jurusannya vokal,” tuturnya.

Dengan uang pribadi yang ia hasilkan dari bisnis toko online, Salsa menanggung sendiri seluruh pembiayaan menuju Jogjakarta. Bahkan biaya hidupnya selama beberapa bulan di perantauan. Semakin lama, bakat dan passion-nya kian meningkat. Undangan menyanyi di event-event sekolah dan masyarakat Jogjakarta terus berdatangan.

Selain itu, lomba demi lomba menyanyi juga dia ikuti dan sempat menjadi perwakilan sekolah mengikuti ajang tingkat internasional. Dari undangan dan prestasi tersebut, Salsa tak perlu lagi dibiayai orang tuanya. Bahkan, dia sering mentransfer uang untuk ibunya. “Terus juga kompetisi-kompetisi selalu ikut. Sering jadi perwakilan sekolah juga,” imbuhnya.

Akibat dampak pandemi, Salsa terpaksa harus kembali ke tanah kelahirannya, Jember, sambil menjalankan sekolah daring. Di sela-sela kesibukan studinya di rumah, ia masih menyempatkan untuk mengajar latihan vokal bersama guru TK-nya.

Saat di Jember, dia pun mulai akrab dengan para pemusik lokal. Salah satunya tim Lingkar Kreatif Independent (Linkrafin). Pertemuannya dengan Linkrafin membuatnya tergabung dan ikut menyanyikan salah satu lagu bertajuk Clush of Sadeng yang sempat dibawakan dalam Parade Karya Anak Daerah di Pemkab Jember pada 28 Mei lalu.

“Jadi, kemarin cuma sibuk ngajar aja diajak Pabud. Terus lama-kelamaan, mulai banyak kenal lagi orang musik di Jember, termasuk kenal sama Linkrafin. Jadi, sering perform sama Linkrafin. Terus banyak kenal sama band wedding dan mulai ikut ngejob juga sama mereka,” papar wanita 18 tahun ini.

Tak hanya fokus pada pembawaan nada, Salsa juga sempat menciptakan lagu pertamanya berjudul Song of Corona yang dirilis pada 2020 lalu. Kemudian, dia juga menjadi vokalis dalam sebuah single lagu berjudul Tergores Tresno cipataan Waldy Juristia yang menggunakan bahasa khas Jember, yakni bahasa Pandhalungan.

Belum lama ini, karena merasa jenuh, Salsa justru mengikuti audisi menyanyi X-Factor di salah satu stasiun televisi swasta. Dia dinyatakan lolos seleksi pendaftaran dan mulai mengikuti audisi secara langsung yang digelar di hotel, di Jogjakarta. “Memang karena lagi pandemi ada waktu kosong, ya, udah iseng nyari kompetisi. Sekarang tinggal nunggu kabar lagi. Kalau nanti lolos, ke Jakarta,” ungkapnya.

Dia sengaja tak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada tahun ini. Namun, sebagai penyanyi seriosa yang bercita-cita menjadi dosen atau doktor musik, tahun selanjutnya Salsa ingin kembali ke perantauannya di Jogja dan berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI).

Reporter : Delfi Nihayah

Fotografer :

Editor : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – SALSABILA Kanza Ilma merupakan salah satu penyanyi berbakat asal Jember yang baru saja menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Anak pasangan Aris Munandar dan Naimah yang akrab disapa Salsa ini mengaku ingin mengabdikan hidupnya untuk dunia musik.

Sejak kecil, kecintaannya akan dunia musik sudah mulai ditunjukkan. Saat di bangku TK dan SD, di tengah kesibukannya dalam mengenyam pendidikan, ia juga aktif mengikuti grup vokal atau choir yang berada di sekitarnya. Memasuki SMP, Salsa lebih menekuni hobinya dalam dunia tarik suara. Ia memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan hobinya, yakni bergabung dengan band sekolah dan ia terpilih menjadi vokalis dalam band utama di sekolahnya.

“Waktu TK dan SD, dulu fokusnya ke olimpiade matematika, IPA, Bahasa Inggris. SMP mulai jenuh, akhirnya nyoba gabung di band. Ya, sudah masuk band. Kok ternyata jadi band utama,” kenangnya.

Namun, saat menjadi vokalis di SMP, yang membuatnya semakin menyukai dunia musik adalah kebersamaan dengan sesama anggota band. Dari sinilah, Salsa merasa nyaman menjadi penyanyi dan mulai berniat fokus pada sekolah jurusan tarik suara. Tamat dari bangku SMP, pada medio 2018 lalu, ia mencoba mendaftarkan diri pada sekolah impiannya, yakni SMM Yogyakarta.

Berbekal optimisme dan keberanian, Salsa menyiapkan diri mengikuti tes seleksi di sekolah tersebut. Di samping keinginan kuatnya, keluarga Salsa yang tak memiliki background musisi atau penyanyi sempat meragukan niatan putri tunggalnya itu. Sebab, bersekolah di jurusan musik tak begitu populer seperti sekolah pada umumnya.

Keraguan keluarganya itu ia tepis dengan semangat dan kesiapannya dalam mengikuti seleksi. Momen seleksi itu menjadi awal mula dan pertama kalinya bagi Salsa menginjakkan kaki di tanah daerah istimewa itu. “Jadi, pertama kali ke sana itu langsung tes. Tapi, aku optimistis, waktu itu sudah bawa empat koper. Alhamdulillah ternyata ranking satu, jadi keterima. Di instrumennya vokal. Jadi, aku jurusannya vokal,” tuturnya.

Dengan uang pribadi yang ia hasilkan dari bisnis toko online, Salsa menanggung sendiri seluruh pembiayaan menuju Jogjakarta. Bahkan biaya hidupnya selama beberapa bulan di perantauan. Semakin lama, bakat dan passion-nya kian meningkat. Undangan menyanyi di event-event sekolah dan masyarakat Jogjakarta terus berdatangan.

Selain itu, lomba demi lomba menyanyi juga dia ikuti dan sempat menjadi perwakilan sekolah mengikuti ajang tingkat internasional. Dari undangan dan prestasi tersebut, Salsa tak perlu lagi dibiayai orang tuanya. Bahkan, dia sering mentransfer uang untuk ibunya. “Terus juga kompetisi-kompetisi selalu ikut. Sering jadi perwakilan sekolah juga,” imbuhnya.

Akibat dampak pandemi, Salsa terpaksa harus kembali ke tanah kelahirannya, Jember, sambil menjalankan sekolah daring. Di sela-sela kesibukan studinya di rumah, ia masih menyempatkan untuk mengajar latihan vokal bersama guru TK-nya.

Saat di Jember, dia pun mulai akrab dengan para pemusik lokal. Salah satunya tim Lingkar Kreatif Independent (Linkrafin). Pertemuannya dengan Linkrafin membuatnya tergabung dan ikut menyanyikan salah satu lagu bertajuk Clush of Sadeng yang sempat dibawakan dalam Parade Karya Anak Daerah di Pemkab Jember pada 28 Mei lalu.

“Jadi, kemarin cuma sibuk ngajar aja diajak Pabud. Terus lama-kelamaan, mulai banyak kenal lagi orang musik di Jember, termasuk kenal sama Linkrafin. Jadi, sering perform sama Linkrafin. Terus banyak kenal sama band wedding dan mulai ikut ngejob juga sama mereka,” papar wanita 18 tahun ini.

Tak hanya fokus pada pembawaan nada, Salsa juga sempat menciptakan lagu pertamanya berjudul Song of Corona yang dirilis pada 2020 lalu. Kemudian, dia juga menjadi vokalis dalam sebuah single lagu berjudul Tergores Tresno cipataan Waldy Juristia yang menggunakan bahasa khas Jember, yakni bahasa Pandhalungan.

Belum lama ini, karena merasa jenuh, Salsa justru mengikuti audisi menyanyi X-Factor di salah satu stasiun televisi swasta. Dia dinyatakan lolos seleksi pendaftaran dan mulai mengikuti audisi secara langsung yang digelar di hotel, di Jogjakarta. “Memang karena lagi pandemi ada waktu kosong, ya, udah iseng nyari kompetisi. Sekarang tinggal nunggu kabar lagi. Kalau nanti lolos, ke Jakarta,” ungkapnya.

Dia sengaja tak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada tahun ini. Namun, sebagai penyanyi seriosa yang bercita-cita menjadi dosen atau doktor musik, tahun selanjutnya Salsa ingin kembali ke perantauannya di Jogja dan berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI).

Reporter : Delfi Nihayah

Fotografer :

Editor : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – SALSABILA Kanza Ilma merupakan salah satu penyanyi berbakat asal Jember yang baru saja menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Anak pasangan Aris Munandar dan Naimah yang akrab disapa Salsa ini mengaku ingin mengabdikan hidupnya untuk dunia musik.

Sejak kecil, kecintaannya akan dunia musik sudah mulai ditunjukkan. Saat di bangku TK dan SD, di tengah kesibukannya dalam mengenyam pendidikan, ia juga aktif mengikuti grup vokal atau choir yang berada di sekitarnya. Memasuki SMP, Salsa lebih menekuni hobinya dalam dunia tarik suara. Ia memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan hobinya, yakni bergabung dengan band sekolah dan ia terpilih menjadi vokalis dalam band utama di sekolahnya.

“Waktu TK dan SD, dulu fokusnya ke olimpiade matematika, IPA, Bahasa Inggris. SMP mulai jenuh, akhirnya nyoba gabung di band. Ya, sudah masuk band. Kok ternyata jadi band utama,” kenangnya.

Namun, saat menjadi vokalis di SMP, yang membuatnya semakin menyukai dunia musik adalah kebersamaan dengan sesama anggota band. Dari sinilah, Salsa merasa nyaman menjadi penyanyi dan mulai berniat fokus pada sekolah jurusan tarik suara. Tamat dari bangku SMP, pada medio 2018 lalu, ia mencoba mendaftarkan diri pada sekolah impiannya, yakni SMM Yogyakarta.

Berbekal optimisme dan keberanian, Salsa menyiapkan diri mengikuti tes seleksi di sekolah tersebut. Di samping keinginan kuatnya, keluarga Salsa yang tak memiliki background musisi atau penyanyi sempat meragukan niatan putri tunggalnya itu. Sebab, bersekolah di jurusan musik tak begitu populer seperti sekolah pada umumnya.

Keraguan keluarganya itu ia tepis dengan semangat dan kesiapannya dalam mengikuti seleksi. Momen seleksi itu menjadi awal mula dan pertama kalinya bagi Salsa menginjakkan kaki di tanah daerah istimewa itu. “Jadi, pertama kali ke sana itu langsung tes. Tapi, aku optimistis, waktu itu sudah bawa empat koper. Alhamdulillah ternyata ranking satu, jadi keterima. Di instrumennya vokal. Jadi, aku jurusannya vokal,” tuturnya.

Dengan uang pribadi yang ia hasilkan dari bisnis toko online, Salsa menanggung sendiri seluruh pembiayaan menuju Jogjakarta. Bahkan biaya hidupnya selama beberapa bulan di perantauan. Semakin lama, bakat dan passion-nya kian meningkat. Undangan menyanyi di event-event sekolah dan masyarakat Jogjakarta terus berdatangan.

Selain itu, lomba demi lomba menyanyi juga dia ikuti dan sempat menjadi perwakilan sekolah mengikuti ajang tingkat internasional. Dari undangan dan prestasi tersebut, Salsa tak perlu lagi dibiayai orang tuanya. Bahkan, dia sering mentransfer uang untuk ibunya. “Terus juga kompetisi-kompetisi selalu ikut. Sering jadi perwakilan sekolah juga,” imbuhnya.

Akibat dampak pandemi, Salsa terpaksa harus kembali ke tanah kelahirannya, Jember, sambil menjalankan sekolah daring. Di sela-sela kesibukan studinya di rumah, ia masih menyempatkan untuk mengajar latihan vokal bersama guru TK-nya.

Saat di Jember, dia pun mulai akrab dengan para pemusik lokal. Salah satunya tim Lingkar Kreatif Independent (Linkrafin). Pertemuannya dengan Linkrafin membuatnya tergabung dan ikut menyanyikan salah satu lagu bertajuk Clush of Sadeng yang sempat dibawakan dalam Parade Karya Anak Daerah di Pemkab Jember pada 28 Mei lalu.

“Jadi, kemarin cuma sibuk ngajar aja diajak Pabud. Terus lama-kelamaan, mulai banyak kenal lagi orang musik di Jember, termasuk kenal sama Linkrafin. Jadi, sering perform sama Linkrafin. Terus banyak kenal sama band wedding dan mulai ikut ngejob juga sama mereka,” papar wanita 18 tahun ini.

Tak hanya fokus pada pembawaan nada, Salsa juga sempat menciptakan lagu pertamanya berjudul Song of Corona yang dirilis pada 2020 lalu. Kemudian, dia juga menjadi vokalis dalam sebuah single lagu berjudul Tergores Tresno cipataan Waldy Juristia yang menggunakan bahasa khas Jember, yakni bahasa Pandhalungan.

Belum lama ini, karena merasa jenuh, Salsa justru mengikuti audisi menyanyi X-Factor di salah satu stasiun televisi swasta. Dia dinyatakan lolos seleksi pendaftaran dan mulai mengikuti audisi secara langsung yang digelar di hotel, di Jogjakarta. “Memang karena lagi pandemi ada waktu kosong, ya, udah iseng nyari kompetisi. Sekarang tinggal nunggu kabar lagi. Kalau nanti lolos, ke Jakarta,” ungkapnya.

Dia sengaja tak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada tahun ini. Namun, sebagai penyanyi seriosa yang bercita-cita menjadi dosen atau doktor musik, tahun selanjutnya Salsa ingin kembali ke perantauannya di Jogja dan berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI).

Reporter : Delfi Nihayah

Fotografer :

Editor : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca