WONOGIRI, RADARJEMBER.ID- Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Segar di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, memproduksi kopi berlabel Kopi Ndorog.
BACA JUGA : Sapi Perlu Dijemur Mirip Orang Terkena Covid JOGJAKARTA
Tercatat 130 petani lokal turut dilibatkan dalam proses produksi Kopi Ndorog tersebut, kopi tersebut memang memiliki rasa khas karena ada rasa buah.
Hal itu seperti dikatakan oleh Sularti, Sekretaris Gapoktan Segar, Kopi Ndorog merupakan produk UMKM kopi asli dari Wonogiri.Nama Ndorog diambil dari salah satu lahan kopi di Desa Semagar,.biji Kopi Ndorog ditanam di lereng selatan Gunung Lawu pada ketinggian 850-1.200 mdpl.Dengan ketinggian tersebut, Kopi Ndorog lebih memproduksi kopi jenis robusta.
“Kopi Ndorog ini produk milik Gapoktan Segar melalui sistem koperasi, bukan milik perorangan. Brand Kopi Ndorog berdiri sejak 2017, saat itu ada program Desa Berdikari dari Gubernur Jawa Tengah untuk memaksimalkan potensi desa,” kata Sularti saat berada di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri.
Melalui Kopi Ndorog, petani-petani kopi di Desa Semagar diberdayakan. Mereka diberikan pelatihan-pelatihan budi daya kopi.Sebelum ada Kopi Ndorog, para petani tersebut sudah menanam kopi.Hanya, mereka belum tertata dan terkoordinasi dengan baik. Produk kopi mereka pun belum sebaik sekarang.
Dulu para petani kerap menjual hasil panen kopi mentah ke pasar secara langsung. Produk kopi para petani itu dihargai relatif murah. Satu kilogram hanya dihargai Rp17.000. Sementara saat ini kopi mereka bisa dihargai Rp25.000/kg-Rp30.000/kg.Para petani terus diedukasi untuk menciptakan biji kopi yang berkualitas unggul,sehingga kopi mereka dapat dihargai mahal.
“Sekarang pasar Kopi Ndorog sudah masuk kafe-kafe di berbagai kota seperti Solo, Semarang, Bekasi, dan Tangerang. Untuk di luar Jawa pasar kami sudah sampai Bali, Sumatra, dan Kalimantan Utara. Di pasar-pasar swalayan dan toko oleh-oleh pun sudah ada produk Kopi Ndorog,” terang Sularti.
Pemasaran Kopi Ndorog ke luar Jawa masih terkendala ongkos kirim (ongkir). Ongkir ke luar Jawa sering kali lebih mahal dari pada harga satu kilogram Kopi Ndorog.Pihak dia belum menemukan solusi untuk menangani masalah tersebut. Padahal, cukup banyak peminat Kopi Ndorog di luar Jawa.
“Misal kemarin ada tawaran ekspor bersama sebanyak tiga ton rosebean. Ya kami belum mampu. Sebenarnya stok ada. Tetapi kalau semua di kasih ke satu pintu saja, yang lain tidak kebagian. Antara permintaan dan penawaran belum seimbang. Jadi kami fokus dulu ke pembeli skala kecil,” ucap perempuan tersebut.
Petani kopi di Semagar sudah mulai mengembangkan budi daya kopi.Mereka mencoba menanam bibit secara mandiri. Sehingga dalam beberapa tahun ke depan produk Kopi Ndorog diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar.Saat ini Kopi Ndorog bisa memproduksi kopi sebanyak 6-7 ton per tahun. Omzet yang dihasilkan belum stabil, mulai dari Rp15 juta-Rp24 juta per bulan.
Baroto Eko Pujianto, Kepala Dispertan Pangan Wonogiri, menuturkan ada tiga kecamatan di Wonogiri yang menjadi pioner penghasil kopi di Wonogiri, yaitu Kecamatan Girimarto, Bulukerto, dan Tirtomoyo.Kopi Wonogiri masih punya kesempatan untuk menembus pasar karena memiliki cita rasa masing-masing.
“Saya optimistis dengan kopi ini. Secara umum produk kopi Wonogiri sudah bagus. ada yang masuk grade A dan B. Nah itu bergantung bagaimana nanti cara pengolahannya. Teknik pascapanen akan kami kuatkan. Sebab pascapanen sangat menentukan rasa,” kata Baroto saat bertemu wartawan.(*)
Editor:Winardyasto
Foto:Muhammad Dicky Praditia/Solopos.com
Sumber Berita:Solopos.com