23.2 C
Jember
Sunday, 28 May 2023

Panen Raya, Petani Jeruk Banjir Order

Mobile_AP_Rectangle 1

RADAR JEMBER.ID – Musim panen raya jeruk yang dimulai sejak awal Lebaran lalu membuat petani jeruk kewalahan memenuhi pesanan yang membeludak. Tak hanya di daerah Jember, permintaan distribusi ke luar kota juga semakin meningkat.

Penelusuran Radarjember.id menemukan bahwa harga jeruk di pasaran berada di kisaran Rp 7 ribu per kilogram. Harga itu, menurut sejumlah petani, sudah merupakan harga stabil dan sesuai. “Untuk jenis-jenis tertentu, harga jeruk bisa mencapai Rp 12-14 ribu per kilo,” kata Azwar Anas, salah seorang petani jeruk dari Desa Gunung Sari, Umbulsari.

Apalagi, lanjut dia, kualitas panen jeruk juga dinilai cukup baik. Kondisi ini membuat permintaan jeruk dari pemasok meningkat hingga ke luar daerah. “Biasanya, jeruk saya dikirim ke Sidoarjo dan Yogyakarta. Bahkan, salah satu tetangga saya menerima permintaan pengiriman ke pasar Bandar Lampung,” tuturnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia juga menjelaskan, meskipun hasil panen jeruk itu berasal dari beberapa kawasan, namun ketika di jual ke luar Jember, semua berganti satu nama, yaitu jeruk Semboro. “Padahal, daerah berbeda desa dan kecamatan, itu memang sudah terjadi sejak dulu. Jeruk dari sejumlah wilayah ini terkenal dengan nama jeruk Semboro,” imbuh pemuda 26 tahun itu.

Pada hasil panen belakangan ini, Anas mengatakan, satu hektare lahan kebun jeruk bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 12-15 juta. “Modelnya kan dari petani menjual ke pemasok atau pengepul. Setelah itu, baru dari pengepul yang mengantarkan jeruk ke beberapa wilayah,” tambahnya.

Langkah ini lebih banyak dipilih oleh petani karena dianggap paling mudah, meskipun keuntungan yang didapat tidak lebih besar dibandingkan dengan memasarkan jeruknya sendiri. “Sebenarnya petani bisa mendapat keuntungan yang lebih besar jika mereka mau memasok dan mendistribusikan sendiri. Tapi itu sangat jarang,” ujar Anas.

Buah yang dipanen setiap musim itu diyakininya juga menjadi kesukaan masyarakat banyak. Hal itu pula yang membuatnya yakin menjalani profesi sebagai petani jeruk. “Untuk saat ini, permintaan jeruk terus meningkat. Itu menunjukkan minat masyarakat tidak pernah habis dan komoditas jeruk juga cukup baik,” pungkasnya (*)

- Advertisement -

RADAR JEMBER.ID – Musim panen raya jeruk yang dimulai sejak awal Lebaran lalu membuat petani jeruk kewalahan memenuhi pesanan yang membeludak. Tak hanya di daerah Jember, permintaan distribusi ke luar kota juga semakin meningkat.

Penelusuran Radarjember.id menemukan bahwa harga jeruk di pasaran berada di kisaran Rp 7 ribu per kilogram. Harga itu, menurut sejumlah petani, sudah merupakan harga stabil dan sesuai. “Untuk jenis-jenis tertentu, harga jeruk bisa mencapai Rp 12-14 ribu per kilo,” kata Azwar Anas, salah seorang petani jeruk dari Desa Gunung Sari, Umbulsari.

Apalagi, lanjut dia, kualitas panen jeruk juga dinilai cukup baik. Kondisi ini membuat permintaan jeruk dari pemasok meningkat hingga ke luar daerah. “Biasanya, jeruk saya dikirim ke Sidoarjo dan Yogyakarta. Bahkan, salah satu tetangga saya menerima permintaan pengiriman ke pasar Bandar Lampung,” tuturnya.

Dia juga menjelaskan, meskipun hasil panen jeruk itu berasal dari beberapa kawasan, namun ketika di jual ke luar Jember, semua berganti satu nama, yaitu jeruk Semboro. “Padahal, daerah berbeda desa dan kecamatan, itu memang sudah terjadi sejak dulu. Jeruk dari sejumlah wilayah ini terkenal dengan nama jeruk Semboro,” imbuh pemuda 26 tahun itu.

Pada hasil panen belakangan ini, Anas mengatakan, satu hektare lahan kebun jeruk bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 12-15 juta. “Modelnya kan dari petani menjual ke pemasok atau pengepul. Setelah itu, baru dari pengepul yang mengantarkan jeruk ke beberapa wilayah,” tambahnya.

Langkah ini lebih banyak dipilih oleh petani karena dianggap paling mudah, meskipun keuntungan yang didapat tidak lebih besar dibandingkan dengan memasarkan jeruknya sendiri. “Sebenarnya petani bisa mendapat keuntungan yang lebih besar jika mereka mau memasok dan mendistribusikan sendiri. Tapi itu sangat jarang,” ujar Anas.

Buah yang dipanen setiap musim itu diyakininya juga menjadi kesukaan masyarakat banyak. Hal itu pula yang membuatnya yakin menjalani profesi sebagai petani jeruk. “Untuk saat ini, permintaan jeruk terus meningkat. Itu menunjukkan minat masyarakat tidak pernah habis dan komoditas jeruk juga cukup baik,” pungkasnya (*)

RADAR JEMBER.ID – Musim panen raya jeruk yang dimulai sejak awal Lebaran lalu membuat petani jeruk kewalahan memenuhi pesanan yang membeludak. Tak hanya di daerah Jember, permintaan distribusi ke luar kota juga semakin meningkat.

Penelusuran Radarjember.id menemukan bahwa harga jeruk di pasaran berada di kisaran Rp 7 ribu per kilogram. Harga itu, menurut sejumlah petani, sudah merupakan harga stabil dan sesuai. “Untuk jenis-jenis tertentu, harga jeruk bisa mencapai Rp 12-14 ribu per kilo,” kata Azwar Anas, salah seorang petani jeruk dari Desa Gunung Sari, Umbulsari.

Apalagi, lanjut dia, kualitas panen jeruk juga dinilai cukup baik. Kondisi ini membuat permintaan jeruk dari pemasok meningkat hingga ke luar daerah. “Biasanya, jeruk saya dikirim ke Sidoarjo dan Yogyakarta. Bahkan, salah satu tetangga saya menerima permintaan pengiriman ke pasar Bandar Lampung,” tuturnya.

Dia juga menjelaskan, meskipun hasil panen jeruk itu berasal dari beberapa kawasan, namun ketika di jual ke luar Jember, semua berganti satu nama, yaitu jeruk Semboro. “Padahal, daerah berbeda desa dan kecamatan, itu memang sudah terjadi sejak dulu. Jeruk dari sejumlah wilayah ini terkenal dengan nama jeruk Semboro,” imbuh pemuda 26 tahun itu.

Pada hasil panen belakangan ini, Anas mengatakan, satu hektare lahan kebun jeruk bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 12-15 juta. “Modelnya kan dari petani menjual ke pemasok atau pengepul. Setelah itu, baru dari pengepul yang mengantarkan jeruk ke beberapa wilayah,” tambahnya.

Langkah ini lebih banyak dipilih oleh petani karena dianggap paling mudah, meskipun keuntungan yang didapat tidak lebih besar dibandingkan dengan memasarkan jeruknya sendiri. “Sebenarnya petani bisa mendapat keuntungan yang lebih besar jika mereka mau memasok dan mendistribusikan sendiri. Tapi itu sangat jarang,” ujar Anas.

Buah yang dipanen setiap musim itu diyakininya juga menjadi kesukaan masyarakat banyak. Hal itu pula yang membuatnya yakin menjalani profesi sebagai petani jeruk. “Untuk saat ini, permintaan jeruk terus meningkat. Itu menunjukkan minat masyarakat tidak pernah habis dan komoditas jeruk juga cukup baik,” pungkasnya (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca