JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pengalaman kerja di bidang produksi tahu kerap menjadi candaan di kalangan pekerja. Ada skill khusus yang bisa orang lihat dengan kasat mata. Salah satunya cara pengambilan tahu yang baru diiris untuk dipindahkan ke tempat lain atau sebuah wadah. Biasanya, mereka yang sudah mahir akan bisa mengambil empat bahkan lebih dari lima tahu sekaligus.
Baca Juga :Â Niat Berteduh Saat Hujan, Pria di Jember Meninggal Tersambar Petir
Seperti Shahrizal Irfandi, yang siang itu tangannya tampak cekatan. Maklum, dirinya sudah cukup lama memproduksi tahu. Namun, produksi tahu belakangan ini justru memiliki tantangan tersendiri, seiring dengan naiknya harga minyak.
Secara umum, minyak memang tidak berkaitan langsung dengan produksi tahu. Namun, naiknya minyak menjelang puasa membuat harga sejumlah kebutuhan pokok lain ikut merangkak naik. Kedelai yang menjadi bahan dasar pembuatan tahu diakui juga ikut naik.
Menyikapi kenaikan harga kedelai, tentu membuat berat sejumlah pengusaha tahu. Ada yang membuat tahu lebih kecil. Ada juga yang disikapi dengan ukuran tetap, namun harga lebih tinggi. Salah satunya seperti dilakukan Shahrizal Irfandi, pemilik usaha tahu yang berada di Jalan Krakatau, Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Kencong. Dirinya menaikkan harga sebesar Rp 500 untuk per 10 biji tahu. “Kalau tidak dinaikkan, tidak bisa menutupi modal,” katanya.
Pria yang meneruskan usaha ayahnya yang telah berlangsung selama 30 tahun itu mengaku kelimpungan kala mengetahui harga kedelai impor merangkak naik. Dampak dari naiknya harga kedelai tersebut, dia sempat kehilangan pelanggan hingga 30 persen.
Menurut Rizal, kenaikan harga kedelai impor hari ini tembus Rp 12.250 per kilogram. Kenaikan itu jelas dirasa merugikan usahanya. “Ini juga bikin pusing kami, karena harus menaikkan harga Rp 500 perak. Biasanya per 10 biji kami jual Rp 2 ribu, hari ini kami jual Rp 2.500,” sesal ayah satu anak itu.
Selain itu, dampak dari naiknya harga kedelai tersebut juga membuat produksinya menurun. Dari biasanya sehari bisa menghabiskan 30 kilogram kedelai, dengan estimasi jadi produk tahu kisaran 4000 buah tahu. Kini dia hanya kuat memproduksi 24 kilogram dan estimasinya hanya jadi bahan tahu siap jual 3000 buah.
Kendati begitu, Rizal mengakui, kenaikan harga kebutuhan pokok yang diikuti oleh komoditas kedelai juga dinilainya lumayan tinggi untuk pengusaha skala kecil seperti dirinya. Biasanya, kata dia, harga itu di kisaran sekitar Rp 10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram. “Padahal tahun lalu menjelang puasa dan Lebaran tidak seperti ini. Entah ada apa sebenarnya, kami pedagang juga bingung dan dilema untuk menaikkan harga ke konsumen,” gerutu Rizal.
Karenanya, untuk menyiasati itu, Rizal mengaku terpaksa menaikkan harga jual tahu-tahu miliknya menjadi Rp 2.500 per 10 potong tahu, tanpa mengurangi takaran ataupun ukuran tahu. “Sepakat. Akhirnya kami naikkan Rp 500. Biasanya Rp 2 ribu, kini Rp 2.500 per 10 potong tahu,” katanya.
Pria 45 tahun itu juga menaikkan harga jual tahu-tahu miliknya bukan tanpa sebab. Dia memiliki tiga orang karyawan di rumahnya yang tiap hari memproduksi tahu. Selain itu, juga untuk mengimbangi ongkos operasional setiap harinya.
Sebagai pengusaha kecil, besar harapan dia agar kebutuhan akan kedelai itu bisa terpenuhi dengan harga umum atau terjangkau. Terlebih ketika memasuki Ramadan hingga Lebaran tahun ini. “Yang penting saya tidak sampai memberhentikan karyawan saya, dan semoga saja harga kedelai impor ini tidak melambung lagi,” harapnya.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Nur Hariri