22.8 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Bisnis Kopi Verry Tembus Australia

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – HAMPIR setiap malam Verry Anggi nongkrong di warung kopi Jember. Saat kuliah, pemuda asal Dusun Durjo, Desa Karangpring, Kecamatan Sukorambi Jember, ini memang tak bisa lepas dari warkop. Namun, berbekal kebiasaan itu, kini dirinya justru menekuni usaha kopi di Jember. Bagaimana awalnya?

Pada 2015 lalu, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Moch Sroedji ini menggeluti bisnis kopi dari nol. Bahkan, Verry sempat berguru kepada pegiat kopi di Jember untuk memperdalam ilmu tentang perkopian. Mulai dari jenis, kualitas, hingga cara mengolah dan meracik. Setelah memperoleh bekal yang cukup, ia memutuskan menjadi pelaku usaha kopi.

Di sisi lain, di kampungnya, Dusun Durjo Jember, kopi merupakan komoditas utama. Karena itu, dia makin yakin menyeriusi bisnis kopi lokal jenis arabika dan robusta. “Pertama menekuni bisnis ini tidak memikirkan keuntungan, namun bagaimana kopi Durjo Jember bisa dikenal orang,” katanya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Bapak satu anak ini mengaku, usahanya itu tidak murni berorientasi pada profit. Di balik itu, ada keinginannya untuk mengedukasi petani di Jember. Bila selama ini petani kopi memanen hasil secara sembarangan, dia ingin petani di lereng Argopuro itu memetik kopi merah. Kini, tren petik kopi merah mulai populer di perkebunan Durjo Jember.

Kini, suami Oktavia Utari itu mulai dikenal oleh pencinta dan produsen kopi di Jember. Apalagi kopi produksi Verry tersebut mulai diminati pasar dan mampu menembus Australia sebelum pandemi lalu. “Awal kemunculan Covid-19 usaha sempat tersendat. Permintaan juga turun. Kini setelah melandai, penjualan kopi kembali normal. Selama sepekan bisa memproduksi 50 bungkus. Untuk penjualan dilakukan online dan offline,” imbuh Verry.

Reporter : Winardyasto/Radar Jember

Fotografer : Winardyasto/Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

 

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – HAMPIR setiap malam Verry Anggi nongkrong di warung kopi Jember. Saat kuliah, pemuda asal Dusun Durjo, Desa Karangpring, Kecamatan Sukorambi Jember, ini memang tak bisa lepas dari warkop. Namun, berbekal kebiasaan itu, kini dirinya justru menekuni usaha kopi di Jember. Bagaimana awalnya?

Pada 2015 lalu, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Moch Sroedji ini menggeluti bisnis kopi dari nol. Bahkan, Verry sempat berguru kepada pegiat kopi di Jember untuk memperdalam ilmu tentang perkopian. Mulai dari jenis, kualitas, hingga cara mengolah dan meracik. Setelah memperoleh bekal yang cukup, ia memutuskan menjadi pelaku usaha kopi.

Di sisi lain, di kampungnya, Dusun Durjo Jember, kopi merupakan komoditas utama. Karena itu, dia makin yakin menyeriusi bisnis kopi lokal jenis arabika dan robusta. “Pertama menekuni bisnis ini tidak memikirkan keuntungan, namun bagaimana kopi Durjo Jember bisa dikenal orang,” katanya.

Bapak satu anak ini mengaku, usahanya itu tidak murni berorientasi pada profit. Di balik itu, ada keinginannya untuk mengedukasi petani di Jember. Bila selama ini petani kopi memanen hasil secara sembarangan, dia ingin petani di lereng Argopuro itu memetik kopi merah. Kini, tren petik kopi merah mulai populer di perkebunan Durjo Jember.

Kini, suami Oktavia Utari itu mulai dikenal oleh pencinta dan produsen kopi di Jember. Apalagi kopi produksi Verry tersebut mulai diminati pasar dan mampu menembus Australia sebelum pandemi lalu. “Awal kemunculan Covid-19 usaha sempat tersendat. Permintaan juga turun. Kini setelah melandai, penjualan kopi kembali normal. Selama sepekan bisa memproduksi 50 bungkus. Untuk penjualan dilakukan online dan offline,” imbuh Verry.

Reporter : Winardyasto/Radar Jember

Fotografer : Winardyasto/Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

 

JEMBER, RADARJEMBER.ID – HAMPIR setiap malam Verry Anggi nongkrong di warung kopi Jember. Saat kuliah, pemuda asal Dusun Durjo, Desa Karangpring, Kecamatan Sukorambi Jember, ini memang tak bisa lepas dari warkop. Namun, berbekal kebiasaan itu, kini dirinya justru menekuni usaha kopi di Jember. Bagaimana awalnya?

Pada 2015 lalu, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Moch Sroedji ini menggeluti bisnis kopi dari nol. Bahkan, Verry sempat berguru kepada pegiat kopi di Jember untuk memperdalam ilmu tentang perkopian. Mulai dari jenis, kualitas, hingga cara mengolah dan meracik. Setelah memperoleh bekal yang cukup, ia memutuskan menjadi pelaku usaha kopi.

Di sisi lain, di kampungnya, Dusun Durjo Jember, kopi merupakan komoditas utama. Karena itu, dia makin yakin menyeriusi bisnis kopi lokal jenis arabika dan robusta. “Pertama menekuni bisnis ini tidak memikirkan keuntungan, namun bagaimana kopi Durjo Jember bisa dikenal orang,” katanya.

Bapak satu anak ini mengaku, usahanya itu tidak murni berorientasi pada profit. Di balik itu, ada keinginannya untuk mengedukasi petani di Jember. Bila selama ini petani kopi memanen hasil secara sembarangan, dia ingin petani di lereng Argopuro itu memetik kopi merah. Kini, tren petik kopi merah mulai populer di perkebunan Durjo Jember.

Kini, suami Oktavia Utari itu mulai dikenal oleh pencinta dan produsen kopi di Jember. Apalagi kopi produksi Verry tersebut mulai diminati pasar dan mampu menembus Australia sebelum pandemi lalu. “Awal kemunculan Covid-19 usaha sempat tersendat. Permintaan juga turun. Kini setelah melandai, penjualan kopi kembali normal. Selama sepekan bisa memproduksi 50 bungkus. Untuk penjualan dilakukan online dan offline,” imbuh Verry.

Reporter : Winardyasto/Radar Jember

Fotografer : Winardyasto/Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca