JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, langit di atas Pasar Rambipuji mulai mendung. Ruang di sekitar pasar, di bagian dalam pun, membutuhkan sinar lampu untuk menambah terangnya pasar. Di lokasi itu, pedagang dan konsumen tampak bercengkerama. Tanya jawab harga ini dan itu sebelum bertransaksi.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Maling di Jember Nekat Sembelih Sapi Dekat Rumah Korban
Pasar Rambipuji memang menjadi salah satu pasar yang ramai di Jember. Tak heran, jalanan di sekitar kerap padat kendaraan. Bukan saja di jalan sekitar pasar, namun Jalan Nasional juga ikut terdampak aktivitas pasar.
Berbicara naik turunnya harga bahan pokok, seperti cabai rawit, tomat, dan bawang putih, dalam tiga pekan terakhir terlihat mengalami pergerakan. Naik turunnya harga tersebut sudah menjadi hal biasa bagi pedagang. Salah satunya Maisaroh, pedagang asal Desa Kaliwining, Kecamatan Rambipuji.
Baca Juga: Jelang Puasa Kontrol Bahan Pokok, Jaga Stabilitas Harga
Maisaroh menyebut, sudah beberapa tahun ini dirinya tidak terlalu memperhatikan naik turunnya harga bahan pokok. Dia hanya fokus menjual dagangan dengan mengambil selisih keuntungan setelah dikirim tengkulak bahan pokok atau pemasok.
Dikatakannya, penjualan yang dilakukan sesuai dengan perkembangan naik turunnya harga di pasar. Kendati begitu, dia mengakui kerap mendengar keluhan pembeli. Maisaroh menuturkan, harga sejumlah bahan pokok masih relatif stabil. Meski ada yang harganya naik dan turun.
Dia menjelaskan, naik turunnya sejumlah bahan pokok masih standar. Berkisar antara ratusan rupiah sampai ribuan. Dia pun mengambil keuntungan dengan selisih harga yang relatif tipis. Dia menganggap hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pedagang. “Sama saja,” ungkapnya singkat.
Saat kulakan barang murah, kemudian ada kenaikan harga, bisa jadi pedagang akan untung. Namun, apabila harga pembelian mahal dan penjualan menjadi murah, hal itu tentu menjadi berisiko. Kendati begitu, untung rugi tidaklah begitu signifikan, karena bahan pokok seperti cabai, tomat, serta yang lain juga tidak bisa ditimbun. “Tetap memperhatikan kualitas. Barang yang didapatkan masih dipilih agar layak untuk dijual lagi,” imbuhnya.
Maisaroh menganggap, bahan bumbu dapur yang dijualnya terbilang murah. Dia memberikan perincian terkait harga cabai merah senilai Rp 42.000 per kilogram, cabai hijau dengan harga Rp 18.000. Sementara, bawang putih dengan harga Rp 24.000 dan harga bawang merah Rp 32.000, ditambah tomat dengan harga Rp 6.000 per kilogram. Pihaknya mengambil hasil laba Rp 2.000 dari harga kulak.
Perempuan yang sudah menjadi pedagang di Pasar Rambipuji sekitar 10 tahun itu menyebut, barang yang dijualnya datang dari berbagai daerah. “Ada dari Bondowoso, Lumajang, Situbondo, dan Probolinggo,” terang Maisaroh.
Meski begitu, penjual asal Desa Kaliwining ini tidak pernah menghitung hasil yang didapatkan dalam per bulannya. Maisaroh merasa hal tersebut tidak terlalu penting. Dia hanya berharap jualannya tetap laris setiap hari. “Yang penting cukup untuk makan,” ungkapnya.
Aktivitas jual beli yang dijalaninya memakan waktu yang cukup panjang. Karenanya, dia mengaku tidak ada waktu untuk menghitungnya. “Selesai langsung istirahat saja,” cetusnya.
Maisaroh pasrah dengan naik dan turunnya harga. Dia menganggap naik turunnya harga tersebut sudah terjadi sejak lama. Apalagi pada bulan puasa atau menjelang hari raya. “Saya pasrah. Mau naik atau turun, terserah,” pungkasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.
Jurnalis: mg5
Fotografer: ZAINI DAHLAN/RADAR JEMBER
Editor: Nur Hariri