JEMBER, RADARJEMBER.IDÂ – Potensi sektor pertanian di Kabupaten Jember cukup melimpah. Di beberapa desa, hasil panennya mencapai hingga ribuan ton per musim. Potensi itu dirasa perlu didorong untuk meningkatkan daya produksi dan mensejahterakan petani.
Salah satu potensi itu terhampar di sejumlah areal persawahan di Kecamatan Wuluhan yang dalam pekan-pekan ini, petani di sana akan segera panen raya. “Kecamatan Wuluhan ini luar biasa, bagian dari lumbung padi kita sekaligus penyanggah lumbung padi nasional,” kata Bupati Jember Hendy Siswanto.
Didampingi Wakil Bupati Jember KH MB Firjaun Barlaman, Sekda Jember, dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Jember, Bupati Hendy melihat langsung potret tradisi petik padi yang dilakukan petani di Kecamatan Wuluhan, siang kemarin.
Tradisi seperti itu rutin dilakukan ketika menjelang panen raya sebagai bentuk rasa syukur. “Petik padi ini bagian rasa syukur masyarakat Wuluhan kepada Allah SWT. Jadi rasa syukurnya dikedepankan, bukan panennya. Ini tradisi yang luar biasa dan harus dipertahankan sampai kapanpun juga,” kata Hendy.
Sebagaimana diketahui, dari tujuh desa yang ada di Kecamatan Wuluhan, ada cukup banyak areal persawahan yang membentang luas di kecamatan ini. Dalam satu hektare lahan padi di sana, bisa menghasilkan antara 8 sampai 10 ton hasil panen per musimnya. Hendy menilai, hal itu menjadi potensi yang sangat menguntungkan bagi petani.
Namun demikian, Hendy mengaku potensi tersebut juga perlu ada langkah berkelanjutan dalam bentuk produksi hasil pertanian. Salah satunya melalui pengemasan (packaging dan labeling) agar bisa dipasarkan. “Kami sangat mendukung adanya langkah atau kegiatan seperti ini, sehingga bisa menghasilkan nilai tambah lagi,” kata bupati berusia 59 tahun ini.
Mengenai penggunaan pupuk, Hendy juga mendapat informasi dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bahwa banyak masyarakat atau petani di Kecamatan Wuluhan mulai beradaptasi dengan ketersediaan pupuk subsidi yang terbatas. Dengan cara, petani juga menggunakan bahan-bahan organik. “Di sini tidak ada persoalan terkait pupuk, karena mereka juga memakai bahan organik,” katanya.
Meskipun jumlahnya tidak banyak, kata Hendy, namun dia mengapresiasi para petani yang berinovasi dengan menggunakan bahan organik tersebut. Hal itu dinilainya sebagai bentuk kolaborasi petani dengan kios-kios atau distributor penyedia pupuk, dalam menyikapi keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi.
Orang nomor satu di Jember ini juga berharap, sinergi semacam itu dilakukan petani di desa-desa atau kecamatan lain di Jember. “Sinergi semacam ini luar biasa. Makanya kita akan support, ada infrastruktur kita perbaiki, sekaligus akan menjadi role model. Kita punya 31 kecamatan, dengan keterbatasan anggaran, tentunya kami harus ada skala prioritas,” jelas Hendy.
Mengenai penyediaan pupuk itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Jember, Imam Sudarmaji sempat menguraikan terkait rencana Pemkab Jember yang akan mendirikan dua pabrik pupuk organik senilai Rp4 Miliar menggunakan pos anggaran APBD Jember tahun 2022.
Keberadaan pabrik pupuk itu disebutnya sebagai alternatif, sekaligus upaya mengembalikan kondisi unsur hara tanah di Jember. “Pada tahun 2022 ini, akan didirikan dua pabrik pupuk organik, satu di Kecamatan Wuluhan dan satu di Kecamatan Silo. Dalam sehari kita targetkan pabrik ini bisa produksi 5 sampai 10 ton pupuk,” pungkasnya.
Jurnalis: Maulana
Fotografer: DISKOMINFO FOR RADAR JEMBER