Mobile_AP_Rectangle 1
Selain itu, perlu ada pengembangan pasar jika target peningkatan produksi itu benar-benar dijalankan. Yakni dengan mencari negara pengimpor selain Jepang. “Dan jelas kami butuh bantuan. Karena saat ini, Vietnam yang menjadi negara pengekspor edamame kelima sudah hampir menyalip. Padahal, jika berbicara kualitas, edamame Indonesia masih peringkat satu,” bebernya.
Tantangan lain yang perlu dipecahkan, Untung mengungkapkan, adalah kendala terkait mahalnya biaya ekspor. Sebab, selama ini ada penambahan biaya hingga 50 persen. Dia menegaskan, penambahan ongkos kirim itu bukanlah regulasi pemerintah, melainkan murni permainan pasar. “Kalau tidak nambah, barangnya tidak bisa dikirim. Ini yang juga butuh solusi,” pungkasnya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih
- Advertisement -
Selain itu, perlu ada pengembangan pasar jika target peningkatan produksi itu benar-benar dijalankan. Yakni dengan mencari negara pengimpor selain Jepang. “Dan jelas kami butuh bantuan. Karena saat ini, Vietnam yang menjadi negara pengekspor edamame kelima sudah hampir menyalip. Padahal, jika berbicara kualitas, edamame Indonesia masih peringkat satu,” bebernya.
Tantangan lain yang perlu dipecahkan, Untung mengungkapkan, adalah kendala terkait mahalnya biaya ekspor. Sebab, selama ini ada penambahan biaya hingga 50 persen. Dia menegaskan, penambahan ongkos kirim itu bukanlah regulasi pemerintah, melainkan murni permainan pasar. “Kalau tidak nambah, barangnya tidak bisa dikirim. Ini yang juga butuh solusi,” pungkasnya.
Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih
Selain itu, perlu ada pengembangan pasar jika target peningkatan produksi itu benar-benar dijalankan. Yakni dengan mencari negara pengimpor selain Jepang. “Dan jelas kami butuh bantuan. Karena saat ini, Vietnam yang menjadi negara pengekspor edamame kelima sudah hampir menyalip. Padahal, jika berbicara kualitas, edamame Indonesia masih peringkat satu,” bebernya.
Tantangan lain yang perlu dipecahkan, Untung mengungkapkan, adalah kendala terkait mahalnya biaya ekspor. Sebab, selama ini ada penambahan biaya hingga 50 persen. Dia menegaskan, penambahan ongkos kirim itu bukanlah regulasi pemerintah, melainkan murni permainan pasar. “Kalau tidak nambah, barangnya tidak bisa dikirim. Ini yang juga butuh solusi,” pungkasnya.
Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih