JEMBER, RADARJEMBER.ID – Masa pandemi tak pelak membuat sejumlah kedai kopi di Jember mengalami penurunan signifikan. Rasa pahit kopi seakan dikalahkan oleh pahitnya fakta bahwa pemasaran produk kopi anjlok. Namun, kini para pebisnis kopi mulai menemukan alternatif lain untuk memasarkan produk mereka.
Rijal Akhwan, salah satu pemilik kedai kopi di Jalan Jayanegara, Kecamatan Kaliwates, mengaku kedai kopinya sempat mengalami penurunan jumlah pengunjung saat awal pandemi korona merebak. “Kalau sekarang sudah mulai naik lagi pengunjungnya, ketimbang awal pandemi,” kata Rijal, Jumat (19/2).
Kendati kedai kopi milik Rijal sudah berangsur dipadati pelanggan. Namun, dia masih belum berani untuk memesan kopi dengan jumlah banyak karena khawatir tidak laku. Normalnya, sebelum pandemi, dalam satu bulan Rijal bisa membeli kopi hingga sekitar 24 kilogram. Namun, kini dirinya membeli kopi sekitar 10 kilogram untuk satu bulan. “Dulu 10 kilogram itu nggak mesti habis. Tapi kemarin Januari habis,” lanjutnya.
Keterpurukan pebisnis kopi saat pandemi juga dirasakan Irham Bashori Hasbah yang berjualan kopi bubuk. Selama ini Irham mampu menjual 1,5 hingga 2 kuintal dalam satu bulan, dengan harga separuh dari harga normal di masa sebelum pandemi. Padahal sebelum pandemi, Irham hanya mampu menjual kopi mencapai satu kuintal per bulan.
Setiap 1 kilogram bubuk kopi premium miliknya dibanderol dengan harga Rp 100 ribu. “Dari Maret 2020 sampai sekarang, terpaksa harganya saya turunkan jadi Rp 40 ribu. Karena kafe-kafe langganan sudah mengurangi untuk mengambil kopi,” kata Irham.
Untuk menyiasatinya, Irham menyasar para pembeli di sejumlah toko di kawasan perdesaan. Menurutnya, pandemi justru menjadi peluang untuk melebarkan sayap pemasaran produknya pada kalangan masyarakat perdesaan. “Konsumen di kafe berkurang. Akhirnya selama ini kita bermainnya di toko-toko desa,” imbuhnya.
Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti