31.1 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Usaha dengan Konsep, Jual Sesuka Hati, Beli Semaunya

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sebuah rumah di Dusun Talang Desa/Kecamatan Jenggawah ini sepintas terlihat sederhana. Bedanya dengan rumah warga lain ada pada pelatarannya. Terlihat, ada banyak jenis mainan anak-anak dan semuanya dibuat dari olahan ban bekas kendaraan.

Sesekali, beberapa anak terlihat wira-wiri di sekitar rumah tersebut. Mereka bermain, naik turunkan ban bekas yang dimodifikasi menjadi kendaraan macam mobil-mobilan, atau sepeda motor mainan. Wajah ceria anak-anak tergambar jelas. “Kadang orang-orang juga mampir, sekadar numpang foto,” kata Subari yang tak lain merupakan pemilik rumah tersebut.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, pria 50 tahun tersebut rupanya seorang pengrajin mainan anak-anak dari ban bekas. Dia membuatnya seorang diri. Kata dia, ide itu muncul saat di lingkungannya banyak ban bekas tak terpakai dan berserakan. Kadang dibakar atau ditimbun. Terlebih, di tempat kerjanya, di sebuah pabrik perkebunan di Kecamatan Jenggawah, ban-ban bekas mobil kerap keleleran.

Mobile_AP_Rectangle 2

Berangkat dari situ, ide Subari muncul. Kemudian, dia mulai membuat tong-tong sampah berbahan ban bekas tersebut bersama sejumlah pemuda di sekitar rumahnya. “Awalnya, sekitar 2018 lalu. Saat itu, mengolah ban bekas untuk dijadikan sebagai tempat sampah,” ungkapnya.

Dipilihnya ban bekas menjadi tong sampah tersebut bukan tanpa alasan. Subari menginginkan, khususnya di jalanan menuju arah perkebunan bisa terpasang tempat-tempat sampah. “Hitung-hitung untuk keindahan jalan. Kalau ada tempat sampahnya, lingkungan juga lebih bersih,” ucapnya.

Melihat aksinya itu, beberapa warga sekitar hingga perkebunan tempat dia bekerja, kerap memberikan ban bekas agar diolah menjadi kerajinan serupa. Bahkan, ide itu juga menarik perhatian kalangan pemuda di sekitar lingkungannya. Mereka tertarik mengikuti jejak Subari. “Lambat laun, tempat sampah itu berjalan. Hanya saja kurang perhatian. Lalu, saya mulai membuat taman bermain mini di rumah,” akunya.

Benar saja, di rumahnya ada banyak wahana mainan anak yang semuanya berbahan dari ban bekas. Wajar, jika rumah Subari kerap didatangi anak-anak hanya untuk bermain. Mulai ban berbentuk mobil, sepeda motor, dan hewan berbagai karakter. “Rencananya, ingin lebih dikembangkan, tapi masih berbenturan dengan dana,” kata Subari.

Sejauh ini, Subari masih bekerja di salah satu perkebunan di Kecamatan Jenggawah. Secara bersamaan, karya-karya yang sederhana itu tetap bisa dinikmati masyarakat, sampai anak-anak pun juga merasakan manfaatnya.

Subari sendiri mengaku tidak sempat kepikiran untuk menjualnya. Kendati begitu, jika ada yang menawar, dia juga tidak segan melepasnya dan kembali membuat kerajinan lagi. “Kalau ada yang tertarik, bisa dijual. Toh, tidak ada harga patokan pasti,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto/Radar Jember

Fotografer : Dwi Siswanto/Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sebuah rumah di Dusun Talang Desa/Kecamatan Jenggawah ini sepintas terlihat sederhana. Bedanya dengan rumah warga lain ada pada pelatarannya. Terlihat, ada banyak jenis mainan anak-anak dan semuanya dibuat dari olahan ban bekas kendaraan.

Sesekali, beberapa anak terlihat wira-wiri di sekitar rumah tersebut. Mereka bermain, naik turunkan ban bekas yang dimodifikasi menjadi kendaraan macam mobil-mobilan, atau sepeda motor mainan. Wajah ceria anak-anak tergambar jelas. “Kadang orang-orang juga mampir, sekadar numpang foto,” kata Subari yang tak lain merupakan pemilik rumah tersebut.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, pria 50 tahun tersebut rupanya seorang pengrajin mainan anak-anak dari ban bekas. Dia membuatnya seorang diri. Kata dia, ide itu muncul saat di lingkungannya banyak ban bekas tak terpakai dan berserakan. Kadang dibakar atau ditimbun. Terlebih, di tempat kerjanya, di sebuah pabrik perkebunan di Kecamatan Jenggawah, ban-ban bekas mobil kerap keleleran.

Berangkat dari situ, ide Subari muncul. Kemudian, dia mulai membuat tong-tong sampah berbahan ban bekas tersebut bersama sejumlah pemuda di sekitar rumahnya. “Awalnya, sekitar 2018 lalu. Saat itu, mengolah ban bekas untuk dijadikan sebagai tempat sampah,” ungkapnya.

Dipilihnya ban bekas menjadi tong sampah tersebut bukan tanpa alasan. Subari menginginkan, khususnya di jalanan menuju arah perkebunan bisa terpasang tempat-tempat sampah. “Hitung-hitung untuk keindahan jalan. Kalau ada tempat sampahnya, lingkungan juga lebih bersih,” ucapnya.

Melihat aksinya itu, beberapa warga sekitar hingga perkebunan tempat dia bekerja, kerap memberikan ban bekas agar diolah menjadi kerajinan serupa. Bahkan, ide itu juga menarik perhatian kalangan pemuda di sekitar lingkungannya. Mereka tertarik mengikuti jejak Subari. “Lambat laun, tempat sampah itu berjalan. Hanya saja kurang perhatian. Lalu, saya mulai membuat taman bermain mini di rumah,” akunya.

Benar saja, di rumahnya ada banyak wahana mainan anak yang semuanya berbahan dari ban bekas. Wajar, jika rumah Subari kerap didatangi anak-anak hanya untuk bermain. Mulai ban berbentuk mobil, sepeda motor, dan hewan berbagai karakter. “Rencananya, ingin lebih dikembangkan, tapi masih berbenturan dengan dana,” kata Subari.

Sejauh ini, Subari masih bekerja di salah satu perkebunan di Kecamatan Jenggawah. Secara bersamaan, karya-karya yang sederhana itu tetap bisa dinikmati masyarakat, sampai anak-anak pun juga merasakan manfaatnya.

Subari sendiri mengaku tidak sempat kepikiran untuk menjualnya. Kendati begitu, jika ada yang menawar, dia juga tidak segan melepasnya dan kembali membuat kerajinan lagi. “Kalau ada yang tertarik, bisa dijual. Toh, tidak ada harga patokan pasti,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto/Radar Jember

Fotografer : Dwi Siswanto/Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sebuah rumah di Dusun Talang Desa/Kecamatan Jenggawah ini sepintas terlihat sederhana. Bedanya dengan rumah warga lain ada pada pelatarannya. Terlihat, ada banyak jenis mainan anak-anak dan semuanya dibuat dari olahan ban bekas kendaraan.

Sesekali, beberapa anak terlihat wira-wiri di sekitar rumah tersebut. Mereka bermain, naik turunkan ban bekas yang dimodifikasi menjadi kendaraan macam mobil-mobilan, atau sepeda motor mainan. Wajah ceria anak-anak tergambar jelas. “Kadang orang-orang juga mampir, sekadar numpang foto,” kata Subari yang tak lain merupakan pemilik rumah tersebut.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, pria 50 tahun tersebut rupanya seorang pengrajin mainan anak-anak dari ban bekas. Dia membuatnya seorang diri. Kata dia, ide itu muncul saat di lingkungannya banyak ban bekas tak terpakai dan berserakan. Kadang dibakar atau ditimbun. Terlebih, di tempat kerjanya, di sebuah pabrik perkebunan di Kecamatan Jenggawah, ban-ban bekas mobil kerap keleleran.

Berangkat dari situ, ide Subari muncul. Kemudian, dia mulai membuat tong-tong sampah berbahan ban bekas tersebut bersama sejumlah pemuda di sekitar rumahnya. “Awalnya, sekitar 2018 lalu. Saat itu, mengolah ban bekas untuk dijadikan sebagai tempat sampah,” ungkapnya.

Dipilihnya ban bekas menjadi tong sampah tersebut bukan tanpa alasan. Subari menginginkan, khususnya di jalanan menuju arah perkebunan bisa terpasang tempat-tempat sampah. “Hitung-hitung untuk keindahan jalan. Kalau ada tempat sampahnya, lingkungan juga lebih bersih,” ucapnya.

Melihat aksinya itu, beberapa warga sekitar hingga perkebunan tempat dia bekerja, kerap memberikan ban bekas agar diolah menjadi kerajinan serupa. Bahkan, ide itu juga menarik perhatian kalangan pemuda di sekitar lingkungannya. Mereka tertarik mengikuti jejak Subari. “Lambat laun, tempat sampah itu berjalan. Hanya saja kurang perhatian. Lalu, saya mulai membuat taman bermain mini di rumah,” akunya.

Benar saja, di rumahnya ada banyak wahana mainan anak yang semuanya berbahan dari ban bekas. Wajar, jika rumah Subari kerap didatangi anak-anak hanya untuk bermain. Mulai ban berbentuk mobil, sepeda motor, dan hewan berbagai karakter. “Rencananya, ingin lebih dikembangkan, tapi masih berbenturan dengan dana,” kata Subari.

Sejauh ini, Subari masih bekerja di salah satu perkebunan di Kecamatan Jenggawah. Secara bersamaan, karya-karya yang sederhana itu tetap bisa dinikmati masyarakat, sampai anak-anak pun juga merasakan manfaatnya.

Subari sendiri mengaku tidak sempat kepikiran untuk menjualnya. Kendati begitu, jika ada yang menawar, dia juga tidak segan melepasnya dan kembali membuat kerajinan lagi. “Kalau ada yang tertarik, bisa dijual. Toh, tidak ada harga patokan pasti,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto/Radar Jember

Fotografer : Dwi Siswanto/Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca