SUMBERSARI, RADARJEMBER.ID – DUNIA blog mulai populer sejak tahun 2010-an. Saat itu, blog masih sekadar sebagai ruang menulis atau mengekspresikan gagasan dalam bentuk tulisan. Bahkan, saking populernya, kala itu beberapa sekolah sampai memasukkan materi membuat dan mendesain blog sebagai mata pelajaran. Dan Ilham Sadli mulai membuat blog sejak SMA, tepatnya pada 2011 lalu.
Ilham mengaku, motivasinya bukan karena dia menyukai dunia tulis-menulis. Melainkan terlecut setelah temannya aktif dan produktif dengan membuat blog. Sejak saat itu, dirinya mulai menekuni dunia blogging. Mulai dari belajar kode dan tetek bengeknya yang berkaitan dengan blog. “Awal-awal itu masih belum fokus ke tulisannya,” ungkap pemuda yang tinggal di Gang Lembah Permai, Sumbersari, ini.
Setahun berikutnya, Ilham lulus SMA. Ia pun mulai disibukkan dengan awal-awal masa kuliah. Kala itu, blognya sempat tak terurus. Dan ia mulai vakum menulis. Hingga akhirnya, Ilham bertemu dengan komunitas Forum Lingkar Pena (FLP). Di sana, ia belajar menulis konten yang enak dibaca. Hingga akhirnya ia mendapat lowongan di Jakarta sebagai pekerja lepas penulis konten.
Ilham mengaku, upahnya cukup menggiurkan. Dalam satu kali kerja sama, dia bisa meraup hingga Rp 1 juta. Profesi menjadi penulis konten pun berjalan selama dua tahun. Sejak 2015 hingga 2017. “Kalau bisa ngisi konten orang lain, harusnya bisa untuk diri sendiri. Dari situ, saya mulai membangun blog dari awal,” ungkapnya.
Awal 2017 itu, ilham mulai membuat website sendiri. Dia rutin menulis konten untuk website-nya. Bersamaan dengan itu, Ilham mulai belajar search engine optimization (SEO), belajar membuat template yang bagus secara autodidak melalui mesin pencarian Google. Saat itu, orientasinya bukan untuk mendapatkan uang, tapi karena penasaran dengan cara kerja website dengan formula SEO. “Uang dapat dari penulis konten. Jadi, orientasinya dulu bukan untuk duit,” ucapnya.
Medio 2017, ia dapat menghasilkan Rp 9 juta dalam kurun waktu tiga bulan. Duit itu didapatkan dari pemasang iklan pada di website yang ia kelola. Namun, karena banyak blogger nakal, menjelang pencairan uang, website-nya justru di-banned oleh Google. Hal ini berulang hingga tiga kali berturut-turut. Ilham pun sempat terseok-seok di awal. “Karena masih penasaran, jadi coba lagi sampai tiga kali. Sehingga total Rp 13 juta uang yang hangus,” kisahnya.
Ilham sempat putus asa hingga akhirnya ia mendapat saran dari blogger lain agar membuat domain berbayar pada website-nya. Sejak saat itu, kesibukan menulis konten dan mengelola website berjalan secara profesional. “Jadi, fokus ke kontennya. Bukan cari duitnya. Dan itu prosesnya bertahap. Mungkin kalau saat itu prioritasnya duit, bisa jadi tidak seperti sekarang,” tuturnya.
Setelah berdomain, dalam kurun waktu tiga bulan ia belum mendapatkan keuntungan sama sekali. Padahal, ketika menggunakan domain dalam sebulan, Ilham harus membayar Rp 170 ribu. Barulah sejak ia menulis tentang perjalanannya ke Solo, beberapa brand menawari untuk kerja sama menulis tentang batik. “Tulisan pertama langsung dapat Rp 200 ribu. Jadi balik modal. Kemudian, ada tawaran dari platform toko online. Dari situ mulai jalan,” ungkapnya.
Dari pengalamannya itu, kini Ilham sudah go national. Dia banyak diundang menjadi pemateri untuk optimalisasi konten digital. Bahkan, setiap bulannya ia memiliki jadwal memberikan materi di kota-kota lain. Misalnya Bogor, Cilacap, Probolinggo, dan lainnya. Karirnya makin moncer. Sekarang, ia tak hanya dikenal sebagai penulis konten, namun juga merambah menjadi kreator konten TikTok, Instagram, YouTube, hingga media planner.
Meski telah mengembangkan sayap, namun menurutnya kiprah penulis konten masih memiliki peluang besar. Walaupun harga jasa penulis konten saat ini tak semahal beberapa tahun lalu. “Karena eranya sudah digital. Yang merusak harga itu penulis baru yang belum punya pengalaman. Terus menawarkan dengan harga murah. Kuncinya kita harus menjaga kualitas. Karena makin bagus kualitasnya, makin mahal harganya,” pungkas Ilham.
Reporter : Dian Cahyani
Fotografer : Ilham Sadli For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih