KALIWATES, RADARJEMBER.ID – RINTIK hujan, siang kemarin, membasahi jalanan di Kabupaten Jember. Begitu reda, di balik pintu gerbang terlihat seorang pria yang asyik melanjutkan pekerjaannya. Dia merangkai barang bekas sebuah lampu merah atau traffic light.
Bagi warga Jember, lampu merah bukan hal baru. Sebab, kerap dijumpai ketika melintas di jalanan kota, di simpang tiga ataupun perempatan. Tetapi, tidak semua orang mendapatkan peluang bisnis dari lampu merah. Apalagi, pengadaan proyek lampu hijau, kuning, dan merah tersebut kebanyakan didapat oleh perusahaan-perusahaan besar.
Ega alias Pak Andra membuat lampu merah itu. Dia bekerja sebagai eksekutor, sementara ide dan konsepnya dari Agung Kurniawan, warga yang tinggal di Jalan Teratai, Kelurahan/Kecamatan Kaliwates Jember. Ega dan Agung membuat ornamen artistik layaknya lampu merah untuk di jual di kafe, warung, hotel, serta berbagai tempat lain. “Pak Agung saja yang menjelaskan, kalau saya hanya eksekutornya,” ucap Ega. Dia pun mengutak-atik kaca lampu sebelum dipasang secara presisi.
Agung mengaku, lampu merah yang dikerjakannya bukan untuk dipasang di perempatan atau di persimpangan jalan. Maklum, lampu merah yang dibuat itu hanya barang bekas. “Awalnya, saya beli bekas traffic light di Situbondo. Ada 60 unit barang bekas. Dulu tak dianggap karena seperti sampah. Tetapi, setelah diberi sentuhan, banyak orang senang,” katanya.
Dalam waktu yang tidak begitu lama, 60 unit bekas lampu merah terjual habis. Agung menyebut, orang zaman sekarang banyak yang suka visual dan itu menjadi peluang bisnis. “Banyak penikmat visual, tugas saya bagaimana memvisualisasikan barang agar dapat dinikmati,” ucapnya.
Sejak itulah, dia membuat ornamen lampu artistik dengan sasaran pasar kafe-kafe dan sebagainya. “Setelah bekas lampu merah habis, otomatis nyarinya susah. Akhirnya, saya dan Ega membuatnya dari barang bekas. Sampai sekarang pesanan terus-terusan. Mau tidak mau, kami harus melayani dan membuat baru. Jadi, bukan sisa dari traffic light lagi,” ungkapnya.
Selain membuat ornamen lampu merah, dia pun banyak memproduksi sejumlah barang dari bahan bekas. Agung menyebut, di era sekarang orang harus kreatif. Tidak boleh berpikir instan agar langsung sukses tanpa melakukan perjuangan. “Apa pun, pasti ada prosesnya. Jika bingung kerja, sebenarnya apa pun yang ada di sekitar kita bisa dikerjakan,” ucap pria yang juga membuat ornamen lampu dari strongking bekas.
Di era serba modern ini, lanjut Agung, sudah banyak hal yang bisa dilakukan dengan barang-barang di sekitar. Menurutnya, hampir semua barang memiliki pasar tersendiri. “Sekarang banyak komunitas. Misalnya, sepeda bekas, juga banyak yang suka,” ulasnya.
Agar dapat memanfaatkan barang di sekitar dengan baik, Agung berpesan agar menguatkan literasi dan manfaat di balik bisnis yang akan digeluti. Seperti sepeda, tentu ada perbedaan harga. “Barang yang biasa bisa jadi mahal kalau banyak yang suka. Peluang-peluang ini yang membutuhkan literasi,” paparnya.
Agung berpesan, untuk bisa memulai bisnis, memang diperlukan keberanian dan kerja keras. Tanpa mencoba, orang tidak akan tahu apa yang kurang dan apa yang dapat diambil manfaat dari usaha itu. “Begitu melihat ada peluang, lakukan. Kalau takut rugi, bisa jadi akan tetap nganggur,” pungkasnya.
Reporter : Nur Hariri
Fotografer : Nur Hariri
Editor : Mahrus Sholih