22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Perlu Event Tingkatkan Okupansi Hotel

Mobile_AP_Rectangle 1

SLAWU, Radar Jember – Hunian hotel menjadi penunjang kegiatan di suatu daerah, khususnya bagi wisatawan yang hendak beristirahat setelah berwisata menikmati panorama keindahan kota Jember. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, peningkatan hunian hotel juga sangat dipengaruhi oleh event dan momentum tertentu, seperti weekend dan cuti bersama.

BACA JUGA : Tempel Stiker Vaksinasi Booster di Hotel dan Restoran

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Arif Joko Sutejo menuturkan, pada dasarnya naik turunnya tingkat hunian hotel cukup dipengaruhi oleh momentum dan event tertentu. Seperti cuti nasional, weekend, ataupun event berskala nasional. “Misalkan kegiatan JFC yang akan dilaksanakan di Jember pada bulan-bulan mendatang, akan cukup memberi dampak peningkatan hunian hotel,” terangnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Menurut data yang dihimpun BPS, pada bulan Maret lalu ada angka kenaikan dibandingkan bulan Februari. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Jember pada bulan Maret mencapai 50,79 persen. Dengan kata lain, dari tiap 100 kamar yang disediakan oleh seluruh hotel setara bintang di Jember setiap malamnya, sebanyak 50 sampai 51 kamar di antaranya telah terjual.

Sementara itu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jember Tegoeh Soeprajitno mengatakan, tingkat hunian hotel memang sangat dipengaruhi oleh kegiatan tertentu yang dilaksanakan oleh pemerintah, atau berkaitan dengan hari aktif kerja dan lain-lain. “Jadi, memang kita berpatokan pada jadwal event dari pemerintah, sehingga teman-teman di perhotelan sudah siap ketika ada lonjakan pengunjung hotel,” terangnya.

Terlebih, saat ini kondisi pandemi Covid-19 sudah melandai. Aktivitas masyarakat mulai dari wisata hingga perjalanan sudah tidak lagi dibatasi. “Jadi, cukup menjadi indikator naiknya jumlah TPK di Jember,” paparnya.

Dia mengatakan, memang setiap tahun pada bulan Februari jumlah TPK selalu mengalami penurunan, termasuk pada tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan aktivitas masyarakat, seperti hari kerja, seminar, rapat, dan lainnya. “Setiap tahun pada Februari jumlah TPK memang turun. Jadi, siklusnya Januari naik, Februari turun, baru Maret naik, kemudian memasuki bulan puasa mengalami penurunan, baru mendekati Idul Fitri naik lagi,” pungkasnya. (mg6/c2/dwi)

 

- Advertisement -

SLAWU, Radar Jember – Hunian hotel menjadi penunjang kegiatan di suatu daerah, khususnya bagi wisatawan yang hendak beristirahat setelah berwisata menikmati panorama keindahan kota Jember. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, peningkatan hunian hotel juga sangat dipengaruhi oleh event dan momentum tertentu, seperti weekend dan cuti bersama.

BACA JUGA : Tempel Stiker Vaksinasi Booster di Hotel dan Restoran

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Arif Joko Sutejo menuturkan, pada dasarnya naik turunnya tingkat hunian hotel cukup dipengaruhi oleh momentum dan event tertentu. Seperti cuti nasional, weekend, ataupun event berskala nasional. “Misalkan kegiatan JFC yang akan dilaksanakan di Jember pada bulan-bulan mendatang, akan cukup memberi dampak peningkatan hunian hotel,” terangnya.

Menurut data yang dihimpun BPS, pada bulan Maret lalu ada angka kenaikan dibandingkan bulan Februari. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Jember pada bulan Maret mencapai 50,79 persen. Dengan kata lain, dari tiap 100 kamar yang disediakan oleh seluruh hotel setara bintang di Jember setiap malamnya, sebanyak 50 sampai 51 kamar di antaranya telah terjual.

Sementara itu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jember Tegoeh Soeprajitno mengatakan, tingkat hunian hotel memang sangat dipengaruhi oleh kegiatan tertentu yang dilaksanakan oleh pemerintah, atau berkaitan dengan hari aktif kerja dan lain-lain. “Jadi, memang kita berpatokan pada jadwal event dari pemerintah, sehingga teman-teman di perhotelan sudah siap ketika ada lonjakan pengunjung hotel,” terangnya.

Terlebih, saat ini kondisi pandemi Covid-19 sudah melandai. Aktivitas masyarakat mulai dari wisata hingga perjalanan sudah tidak lagi dibatasi. “Jadi, cukup menjadi indikator naiknya jumlah TPK di Jember,” paparnya.

Dia mengatakan, memang setiap tahun pada bulan Februari jumlah TPK selalu mengalami penurunan, termasuk pada tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan aktivitas masyarakat, seperti hari kerja, seminar, rapat, dan lainnya. “Setiap tahun pada Februari jumlah TPK memang turun. Jadi, siklusnya Januari naik, Februari turun, baru Maret naik, kemudian memasuki bulan puasa mengalami penurunan, baru mendekati Idul Fitri naik lagi,” pungkasnya. (mg6/c2/dwi)

 

SLAWU, Radar Jember – Hunian hotel menjadi penunjang kegiatan di suatu daerah, khususnya bagi wisatawan yang hendak beristirahat setelah berwisata menikmati panorama keindahan kota Jember. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, peningkatan hunian hotel juga sangat dipengaruhi oleh event dan momentum tertentu, seperti weekend dan cuti bersama.

BACA JUGA : Tempel Stiker Vaksinasi Booster di Hotel dan Restoran

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Arif Joko Sutejo menuturkan, pada dasarnya naik turunnya tingkat hunian hotel cukup dipengaruhi oleh momentum dan event tertentu. Seperti cuti nasional, weekend, ataupun event berskala nasional. “Misalkan kegiatan JFC yang akan dilaksanakan di Jember pada bulan-bulan mendatang, akan cukup memberi dampak peningkatan hunian hotel,” terangnya.

Menurut data yang dihimpun BPS, pada bulan Maret lalu ada angka kenaikan dibandingkan bulan Februari. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Jember pada bulan Maret mencapai 50,79 persen. Dengan kata lain, dari tiap 100 kamar yang disediakan oleh seluruh hotel setara bintang di Jember setiap malamnya, sebanyak 50 sampai 51 kamar di antaranya telah terjual.

Sementara itu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jember Tegoeh Soeprajitno mengatakan, tingkat hunian hotel memang sangat dipengaruhi oleh kegiatan tertentu yang dilaksanakan oleh pemerintah, atau berkaitan dengan hari aktif kerja dan lain-lain. “Jadi, memang kita berpatokan pada jadwal event dari pemerintah, sehingga teman-teman di perhotelan sudah siap ketika ada lonjakan pengunjung hotel,” terangnya.

Terlebih, saat ini kondisi pandemi Covid-19 sudah melandai. Aktivitas masyarakat mulai dari wisata hingga perjalanan sudah tidak lagi dibatasi. “Jadi, cukup menjadi indikator naiknya jumlah TPK di Jember,” paparnya.

Dia mengatakan, memang setiap tahun pada bulan Februari jumlah TPK selalu mengalami penurunan, termasuk pada tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan aktivitas masyarakat, seperti hari kerja, seminar, rapat, dan lainnya. “Setiap tahun pada Februari jumlah TPK memang turun. Jadi, siklusnya Januari naik, Februari turun, baru Maret naik, kemudian memasuki bulan puasa mengalami penurunan, baru mendekati Idul Fitri naik lagi,” pungkasnya. (mg6/c2/dwi)

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca