JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pada etalase kaca di toko kamera, Jalan Sumatera, itu menempel selembar uang pecahan seratus ribu. Uang itu menjadi peringatan bagi pemilik agar tetap waspada dan selalu mengecek keaslian uang yang diterima dari pelanggan.
“Oh, ini uang palsu,” ucap Oki, pemilik salah satu toko kamera di Jalan Sumatera, kepada Jawa Pos Radar Jember. Jika dilihat dengan saksama, warna merah pada uang palsu pecahan seratus ribu itu mulai luntur. Saat diraba, juga tidak sekasar uang asli.
Namun, bila diterawang di bawah sinar matahari, tanda air bergambar pahlawan itu justru muncul. Bahkan, tanda air pada uang palsu itu terasa berbeda. Bila uang asli, terlihat lebih terang dan lebih halus. Sementara pada uang palsu tersebut, gambar tanda air lebih kasar dan lebih gelap bila diterawang. Bahkan, kertas uang palsu tersebut sedikit lebih kaku dan tebal jika dibandingkan dengan uang asli.
Padahal, selama ini, cara mengecek keaslian uang yang digaungkan adalah 3D. Yakni, dilihat, diraba, dan diterawang. Dan menerawang merupakan cara yang paling banyak dilakukan.
Soal uang palsu itu, Oki mengaku kecolongan dari pembelian COD (cash on delivery). “Dari sekian juta, ada satu uang palsunya. Tahu ada uang palsu saat setor di bank,” jelasnya. Karena pengalaman itu, dia menuturkan, paling tepat mengecek uang palsu adalah dengan menggunakan sinar ultraviolet.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cabang Jember Hestu Wibowo menjelaskan, untuk mengecek keaslian uang secara dasar atau basic adalah dengan menggunakan 3D, yakni dilihat, diraba, dan diterawang. “Namun, ada pengecekan lain berupa penyinaran dengan ultraviolet. Tapi untuk screening, 3D sebenarnya sudah cukup,” jelasnya.
Dia mengakui, berbagai uang palsu dari temuan perbankan salah satunya memang memiliki gambar semacam tanda air. “Namun, itu sebenarnya bukan tanda air. Melainkan gambar yang menyerupai tanda air pada uang palsu. Sehingga seolah-olah seperti tanda air,” paparnya.
Hestu menjelaskan, uang palsu yang memiliki gambar menyerupai tanda air, secara kualitas jelek bila diterawang. “Tidak sebagus gambar pahlawan pada uang asli. Jadi, gambar pahlawannya tidak halus, melainkan kasar,” tuturnya.
Lebih lanjut, Hestu menerangkan, transaksi keuangan mengalami peningkatan menjelang Lebaran. Karena itu, masyarakat juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap uang palsu. Wajib mengecek keaslian uang secara detail. Hestu mengimbau supaya masyarakat Jember juga menggunakan alat pendeteksi uang menggunakan ultraviolet, jika ragu menggunakan cara 3D. Pada umumnya, momen Ramadan dan Lebaran, potensi peredaran uang palsu lebih tinggi, lantaran terjadi peningkatan transaksi keuangan. “Namun, Jember bisa dikatakan tidak ada lonjakan cukup drastis,” pungkasnya.
Berdasar data, Deputi Kepala Perwakilan BI Jember Edy Parwoto menerangkan, pihaknya belum merilis pendataan uang palsu teranyar. Namun, selama 2020 hingga Maret 2021 ini sebanyak 2.650 lembar uang palsu yang telah disita. Menurut dia, paling banyak uang palsu yang ditemukan merupakan pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu. “Semoga tidak ada penambahan, sehingga tak ada masyarakat yang dirugikan,” pungkasnya.
Jurnalis : Dwi Siswanto, Isnein Purnomo
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih