30.4 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Mudik Dilarang, Sopir Bus Merana

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dalam hitungan hari memasuki Ramadan, aktivitas pemberangkatan maupun kedatangan bus masih terlihat sepi. Padahal biasanya, momen jelang Ramadan hingga memasuki musim mudik Lebaran menjadi saat-saat yang paling ditunggu para sopir bus maupun kondektur, karena bisa panen penumpang. Namun, impian itu rupanya masih buram. Mengingat, adanya larangan mudik dari pemerintah pusat di masa Lebaran tahun ini.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember di Terminal Tawang Alun, kemarin (9/4), menunjukkan, sejumlah armada bus masih harus mengantre cukup lama untuk mendapatkan penumpang. Bahkan hingga berjam-jam. “Itu pun lima penumpang paling banyak, sudah menunggu sejak pagi sampai siang,” keluh Ghofur, sopir bus trayek Jember-Banyuwangi.

Pemandangan seperti itu diakui para sopir bukan kali pertama. Namun, sudah berlangsung sejak merebaknya pandemi. Terlebih saat memasuki musim mudik seperti saat ini. Biasanya, jumlah armada yang dikerahkan oleh sebuah perusahaan otobus (PO) bisa mencapai 60-100 armada. Namun hari ini, tidak lebih dari hanya 10 armada saja.

Mobile_AP_Rectangle 2

Parahnya lagi, dari sekian armada bus yang jalan, mereka terkadang harus berhenti di tengah jalan. Bukan karena mogok atau kehabisan bahan bakar. “Tapi memang tidak ada penumpang. Lanjut jalan, mau mengangkut siapa. Karena itu, bus balik ke garasi lagi,” terang Saiful, sopir bus dari PO Borobudur.

Saat ditemui Jawa Pos Radar Jember kemarin, bus yang memiliki garasi persis di sebelah timur Terminal Tawang Alun itu tampak terlihat sepi. Rata-rata jumlah armada yang beroperasi sekitar 10 persen dari total keseluruhan armada yang dimiliki PO. Kondisi itu hampir dirasakan seluruh PO.

Selain itu, munculnya wacana larangan mudik seperti pada musim Lebaran 2020 lalu diakui sangat memberatkan PO. Utamanya sopir dan kondektur. Kendati belum diketahui pasti tentang aturan pembatasan mudik tahun 2021 ini, para penguasa aspal jalur nasional ini masih dilanda harap-harap cemas.

Mereka berharap, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah nanti bisa memihak nasib para penyedia jasa angkutan ini. “Pertimbangannya sama, kami keluar sulit dapat penumpang. Tidak keluar, tidak ada pemasukan. Jadi mau bagaimana juga tetap harus keluar. Sedapatnya penumpang,” imbuh Saiful, yang beroperasi di trayek Jember-Surabaya itu.

Bahkan, informasi terakhir menyebutkan, armada bus yang biasa keluar masuk di Terminal Tawang Alun harus terbiasa kehabisan penumpang di tengah jalan. Bahkan, tak jarang mereka harus mengoper penumpang ke rekanan bus lainnya.

 

 

 

Jurnalis : Maulana
Fotografer : Maulana
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dalam hitungan hari memasuki Ramadan, aktivitas pemberangkatan maupun kedatangan bus masih terlihat sepi. Padahal biasanya, momen jelang Ramadan hingga memasuki musim mudik Lebaran menjadi saat-saat yang paling ditunggu para sopir bus maupun kondektur, karena bisa panen penumpang. Namun, impian itu rupanya masih buram. Mengingat, adanya larangan mudik dari pemerintah pusat di masa Lebaran tahun ini.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember di Terminal Tawang Alun, kemarin (9/4), menunjukkan, sejumlah armada bus masih harus mengantre cukup lama untuk mendapatkan penumpang. Bahkan hingga berjam-jam. “Itu pun lima penumpang paling banyak, sudah menunggu sejak pagi sampai siang,” keluh Ghofur, sopir bus trayek Jember-Banyuwangi.

Pemandangan seperti itu diakui para sopir bukan kali pertama. Namun, sudah berlangsung sejak merebaknya pandemi. Terlebih saat memasuki musim mudik seperti saat ini. Biasanya, jumlah armada yang dikerahkan oleh sebuah perusahaan otobus (PO) bisa mencapai 60-100 armada. Namun hari ini, tidak lebih dari hanya 10 armada saja.

Parahnya lagi, dari sekian armada bus yang jalan, mereka terkadang harus berhenti di tengah jalan. Bukan karena mogok atau kehabisan bahan bakar. “Tapi memang tidak ada penumpang. Lanjut jalan, mau mengangkut siapa. Karena itu, bus balik ke garasi lagi,” terang Saiful, sopir bus dari PO Borobudur.

Saat ditemui Jawa Pos Radar Jember kemarin, bus yang memiliki garasi persis di sebelah timur Terminal Tawang Alun itu tampak terlihat sepi. Rata-rata jumlah armada yang beroperasi sekitar 10 persen dari total keseluruhan armada yang dimiliki PO. Kondisi itu hampir dirasakan seluruh PO.

Selain itu, munculnya wacana larangan mudik seperti pada musim Lebaran 2020 lalu diakui sangat memberatkan PO. Utamanya sopir dan kondektur. Kendati belum diketahui pasti tentang aturan pembatasan mudik tahun 2021 ini, para penguasa aspal jalur nasional ini masih dilanda harap-harap cemas.

Mereka berharap, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah nanti bisa memihak nasib para penyedia jasa angkutan ini. “Pertimbangannya sama, kami keluar sulit dapat penumpang. Tidak keluar, tidak ada pemasukan. Jadi mau bagaimana juga tetap harus keluar. Sedapatnya penumpang,” imbuh Saiful, yang beroperasi di trayek Jember-Surabaya itu.

Bahkan, informasi terakhir menyebutkan, armada bus yang biasa keluar masuk di Terminal Tawang Alun harus terbiasa kehabisan penumpang di tengah jalan. Bahkan, tak jarang mereka harus mengoper penumpang ke rekanan bus lainnya.

 

 

 

Jurnalis : Maulana
Fotografer : Maulana
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dalam hitungan hari memasuki Ramadan, aktivitas pemberangkatan maupun kedatangan bus masih terlihat sepi. Padahal biasanya, momen jelang Ramadan hingga memasuki musim mudik Lebaran menjadi saat-saat yang paling ditunggu para sopir bus maupun kondektur, karena bisa panen penumpang. Namun, impian itu rupanya masih buram. Mengingat, adanya larangan mudik dari pemerintah pusat di masa Lebaran tahun ini.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember di Terminal Tawang Alun, kemarin (9/4), menunjukkan, sejumlah armada bus masih harus mengantre cukup lama untuk mendapatkan penumpang. Bahkan hingga berjam-jam. “Itu pun lima penumpang paling banyak, sudah menunggu sejak pagi sampai siang,” keluh Ghofur, sopir bus trayek Jember-Banyuwangi.

Pemandangan seperti itu diakui para sopir bukan kali pertama. Namun, sudah berlangsung sejak merebaknya pandemi. Terlebih saat memasuki musim mudik seperti saat ini. Biasanya, jumlah armada yang dikerahkan oleh sebuah perusahaan otobus (PO) bisa mencapai 60-100 armada. Namun hari ini, tidak lebih dari hanya 10 armada saja.

Parahnya lagi, dari sekian armada bus yang jalan, mereka terkadang harus berhenti di tengah jalan. Bukan karena mogok atau kehabisan bahan bakar. “Tapi memang tidak ada penumpang. Lanjut jalan, mau mengangkut siapa. Karena itu, bus balik ke garasi lagi,” terang Saiful, sopir bus dari PO Borobudur.

Saat ditemui Jawa Pos Radar Jember kemarin, bus yang memiliki garasi persis di sebelah timur Terminal Tawang Alun itu tampak terlihat sepi. Rata-rata jumlah armada yang beroperasi sekitar 10 persen dari total keseluruhan armada yang dimiliki PO. Kondisi itu hampir dirasakan seluruh PO.

Selain itu, munculnya wacana larangan mudik seperti pada musim Lebaran 2020 lalu diakui sangat memberatkan PO. Utamanya sopir dan kondektur. Kendati belum diketahui pasti tentang aturan pembatasan mudik tahun 2021 ini, para penguasa aspal jalur nasional ini masih dilanda harap-harap cemas.

Mereka berharap, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah nanti bisa memihak nasib para penyedia jasa angkutan ini. “Pertimbangannya sama, kami keluar sulit dapat penumpang. Tidak keluar, tidak ada pemasukan. Jadi mau bagaimana juga tetap harus keluar. Sedapatnya penumpang,” imbuh Saiful, yang beroperasi di trayek Jember-Surabaya itu.

Bahkan, informasi terakhir menyebutkan, armada bus yang biasa keluar masuk di Terminal Tawang Alun harus terbiasa kehabisan penumpang di tengah jalan. Bahkan, tak jarang mereka harus mengoper penumpang ke rekanan bus lainnya.

 

 

 

Jurnalis : Maulana
Fotografer : Maulana
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca