Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID- Animo masyarakat menjadi pebisnis makin tinggi. Utamanya para kawula muda. Umumnya mereka memanfaatkan sarana daring sebagai ladang promosi. Baik menggunakan akun media sosial maupun memanfaatkan market place yang sudah tersedia. Hal ini juga yang sedang dilakukan Nur Habibah Sulis Fatimah.
Sulis, sapaan akrabnya, adalah pedagang produk fashion. Hijab dan beberapa baju lainnya. Ia memulai bisnis sejak SMA dan berlanjut hingga saat ini. Mimpinya menjadi seorang entrepreneur yang mampu membuat produk dan memiliki brand sendiri. Mimpi inilah yang membuatnya tak putus asa meski telah jatuh bangun dalan berjualan.
Seperti pedagang pada umumnya, rintangan yang dihadapi Sulis ketika memulai bisnis sepinya pembeli. Dia butuh waktu lama hingga akhirnya mendapatkan pelanggan. Itu pun dari orang terdekat, teman-teman sekolah, dan beberapa saudara. Hingga kemudian, dagangan Sulis banyak dikenal oleh masyarakat. Promosinya di media sosial pun mulai menuai hasil. “Memang harus sabar,” ujarnya, di suatu malam.
Mobile_AP_Rectangle 2
Semasa SMA, Sulis memulai menjual hijab dan baju. Ia membeli pada produsen secara daring. Dia adalah penjual tangan kedua atau reseller. Ia hanya menjajakan produknya melalui mulut ke mulut dan mengunggah gambar-gambar produknya di akun media sosial. Dampaknya sangat signifikan. Teman-teman sekolah banyak yang memburu produknya. Kondisi ini berlanjut hingga saat ini. Namun, selama pandemi omzetnya turun dratis.
“Sasarannya adalah mahasiswa. Jadi, selama kuliah daring juga ngefek sama pembelinya. Kalau dulu banyak mahasiswa yang beli. Kini satu bulan bisa Rp 500 ribu. Sebelum korona bisa lebih dari itu,” ungkapnya.
Selain ingin menjadi seorang pengusaha muda, Sulis juga berkeinginan bisa mandiri secara finansial. Minimal uang jajan bulanan tidak meminta lagi kepada orang tuanya. Inilah yang membuat Sulis bertahan menjadi pedagang fashion meski ada beberapa kendala yang dia alami. “Semangat besarnya karena aku pingin mandiri. Aku tidak malu untuk jualan. Jadi, ya, enjoy saja,” tutur mahasiswa semester akhir Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) itu. (ani/c2/rus)
Reporter: Dian Cahyani
Fotografer: Nur Habibah for Radar Jember
Editor: Mahrus Sholih
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID- Animo masyarakat menjadi pebisnis makin tinggi. Utamanya para kawula muda. Umumnya mereka memanfaatkan sarana daring sebagai ladang promosi. Baik menggunakan akun media sosial maupun memanfaatkan market place yang sudah tersedia. Hal ini juga yang sedang dilakukan Nur Habibah Sulis Fatimah.
Sulis, sapaan akrabnya, adalah pedagang produk fashion. Hijab dan beberapa baju lainnya. Ia memulai bisnis sejak SMA dan berlanjut hingga saat ini. Mimpinya menjadi seorang entrepreneur yang mampu membuat produk dan memiliki brand sendiri. Mimpi inilah yang membuatnya tak putus asa meski telah jatuh bangun dalan berjualan.
Seperti pedagang pada umumnya, rintangan yang dihadapi Sulis ketika memulai bisnis sepinya pembeli. Dia butuh waktu lama hingga akhirnya mendapatkan pelanggan. Itu pun dari orang terdekat, teman-teman sekolah, dan beberapa saudara. Hingga kemudian, dagangan Sulis banyak dikenal oleh masyarakat. Promosinya di media sosial pun mulai menuai hasil. “Memang harus sabar,” ujarnya, di suatu malam.
Semasa SMA, Sulis memulai menjual hijab dan baju. Ia membeli pada produsen secara daring. Dia adalah penjual tangan kedua atau reseller. Ia hanya menjajakan produknya melalui mulut ke mulut dan mengunggah gambar-gambar produknya di akun media sosial. Dampaknya sangat signifikan. Teman-teman sekolah banyak yang memburu produknya. Kondisi ini berlanjut hingga saat ini. Namun, selama pandemi omzetnya turun dratis.
“Sasarannya adalah mahasiswa. Jadi, selama kuliah daring juga ngefek sama pembelinya. Kalau dulu banyak mahasiswa yang beli. Kini satu bulan bisa Rp 500 ribu. Sebelum korona bisa lebih dari itu,” ungkapnya.
Selain ingin menjadi seorang pengusaha muda, Sulis juga berkeinginan bisa mandiri secara finansial. Minimal uang jajan bulanan tidak meminta lagi kepada orang tuanya. Inilah yang membuat Sulis bertahan menjadi pedagang fashion meski ada beberapa kendala yang dia alami. “Semangat besarnya karena aku pingin mandiri. Aku tidak malu untuk jualan. Jadi, ya, enjoy saja,” tutur mahasiswa semester akhir Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) itu. (ani/c2/rus)
Reporter: Dian Cahyani
Fotografer: Nur Habibah for Radar Jember
Editor: Mahrus Sholih
JEMBER, RADARJEMBER.ID- Animo masyarakat menjadi pebisnis makin tinggi. Utamanya para kawula muda. Umumnya mereka memanfaatkan sarana daring sebagai ladang promosi. Baik menggunakan akun media sosial maupun memanfaatkan market place yang sudah tersedia. Hal ini juga yang sedang dilakukan Nur Habibah Sulis Fatimah.
Sulis, sapaan akrabnya, adalah pedagang produk fashion. Hijab dan beberapa baju lainnya. Ia memulai bisnis sejak SMA dan berlanjut hingga saat ini. Mimpinya menjadi seorang entrepreneur yang mampu membuat produk dan memiliki brand sendiri. Mimpi inilah yang membuatnya tak putus asa meski telah jatuh bangun dalan berjualan.
Seperti pedagang pada umumnya, rintangan yang dihadapi Sulis ketika memulai bisnis sepinya pembeli. Dia butuh waktu lama hingga akhirnya mendapatkan pelanggan. Itu pun dari orang terdekat, teman-teman sekolah, dan beberapa saudara. Hingga kemudian, dagangan Sulis banyak dikenal oleh masyarakat. Promosinya di media sosial pun mulai menuai hasil. “Memang harus sabar,” ujarnya, di suatu malam.
Semasa SMA, Sulis memulai menjual hijab dan baju. Ia membeli pada produsen secara daring. Dia adalah penjual tangan kedua atau reseller. Ia hanya menjajakan produknya melalui mulut ke mulut dan mengunggah gambar-gambar produknya di akun media sosial. Dampaknya sangat signifikan. Teman-teman sekolah banyak yang memburu produknya. Kondisi ini berlanjut hingga saat ini. Namun, selama pandemi omzetnya turun dratis.
“Sasarannya adalah mahasiswa. Jadi, selama kuliah daring juga ngefek sama pembelinya. Kalau dulu banyak mahasiswa yang beli. Kini satu bulan bisa Rp 500 ribu. Sebelum korona bisa lebih dari itu,” ungkapnya.
Selain ingin menjadi seorang pengusaha muda, Sulis juga berkeinginan bisa mandiri secara finansial. Minimal uang jajan bulanan tidak meminta lagi kepada orang tuanya. Inilah yang membuat Sulis bertahan menjadi pedagang fashion meski ada beberapa kendala yang dia alami. “Semangat besarnya karena aku pingin mandiri. Aku tidak malu untuk jualan. Jadi, ya, enjoy saja,” tutur mahasiswa semester akhir Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) itu. (ani/c2/rus)
Reporter: Dian Cahyani
Fotografer: Nur Habibah for Radar Jember
Editor: Mahrus Sholih