Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dari pinggir jalan terpampang selempang wisuda. Jumlahnya tidak banyak. Hanya beberapa helai. Dijajakan untuk menarik perhatian para pengendara yang melintas. Selain itu, terdapat sebuah tulisan yang menarik, bahwa selempang tersebut merupakan hasil karya seorang disabilitas.
BACA JUGA : Anak Berhadapan Hukum Tetap Bisa Sekolah
Berhenti di tempat dijajakannya selempang itu, akan kesulitan menemukan pembuatnya. Sebab, bersebelahan dengan tempat pembuat selempang merupakan sebuah tempat makan. Atau malah sebaliknya, tempat pembuatan selempang yang menumpang di tempat makan itu.
Mobile_AP_Rectangle 2
Tetapi, jika lebih jeli melihat tempat itu, terdapat sebuah ruangan yang memisahkan bagian tempat makan dengan ruang pembuatan selempang. Dari luar ruangan yang sisi-sisinya berbahan tripleks itu terlihat memiliki ukuran yang tidak besar. Berukuran sekitar 2 meter persegi yang disekat sebagiannya menjadi tempat menjahit selempang.
Di dalam ruangan yang terpisah itu, terdapat seorang pria paruh baya sedang fokus menjahit selempang. Pria itu adalah Yahyah Udin, warga Mumbulsari, yang telah bertahun-tahun menggeluti bisnis pembuatan selempang. Dirinya bercerita, memiliki keterbatasan fisik pada kaki sebelah kiri membuatnya kesulitan mencari pekerjaan. “Dulu itu kan tidak seperti sekarang ini. Kalau sekarang agak mendingan orang-orang difabel mencari kerjaan. Kalau dulu kita harus punya keterampilan agar bisa mendapatkan uang,” jelas pria 51 tahun itu.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dari pinggir jalan terpampang selempang wisuda. Jumlahnya tidak banyak. Hanya beberapa helai. Dijajakan untuk menarik perhatian para pengendara yang melintas. Selain itu, terdapat sebuah tulisan yang menarik, bahwa selempang tersebut merupakan hasil karya seorang disabilitas.
BACA JUGA : Anak Berhadapan Hukum Tetap Bisa Sekolah
Berhenti di tempat dijajakannya selempang itu, akan kesulitan menemukan pembuatnya. Sebab, bersebelahan dengan tempat pembuat selempang merupakan sebuah tempat makan. Atau malah sebaliknya, tempat pembuatan selempang yang menumpang di tempat makan itu.
Tetapi, jika lebih jeli melihat tempat itu, terdapat sebuah ruangan yang memisahkan bagian tempat makan dengan ruang pembuatan selempang. Dari luar ruangan yang sisi-sisinya berbahan tripleks itu terlihat memiliki ukuran yang tidak besar. Berukuran sekitar 2 meter persegi yang disekat sebagiannya menjadi tempat menjahit selempang.
Di dalam ruangan yang terpisah itu, terdapat seorang pria paruh baya sedang fokus menjahit selempang. Pria itu adalah Yahyah Udin, warga Mumbulsari, yang telah bertahun-tahun menggeluti bisnis pembuatan selempang. Dirinya bercerita, memiliki keterbatasan fisik pada kaki sebelah kiri membuatnya kesulitan mencari pekerjaan. “Dulu itu kan tidak seperti sekarang ini. Kalau sekarang agak mendingan orang-orang difabel mencari kerjaan. Kalau dulu kita harus punya keterampilan agar bisa mendapatkan uang,” jelas pria 51 tahun itu.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dari pinggir jalan terpampang selempang wisuda. Jumlahnya tidak banyak. Hanya beberapa helai. Dijajakan untuk menarik perhatian para pengendara yang melintas. Selain itu, terdapat sebuah tulisan yang menarik, bahwa selempang tersebut merupakan hasil karya seorang disabilitas.
BACA JUGA : Anak Berhadapan Hukum Tetap Bisa Sekolah
Berhenti di tempat dijajakannya selempang itu, akan kesulitan menemukan pembuatnya. Sebab, bersebelahan dengan tempat pembuat selempang merupakan sebuah tempat makan. Atau malah sebaliknya, tempat pembuatan selempang yang menumpang di tempat makan itu.
Tetapi, jika lebih jeli melihat tempat itu, terdapat sebuah ruangan yang memisahkan bagian tempat makan dengan ruang pembuatan selempang. Dari luar ruangan yang sisi-sisinya berbahan tripleks itu terlihat memiliki ukuran yang tidak besar. Berukuran sekitar 2 meter persegi yang disekat sebagiannya menjadi tempat menjahit selempang.
Di dalam ruangan yang terpisah itu, terdapat seorang pria paruh baya sedang fokus menjahit selempang. Pria itu adalah Yahyah Udin, warga Mumbulsari, yang telah bertahun-tahun menggeluti bisnis pembuatan selempang. Dirinya bercerita, memiliki keterbatasan fisik pada kaki sebelah kiri membuatnya kesulitan mencari pekerjaan. “Dulu itu kan tidak seperti sekarang ini. Kalau sekarang agak mendingan orang-orang difabel mencari kerjaan. Kalau dulu kita harus punya keterampilan agar bisa mendapatkan uang,” jelas pria 51 tahun itu.