MAYANG, RADARJEMBER.ID – YATIK, seorang pembuat kue pastel dan camilan di Desa/Kecamatan Mayang ini memulai usahanya sejak 30 tahun lalu. Meski menggunakan peralatan dan bahan seadanya, namun kue milik Yatik tetap diminati banyak pembeli. Menu unggulannya adalah kue pastel dan camilan cumi-cumi atau ladrang.
Awalnya, dia memulai bisnisnya lantaran hobinya yang suka memasak. Rupanya, semakin hari dia makin giat. Sebab, banyak yang meminta agar dia terus berjualan. Kesempatan tersebut membuatnya semakin kreatif untuk membuat makanan atau kue dengan menu lain. Apalagi, di saat bersamaan suaminya yang bekerja sebagai guru juga membutuhkan biaya untuk melanjutkan kuliah. “Penghasilan guru tidak cukup untuk biaya kuliah. Akhirnya, saya coba bantu suami dengan berjualan makanan ini, dan alhamdulillah bisa sampai lulus,” tuturnya.
Tak lama setelah sang suami lulus dan kini berprofesi menjadi dosen, Yatik terus mengembangkan bisnisnya. Terlebih, saat itu ketiga anaknya harus memasuki bangku sekolah dan kuliah di luar kota.
Berkat kerja sama dengan suaminya, penghasilan yang didapat sang suami akhirnya dimanfaatkan untuk membeli mesin atau peralatan produksi kue. Mulai dari mesin penggiling adonan pastel, oven untuk membuat pesanan kue, bahkan bahan-bahan makanan yang lebih banyak dari biasanya. “Ini semua belinya, ya, dari honor guru dan dosen yang dihasilkan suami. Dan ini berguna sampai sekarang,” lanjutnya.
Sebagai pengusaha yang hidup di pedesaan, Yatik kerap mendapatkan pesanan mendadak dari tetangganya. Dia juga sering kewalahan membuatnya. Meski demikian, pesanan itu tetap dia terima, sebab tak mau pelanggan lari lantaran kecewa.
Bahkan, sempat beberapa kali saat pesanan sudah dibuat dan menghabiskan banyak modal, masih ada saja tetangga yang membawanya dengan tangan kosong. Alias membayar beberapa hari setelah pesanan diambil. Menurutnya, hal itu sudah biasa dan menjadi risiko baginya. “Asalkan percaya dan jangan bikin mereka kecewa. Pasti pelanggan bakal balik lagi. Kalau ada acara pasti bakal pesan ke sini lagi,” ujarnya.
Walau di era digital seperti saat ini, Yatik ternyata masih mengandalkan promosi secara face to face dengan mendatangi toko-toko yang ada di sekitarnya. Mengantar dan mengambilnya kembali jika ada sisa kue yang belum terjual. “Alhamdulillah selalu laris, tapi pernah juga beberapa kali tersisa. Cuma sedikit dan jarang,” imbuhnya.
Kini, dari hasil penjualan kue tersebut, dia mampu mengantarkan putra pertamanya menjadi seorang PNS. Sang anak pun membantu ibunya dengan mempromosikan kue tersebut melalui pasar digital atau e-commerce. Karena itu, saat ini pemasarannya tidak secara konvensional saja, tapi juga melalui daring.
Reporter : Delfi Nihayah
Fotografer : Delfi Nihayah
Editor : Mahrus Sholih