23.5 C
Jember
Monday, 27 March 2023

Update Perkembangan Desain Rumah

Mobile_AP_Rectangle 1

EKONOMI Jember mulai tergerak ke arah positif setelah diterpa badai pandemi Covid-19. Walau belum normal seratus persen, tapi kondisi perekonomian yang berangsur membaik ini telah dirasakan oleh perajin gipsum. Salah satunya adalah Abdul Jalil.

Pria 51 tahun yang memiliki dua tempat usaha gipsum di Wirolegi dan Baratan tersebut, mengaku telah bernapas lega. Kini, karyawannya terus mencetak gipsum yang akan dipakai untuk lis langit-langit rumah. “Kalau gipsum ya sama, terdampak juga. Pembelian merosot,” paparnya.

Menurut dia, karena pandemi, banyak orang yang ingin menghemat pengeluaran. Rumah yang direncanakan direnovasi, pada akhirnya ditunda dan berdampak tidak ada pembelian gipsum. Walau begitu, Jalil tidak patah semangat. Dia tetap memproduksi meski tidak sebanyak sebelumnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Salah satu cara agar bisa menyedot perhatian pembeli adalah membuat model teranyar. Dia juga tidak pelit memberikan ilmu bagaimana memasang gipsum di langit-langit rumah agar terlihat lebih ciamik. “Perajin gipsum itu harus paham perkembangan desain rumah. Kalau untuk orang kota dan perumahan, biasanya suka yang polos. Tapi kalau di desa-desa, masih suka dengan gaya banyak ornamen bunga-bunga,” paparnya.

Dia mengaku, dengan perkembangan teknologi internet, maka untuk mencari inspirasi desain lis langi-langit rumah semakin mudah. Walau usianya telah lebih dari setengah abad, tapi dirinya tetap membuka wawasan tentang desain rumah dan terus memperbarui pengetahuannya.

Selain menawarkan jasa pasang, dia juga menjual gipsum saja. Bahkan, konsumen diberi tahu bagaimana cara memasangnya secara mandiri tanpa menggunakan jasa tukang. “Ada lemnya. Cari di toko bangunan ada. Bagian atas disekrup dan bagian yang menempel tembok dipaku kalsi. Kalau tidak pakai lem, ya, tidak apa-apa. Tapi kalau pakai lem itu sekali tempel dan tidak boleh dicabut lagi, karena nanti merusak. Jadi, yang pakai lem, tukangnya harus pengalaman,” pungkasnya. (dwi/c2/rus)

- Advertisement -

EKONOMI Jember mulai tergerak ke arah positif setelah diterpa badai pandemi Covid-19. Walau belum normal seratus persen, tapi kondisi perekonomian yang berangsur membaik ini telah dirasakan oleh perajin gipsum. Salah satunya adalah Abdul Jalil.

Pria 51 tahun yang memiliki dua tempat usaha gipsum di Wirolegi dan Baratan tersebut, mengaku telah bernapas lega. Kini, karyawannya terus mencetak gipsum yang akan dipakai untuk lis langit-langit rumah. “Kalau gipsum ya sama, terdampak juga. Pembelian merosot,” paparnya.

Menurut dia, karena pandemi, banyak orang yang ingin menghemat pengeluaran. Rumah yang direncanakan direnovasi, pada akhirnya ditunda dan berdampak tidak ada pembelian gipsum. Walau begitu, Jalil tidak patah semangat. Dia tetap memproduksi meski tidak sebanyak sebelumnya.

Salah satu cara agar bisa menyedot perhatian pembeli adalah membuat model teranyar. Dia juga tidak pelit memberikan ilmu bagaimana memasang gipsum di langit-langit rumah agar terlihat lebih ciamik. “Perajin gipsum itu harus paham perkembangan desain rumah. Kalau untuk orang kota dan perumahan, biasanya suka yang polos. Tapi kalau di desa-desa, masih suka dengan gaya banyak ornamen bunga-bunga,” paparnya.

Dia mengaku, dengan perkembangan teknologi internet, maka untuk mencari inspirasi desain lis langi-langit rumah semakin mudah. Walau usianya telah lebih dari setengah abad, tapi dirinya tetap membuka wawasan tentang desain rumah dan terus memperbarui pengetahuannya.

Selain menawarkan jasa pasang, dia juga menjual gipsum saja. Bahkan, konsumen diberi tahu bagaimana cara memasangnya secara mandiri tanpa menggunakan jasa tukang. “Ada lemnya. Cari di toko bangunan ada. Bagian atas disekrup dan bagian yang menempel tembok dipaku kalsi. Kalau tidak pakai lem, ya, tidak apa-apa. Tapi kalau pakai lem itu sekali tempel dan tidak boleh dicabut lagi, karena nanti merusak. Jadi, yang pakai lem, tukangnya harus pengalaman,” pungkasnya. (dwi/c2/rus)

EKONOMI Jember mulai tergerak ke arah positif setelah diterpa badai pandemi Covid-19. Walau belum normal seratus persen, tapi kondisi perekonomian yang berangsur membaik ini telah dirasakan oleh perajin gipsum. Salah satunya adalah Abdul Jalil.

Pria 51 tahun yang memiliki dua tempat usaha gipsum di Wirolegi dan Baratan tersebut, mengaku telah bernapas lega. Kini, karyawannya terus mencetak gipsum yang akan dipakai untuk lis langit-langit rumah. “Kalau gipsum ya sama, terdampak juga. Pembelian merosot,” paparnya.

Menurut dia, karena pandemi, banyak orang yang ingin menghemat pengeluaran. Rumah yang direncanakan direnovasi, pada akhirnya ditunda dan berdampak tidak ada pembelian gipsum. Walau begitu, Jalil tidak patah semangat. Dia tetap memproduksi meski tidak sebanyak sebelumnya.

Salah satu cara agar bisa menyedot perhatian pembeli adalah membuat model teranyar. Dia juga tidak pelit memberikan ilmu bagaimana memasang gipsum di langit-langit rumah agar terlihat lebih ciamik. “Perajin gipsum itu harus paham perkembangan desain rumah. Kalau untuk orang kota dan perumahan, biasanya suka yang polos. Tapi kalau di desa-desa, masih suka dengan gaya banyak ornamen bunga-bunga,” paparnya.

Dia mengaku, dengan perkembangan teknologi internet, maka untuk mencari inspirasi desain lis langi-langit rumah semakin mudah. Walau usianya telah lebih dari setengah abad, tapi dirinya tetap membuka wawasan tentang desain rumah dan terus memperbarui pengetahuannya.

Selain menawarkan jasa pasang, dia juga menjual gipsum saja. Bahkan, konsumen diberi tahu bagaimana cara memasangnya secara mandiri tanpa menggunakan jasa tukang. “Ada lemnya. Cari di toko bangunan ada. Bagian atas disekrup dan bagian yang menempel tembok dipaku kalsi. Kalau tidak pakai lem, ya, tidak apa-apa. Tapi kalau pakai lem itu sekali tempel dan tidak boleh dicabut lagi, karena nanti merusak. Jadi, yang pakai lem, tukangnya harus pengalaman,” pungkasnya. (dwi/c2/rus)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca