JEMBER, RADARJEMBER.ID – Fenomena kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok seakan sulit dihindari. Setelah minyak goreng yang harganya dilepas seusai mekanisme pasar, kini kenaikan serupa mulai diikuti sejumlah komoditas lainnya, seperti kedelai.
Baca Juga :Â Pedagang yang Memainkan Harga Minyak Goreng Curah Bisa Dipidana
Sejumlah pengusaha tahu dan tempe sempat mengeluhkan kenaikan harga kedelai. Biasanya, mereka mendapat pasokan kedelai mulai dari harga Rp 12,5 ribu hingga Rp 14 ribu. Kenaikan itu juga membuat mereka menaikkan harga jual tahu dan tempe di pasaran, hingga terjadi pengurangan pelanggan.
“Terpaksa harus menaikkan harga Rp 500 perak. Biasanya tahu per 10 biji kami jual Rp 2.000, kini dijual Rp 2.500. Kalau tidak dinaikkan, tidak bisa menutupi,” keluh Rizal Irfandi, pengusaha tahu asal Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Kencong.
Kenaikan disebut-sebut lantaran suplai kedelai skala nasional yang masih mengandalkan impor. “Kita masih ketergantungan akan kedelai impor. Sebanyak 80 persen kedelai kita impor dari Amerika,” ulas Bambang Saputro, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jember.
Menurut dia, kondisi itu berpengaruh terhadap ketersediaan atau pasokan kedelai di sejumlah daerah Indonesia. Tak terkecuali di Jember. Kendati begitu, lanjut dia, ketersediaan pasokan kedelai dinilainya masih stabil. “Di Jember, termasuk minyak goreng, kami sudah pantau belakangan ini. Sebenarnya masih cukup, dan harga masih normal, berkisar Rp 11–12 ribu per kilogram,” beber Bambang.
Pihaknya mengaku, pemantauan harga-harga komoditas itu didasarkan pada pergerakan harga pada pasar-pasar tradisional di Jember. Namun demikian, dalam beberapa pekan mendatang atau hingga Lebaran tiba, pihaknya belum memastikan apakah kedelai masih aman. “Sementara, di Jember ini relatif masih normal. Dari data-data yang kami pantau dari pasar pada tradisional setiap harinya masih normal,” tukasnya.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : Maulana
Redaktur : Nur Hariri