JEMBER, RADARJEMBER.ID – Mengandalkan penjualan secara daring membuat industri kerajinan tangan atau handicraft ini harus pilah-pilih dalam menjajaki pasar. Rata-rata para perajin ataupun pengusaha bisnis ini menjualnya ke luar daerah. Sementara, di pasar lokal alias di Jember, kurang begitu diminati.
Alasan harga dan kualitas disebut-sebut memengaruhi penjualan handicraft ini. “Kalau luar daerah rata-rata konsumen sudah paham, jenis dan kualitas. Jadi, mereka paham harganya,” kata Yudi, salah satu perajin handicraft asal Desa Tutul, Kecamatan Balung.
Sebagaimana diketahui, harga dari handicraft asal Desa Tutul, Kecamatan Balung, ini memang sangat bersaing. Dari beberapa jenis kayu, hingga akar, bisa bermain di kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Seperti pengakuan Irfan Ardani, pengusaha handicraft lainnya asal Desa Tutul. Menurut dia, sejauh ini pasar handicraft yang banyak dijajaki adalah luar daerah dan luar pulau Jawa. “Kebanyakan pembeli dari luar daerah. Mereka itu reseller, bahkan ada reseller saya dari Malaysia yang rutin ambil barang dari perajin Tutul ini,” bebernya.
Bahkan, lanjut Irfan, orderan secara daring dari konsumen luar daerah itu cukup sering datang. Dia sendiri yang mempekerjakan sekitar empat karyawan kadang kewalahan meladeni pesanan.
Kendati kurang begitu diminati di pasar sendiri, para perajin dan pengusaha handicraft ini masih cukup bergeliat mengembangkan bisnis handicraft di pasar luar pulau. Banyaknya peredaran barang imitasi atau palsu di daerah sendiri diduga menjadi penyebab tidak lakunya handicraft ini, dan hanya laku di pasar luar daerah.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : Maulana
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti