Atlet Senam Ritmik Terus Berlatih

Senyuman Masuk Penilaian

SLAWU, RADARJEMBER.ID – Senam ritmik menjadi salah satu nomor yang bakal dipertandingkan dalam event Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2022 mendatang. Untuk mendapatkan nilai tinggi, para atlet tidak hanya harus terampil dalam gerakan dan irama. Tapi, mereka juga harus indah, termasuk soal senyuman.

Persoalan senyum inilah yang tidak pernah dilupakan dalam setiap sesi latihan para atlet senam ritmik. Selain gerakannya rumit, harus padu dengan irama, dan konsentrasi dalam pemakaian alat, mereka juga harus memberikan senyum termanis dan terbaiknya. “Senyumnya Jessica jangan lupa. Sabrina juga,” pekik Nanda Dheanita, pelatih senam ritmik kepada atletnya yang sedang berlatih tersebut.

Dhea menjelaskan, senam ritmik atau yang juga dikenal dengan senam irama ini tidak hanya dipertandingkan di Porprov, tapi juga Pekan Olahraga Nasional (PON) hingga olimpiade. Dalam pertandingan, kata dia, pesenam juga boleh memakai salah satu alat. Mulai dari tali, simpai atau hoop, bola, tongkat, hingga pita.

Perempuan 31 tahun ini menjelaskan, untuk atlet senam ritmik ada beberapa hal yang perlu dipikirkan dalam pertandingan. Mulai dari gerakan tubuh, gerakan sesuai irama, gerakan membawakan alat, dan dari semua gerakan itu pesenam juga wajib menunjukan mimik wajah yang menyenangkan. Salah satunya tersenyum.

Dalam setiap latihan, Dhea selalu mengingatkan agar para atletnya selalu tersenyum. Sebab, kalau hanya fokus ke gerakan saja, nanti susah untuk mengarahkan ke senyum dan ekspresi. Salah satu cara agar senyum, Dhea terkadang membuat candaan kecil. “Biar tidak tegang, kami sebagai pelatih juga membuat candaan,” katanya.

Jika antara gerakan, irama, dan ekspresi telah padu, maka saat kejuaraan tiba, seorang atlet senam seperti sangat menikmati semua gerakan itu. “Namun, kalau mengedipkan mata ke juri tidak boleh,” tuturnya.

Sementara itu, Anik, pelatih senam Persatuan Senam Indonesia (Persani) Jember, menambahkan, senyum menjadi senjata wajib dipakai dalam kejuaraan ritmik, karena memiliki poin. “Ekspresi itu masuk poin penampilan umum, bersama dengan keindahan busana yang dipakai,” paparnya.

Sebagai seorang atlet senam, prosesnya itu sangat panjang. “Mulai dari kecil sejak TK sampai SD itu bisa dilatih. Karena usia anak-anak masih lentur,” katanya. Namun, saat dewasa tiba-tiba ingin jadi atlet senam, ini yang susah. “Berhenti latihan saja, semisal SD jadi atlet, SMP berhenti, dan saat SMA mau kembali lagi. Itu susah untuk melenturkan lagi,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih