29.5 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Seniman Butuh Wadah dan Market

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Masalah kesenian perlu mendapat perhatian khusus dan menjadi pertimbangan dalam perumusan draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember. Sebab, selama ini pengembangan seni budaya di Kota Suwar-Suwir terkesan tak terarah. Selain tidak ada kebijakan yang menjadi cantolan program pengembangan, juga lantaran tidak adanya anggaran.

Ketua Dewan Kesenian Jember (DKJ) Eko Suwargono mengungkapkan, selama ini kegiatan kesenian masih bergantung pada komunitas dan paguyuban. “Sebaiknya dari dinas ada pendampingan kegiatan seni budaya. Termasuk program yang disediakan oleh pemerintah kabupaten,” ungkapnya, saat rapat perumusan RPJMD di Pemkab Jember, baru-baru ini.

Menurut dia, selama ini pendampingan yang dilakukan oleh kabupaten masih kurang. Karena itu, ke depan hal ini perlu menjadi perhatian khusus untuk selanjutnya dijadikan evaluasi. “Ke depan program Dinas Pariwisata bisa lebih mendampingi paguyuban,” tambahnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Lebih jauh, Eko menuturkan, setidaknya terdapat tiga masalah utama di lingkup kesenian. Di antaranya kelestarian dan pemberdayaan. “Dalam konteks pemberdayaan, kreativitas sangat perlu. Ini tanggung jawab dinas. Perlu mengadakan workshop terkait masalah konsep estetika,” paparnya.

Terpisah, Dewan Penasihat Komunitas Perupa Jember (KPJ) Susmiadi menyampaikan, belum adanya kegiatan kesenian itu dipengaruhi tidak adanya anggaran. Sehingga selama ini, banyak komunitas seniman yang melakukan kegiatan dengan konsep jemput bola. “Tiadanya program seni bisa jadi karena tidak ada anggaran untuk itu,” ujarnya.

Lebih dari itu, dia menambahkan, hal tak kalah penting yang harus diperhatikan adalah akomodasi pasar dari hasil karya seni. Sehingga tidak berhenti pada pendampingan akomodasi program saja, tapi juga pasar bagi para seniman untuk menjual karyanya. “Istilahnya ada pasar yang dibutuhkan. Harus ada yang dipamerkan. Minimal ada gedung seni. Artinya, tidak hanya program, tapi market yang tersedia,” ungkapnya lagi.

Terkait ketersediaan pasar tersebut, Susmiadi menyayangkan mandeknya pameran seni lukis yang seharusnya bisa dilakukan setahun sekali. Sebab, sebelumnya, Jember sudah pernah didaulat menjadi tuan rumah pameran lukis pada 2017 lalu. Namun, kegiatan itu tak berlanjut. Sebab, pemerintah daerah tak memiliki anggaran untuk merealisasikan kembali program serupa. “Setiap tahun kami diundang untuk pameran lukis di Banyuwangi dan Mojokerto. Setidaknya kami juga harus memiliki event pameran lukisan juga,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Masalah kesenian perlu mendapat perhatian khusus dan menjadi pertimbangan dalam perumusan draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember. Sebab, selama ini pengembangan seni budaya di Kota Suwar-Suwir terkesan tak terarah. Selain tidak ada kebijakan yang menjadi cantolan program pengembangan, juga lantaran tidak adanya anggaran.

Ketua Dewan Kesenian Jember (DKJ) Eko Suwargono mengungkapkan, selama ini kegiatan kesenian masih bergantung pada komunitas dan paguyuban. “Sebaiknya dari dinas ada pendampingan kegiatan seni budaya. Termasuk program yang disediakan oleh pemerintah kabupaten,” ungkapnya, saat rapat perumusan RPJMD di Pemkab Jember, baru-baru ini.

Menurut dia, selama ini pendampingan yang dilakukan oleh kabupaten masih kurang. Karena itu, ke depan hal ini perlu menjadi perhatian khusus untuk selanjutnya dijadikan evaluasi. “Ke depan program Dinas Pariwisata bisa lebih mendampingi paguyuban,” tambahnya.

Lebih jauh, Eko menuturkan, setidaknya terdapat tiga masalah utama di lingkup kesenian. Di antaranya kelestarian dan pemberdayaan. “Dalam konteks pemberdayaan, kreativitas sangat perlu. Ini tanggung jawab dinas. Perlu mengadakan workshop terkait masalah konsep estetika,” paparnya.

Terpisah, Dewan Penasihat Komunitas Perupa Jember (KPJ) Susmiadi menyampaikan, belum adanya kegiatan kesenian itu dipengaruhi tidak adanya anggaran. Sehingga selama ini, banyak komunitas seniman yang melakukan kegiatan dengan konsep jemput bola. “Tiadanya program seni bisa jadi karena tidak ada anggaran untuk itu,” ujarnya.

Lebih dari itu, dia menambahkan, hal tak kalah penting yang harus diperhatikan adalah akomodasi pasar dari hasil karya seni. Sehingga tidak berhenti pada pendampingan akomodasi program saja, tapi juga pasar bagi para seniman untuk menjual karyanya. “Istilahnya ada pasar yang dibutuhkan. Harus ada yang dipamerkan. Minimal ada gedung seni. Artinya, tidak hanya program, tapi market yang tersedia,” ungkapnya lagi.

Terkait ketersediaan pasar tersebut, Susmiadi menyayangkan mandeknya pameran seni lukis yang seharusnya bisa dilakukan setahun sekali. Sebab, sebelumnya, Jember sudah pernah didaulat menjadi tuan rumah pameran lukis pada 2017 lalu. Namun, kegiatan itu tak berlanjut. Sebab, pemerintah daerah tak memiliki anggaran untuk merealisasikan kembali program serupa. “Setiap tahun kami diundang untuk pameran lukis di Banyuwangi dan Mojokerto. Setidaknya kami juga harus memiliki event pameran lukisan juga,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Masalah kesenian perlu mendapat perhatian khusus dan menjadi pertimbangan dalam perumusan draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember. Sebab, selama ini pengembangan seni budaya di Kota Suwar-Suwir terkesan tak terarah. Selain tidak ada kebijakan yang menjadi cantolan program pengembangan, juga lantaran tidak adanya anggaran.

Ketua Dewan Kesenian Jember (DKJ) Eko Suwargono mengungkapkan, selama ini kegiatan kesenian masih bergantung pada komunitas dan paguyuban. “Sebaiknya dari dinas ada pendampingan kegiatan seni budaya. Termasuk program yang disediakan oleh pemerintah kabupaten,” ungkapnya, saat rapat perumusan RPJMD di Pemkab Jember, baru-baru ini.

Menurut dia, selama ini pendampingan yang dilakukan oleh kabupaten masih kurang. Karena itu, ke depan hal ini perlu menjadi perhatian khusus untuk selanjutnya dijadikan evaluasi. “Ke depan program Dinas Pariwisata bisa lebih mendampingi paguyuban,” tambahnya.

Lebih jauh, Eko menuturkan, setidaknya terdapat tiga masalah utama di lingkup kesenian. Di antaranya kelestarian dan pemberdayaan. “Dalam konteks pemberdayaan, kreativitas sangat perlu. Ini tanggung jawab dinas. Perlu mengadakan workshop terkait masalah konsep estetika,” paparnya.

Terpisah, Dewan Penasihat Komunitas Perupa Jember (KPJ) Susmiadi menyampaikan, belum adanya kegiatan kesenian itu dipengaruhi tidak adanya anggaran. Sehingga selama ini, banyak komunitas seniman yang melakukan kegiatan dengan konsep jemput bola. “Tiadanya program seni bisa jadi karena tidak ada anggaran untuk itu,” ujarnya.

Lebih dari itu, dia menambahkan, hal tak kalah penting yang harus diperhatikan adalah akomodasi pasar dari hasil karya seni. Sehingga tidak berhenti pada pendampingan akomodasi program saja, tapi juga pasar bagi para seniman untuk menjual karyanya. “Istilahnya ada pasar yang dibutuhkan. Harus ada yang dipamerkan. Minimal ada gedung seni. Artinya, tidak hanya program, tapi market yang tersedia,” ungkapnya lagi.

Terkait ketersediaan pasar tersebut, Susmiadi menyayangkan mandeknya pameran seni lukis yang seharusnya bisa dilakukan setahun sekali. Sebab, sebelumnya, Jember sudah pernah didaulat menjadi tuan rumah pameran lukis pada 2017 lalu. Namun, kegiatan itu tak berlanjut. Sebab, pemerintah daerah tak memiliki anggaran untuk merealisasikan kembali program serupa. “Setiap tahun kami diundang untuk pameran lukis di Banyuwangi dan Mojokerto. Setidaknya kami juga harus memiliki event pameran lukisan juga,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Menjamurnya Program Tahfiz

Awal April Rapat Pansus LKPJ Dimulai

Tingkatkan Retribusi Parkir

Wajib Dibaca