JEMBER LOR, Radar Jember – Alunan musik kendang mengiringi pertunjukan Reog Ponorogo yang dilakukan oleh tujuh paguyuban seni Reog Ponorogo di Jember, kemarin malam. Panggung terbuka yang menyedot perhatian warga dan pengguna jalan saat itu dilakukan sebagai bentuk aksi protes atas tidak masuknya kesenian Reog sebagai salah satu usulan warisan budaya dunia oleh pemerintah.
Baca Juga : Kasus Kekerasan Anak Diawali dari Smartphone
Dalam aksinya, pertunjukan reog mereka juga dilengkapi dengan sejumlah tulisan, seperti; Elek ritek, Reog tak masalah, sing penting tak uri-uri, #Savereog, dan beberapa lainnya. “Ini sebagai bentuk protes dan mengetuk nurani pemerintah agar segera menegaskan status Reog Ponorogo sebagai kesenian asli Indonesia,” kata korlap aksi, Nuh Iswan Zunari.
Aksi protes melalui pertunjukan itu berlangsung meriah, sedari pukul 20.00 hingga 24.00 WIB. Para seniman reog tidak hanya menampilkan reog mereka, namun juga membawa anak-anak sanggar di Jember beserta krunya.
Mereka menilai, sikap pemerintah yang tidak berpihak kepada reog mengancam kesenian asli Ponorogo ini diklaim negara lain, yakni Malaysia. “Selama ini Reog diakui negara tetangga (Malaysia, Red). Padahal yang saya tahu, para TKI dulu ke negara Malaysia itu orang Ponorogo membawa reog ke sana,” kata Iswan, yang juga pemilik sanggar seni reog di Kecamatan Sukowono itu.
Meskipun di Malaysia, lanjut Iswan, versi reog di sana bernama “barongan”, namun ada kemiripan dari segi bentuk, mulai dari dada merak dan kepala harimau. Selain itu, Reog Ponorogo menurutnya juga memiliki nilai dan kisah dari cerita Batoro Katong, dari cerita Ageng Mirah, dan yang lain-lain. “Ciri khas dan cerita itu asli dari Ponorogo. Bukan dari Malaysia,” kata pria kelahiran Ponorogo itu.
Mereka juga mengecam aksi klaim oleh Malaysia itu dan menuntut pemerintah segera mendaftarkan lagi kesenian reog ke UNESCO, untuk ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. “Kami mewakili seniman reog se-Indonesia mengharapkan reog segera didaftarkan ke UNESCO, supaya sah milik Indonesia dan tidak diklaim negara lain,” harapnya.
Meskipun aksi dan pertunjukan mereka dilakukan persis di sekitar Pendapa Bupati Jember, namun saat itu tidak terlihat Bupati Jember Hendy Siswanto ataupun pejabat yang menemui pertunjukan mereka. Saat itu, selain reog, juga ada pertunjukan topeng singa yang akrab dipanggil Dadak Merak berjumlah 11. Diperagakan penampilan para seniman muda, dan sejumlah tarian atraktif.
Salah seorang seniman reog muda, Noval, bahkan sempat melakukan orasi soal bentuk protes terhadap klaim yang dilakukan negara lain. “Aksi ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kesenian reog adalah asli dari Indonesia. Allahu akbar. Allahu akbar. Merdeka,” katanya, dengan lantang.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : Maulana
Redaktur : Nur Hariri