JEMBER, RADARJEMBER.ID– Sineas muda di Jember dan Lumajang, kembali menunjukkan eksistensinya dalam memproduksi film-film lokal. Kali ini sebuah karya film dari Yon Bintang dan beberapa anak muda asal Jember dan Lumajang, memproduksi film fiksi bergenre horor.
Galih, seorang kameramen yang mewakili sang sutradara menjelaskan, film berjudul ‘Dirimu yang Tak Pernah Ku Tahu, Ternyata’ ini, menceritakan tentang seorang wanita psikopat yang memiliki dendam mendalam akibat sakit hatinya di masa lalu. Orang-orang yang ingin dia celakai adalah semua orang yang pernah hadir dan menjadi penyebab sakit hatinya tersebut.
“Dulu pernah disakiti sama kekasihnya. Saat ini ia ingin membalas dendam. Akhirnya dia mencelakai siapapun yang dianggap menjadi faktor penyebab sakit hatinya di masa lalu,” ungkap Galih.
Pembuatan film bergenre horor ini terinspirasi dari banyaknya minat masyarakat lokal terhadap film mistis atau horor. Meski sempat terkendala waktu, tapi film ini dapat selesai dalam kurun tiga bulan. Sebab, para pemain dalam film ini, didominasi oleh kalangan siswa SMA. Begitu pula dengan para krunya yang sebagian memiliki kesibukan dalam dunia kerja. Lebih kerennya lagi, film lokal yang diproduksi di Lumajang ini, kini juga tayang di salah satu bioskop di Jember, Minggu (14/2).
“Tidak tiap hari take video karena nggak semua anggota free. Ada yang sekolah, juga kerja. Jadi kami syuting kalau semua sudah free,” imbuh Galih.
Dalam pembuatan film horor ini, rupanya terdapat kejadian aneh. Salah satu pemerannya mengalami kesurupan di lokasi syuting. Namun hal tersebut dapat segera diatasi. Sebagian besar para talent yang berperan dalam film ini mengakui bahwa mereka baru pertama kali bergabung dalam pembuatan film horor. Meski demikian, mereka mengaku senang, sebab merasa memiliki wadah dalam berkreasi.
Karya seni berbentuk audio visual ini juga menyampaikan pesan, bahwa semua yang telah dilewati hendaknya dilupakan. Apalagi menyangkut perasaan sakit hati. “Sebenarnya yang sudah berlalu biarlah berlalu. Kita fokus ke masa depan. Kalau kita sakit hati sama masa lalu, pasti nggak akan selesai dan terus menuai perseteruan,” paparnya.
Pada pemutaran film kali pertama tersebut, Galih dan para talent berharap, agar anak muda penggiat seni lainnya lebih semangat dan jangan takut dikritik dalam berkarya. Terutama yang berada di lingkup lokal seperti Jember, Lumajang dan sekitarnya. “Silakan berkarya, berproduksi, tunjukkan ke masyarakat luas biar mereka yang menilai. Ketika ada kekurangan, bisa dibenahi dan menjadi semangat,” tutupnya.
Reporter: mg1
Fotografer: Mat Hari
Editor: Mahrus Sholih